BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Model
konseptual mengacu pada ide-ide global mengenai individu, kelompok situasi atau
kejadian tertentu yang berkaitan dengan disiplin yang spesifik. Teori-teori yang terbentuk
dari penggabungan ko9nsep dan pernyataan yang berfokus lebih khusus pasa suatu
kejadian dan fenomena dari suatu disiplin ilmu. Model konseptual keperawatan
dikembangkan atas pengetahuan para ahli keperawatan tentang keperawatan yang
bertolak dari paradigma keperawatan. Model konseptual dalam keperawatan dapat
memungkinkan perawat untuk menerapkan cara perawat bekerja dalam batas
kewenangan sebagai seorang perawat. Perawat perlu memahami konsep ini sebagai
kerangka konsep dalam memberikan asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan
atau sebagai filosofi dalam dunia pendidikan dan kerangka kerja dalam riset
keperawatan.
Ada berbagai jenis model konseptual
keperawatan berdasarkan pandangan ahli dalam bidang keperawatan, salah satunya
adalh model adaptasi Roy. Roy dalam teorinya menjelaskan empat macam elemen
esensial dalam adaptasi keperawatan , yaitu : manusia, lingkungan, kesehatan,
dan keperawatan. Model adaptasi Roy menguraikan bahwa bagaimana individu mampu
meningkatkan kesehatannya dengan cara memepertahankan perilaku secara adaptif
karena menurut Roy, manusia adalah makhluk holistic yang memiliki sistem
adaptif yang selalu beradaptsi.
B. Tujuan
Penulisan
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk
:
1. Menjelaskan Riwayat Hidup Sister
2.
Menjelaskan
Definisi dan Konsep Mayor Sister Calista Roy
3.
Menjelaskan
Model konseptual Adaptasi Sister Calista Roy
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Riwayat Calista Roy
Suster Calista Roy
adalah seorang suster dari Saint Joseph of Carondelet. Roy dilahirkan pada
tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles California. Roy menerima Bachelor of Art
Nursing pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys College dan Magister Saint in
Pediatric Nursing pada tahun 1966 di University of California Los Angeles. Roy
memulai pekerjaa dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun 1964 ketika dia
lulus dari University of California Los Angeles. Dalam Sebuah seminar dengan
Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep
keperawatan. Konsep adaptasi mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang
sesuai dengan keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy
menambahkan kerja adaptasi dari Helsen (1964) seorang ahli fisiologis –
psikologis. Untuk memulai membangun pengertian konsepnya. Helsen mengartikan
respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya
derajat adaptasi yang di butuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh
dorongan tiga jenis stimulus yaitu : focal stimuli, konsektual stimuli dan
residual stimuli.
Roy mengkombinasikan
teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap manusia sebagai
sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep tersebut, Roy juga mengadaptasi nilai
“ Humanisme” dalam model konseptualnya berasal dari konsep A.H. Maslow untuk
menggali keyakinan dan nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme dalam
keperawatan adalah keyakinan, terhadap kemampuan koping manusia dapat
meningkatkan derajat kesehatan.
Sebagai model yang
berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain dari ahli-ahli lain di
area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic ( 1970) dan
Selye (1978). Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadi sebagai
suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan
penelitian. Tahun 1970, model adaptasi keperawatan diimplementasikan sebagai
dasar kurikulum sarjana muda keperawatan di Mount Saint Mary’s College. Sejak
saat it lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk
mengklarifikasi, menyaring, dan memperluas model. Penggunaan model praktek juga
memegang peranan penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan model.
Sebuah studi penelitian
pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun 1976-1977 menunjukkan beberapa
penegasan sementara dari model adaptasi. Perkembangan model adaptasi
keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan profesionalismenya. Secara
filosofi Roy mempercayai kemampuan bawaan, tujuan,, dan nilai kemanusiaan,
pengalaman klinisnya telah membantu perkembangan kepercayaannya itu dalam
keselarasan dari tubuh manausia dan spirit. Keyakinan filosofi Roy lebih jelas
dalam kerjanya yang baru pada model adaptasi keperawatan.
B.
Definisi dan Konsep Mayor
Konsep Mayor yang
membangun kerangka konseptual model adaptasi roy adalah:
1.
Sistem
adalah kesatuan dari beberapa unit yang saling berhubungan dan membentuk satu
kesatuan yang utuh dengan ditandai adanya input, control, proses, output, dan
umpan balik
2.
Derajat
adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal, konstektual
dan residual dengan standar individual, sehingga manusia dapat berespon adaptif
sendiri
3.
Problem
adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak adekuat terhadap penurunan
atau peningkatan kebutuhan
4.
Stimulus
fokal adalah derajat perubahan atau stimulus yang secara langsung mengharuskan
manusia berespon adaptif. Stimulus fokal adalah presipitasi perubahan tingkah laku
5.
Stimulus
konstektual adalah seluruh stimulus lain yang menyertai dan memberikan
konstribusi terhadap perubahan tingkah laku yang disebabkan atau dirangsang
oleh stimulus fokal
6.
Stimulus
residual adalah seluruh factor yang mungkin memberikan konstribusi terhadap
perubahan tingkah laku, akan tetapi belum dapat di validasi
7.
Regulator
adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon otomatik melalui neural,
cemikal, dan proses endokrin
8.
Kognator
adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui proses yang
kompleks dari persepsi informasi, mengambil, keputusan dan belajar
9.
Model
efektor adaptif adalah kognator yaitu ; Fisiologikal, fungsi pean,
interdependensi dan konsep diri
10. Respon adaptif adalah respon yang
meningkatkan intergritas manusia dalam mencapai tujuan manusia untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan reproduksi
11. Fisiologis adalah kebutuhan fisiologis
termasuk kebutuhan dasar dan bagaimana proses adaptasi dilakukan untuk
pengaturan cairan dan elektrolit, aktivits dan istirahat, eliminasi, nutrisi,
sirkulasi dan pengaturan terhadap suhu, sensasi, dan proses endokrin
12. Konsep diri adalah seluruh keyakinan dan
perasaan yang dianut individu dalam satu waktu berbentuk : persepsi,
partisipasi, terhadap reaksi orang lain dan tingkah laku langsung. Termasuk
pandangan terhadap fisiknya (body image dan sensasi diri) Kepribadian yang
menghasilkan konsistensi diri, ideal diri, atau harapan diri, moral dan etika
pribadi
13. Penampilan peran adalah penampilan
fungsi peran yang berhubungan dengan tugasnya di lingkungan social
14. Interdependensi adalah hubungan individu
dengan orang lain yang penting dan sebagai support sistem. Di dalam model ini
termasuk bagaimana cara memelihara integritas fisik dengan pemeliharaan dan
pengaruh belajar.
C.
Model Konseptual Adaptasi Roy
Empat elemen penting
yang termasuk dalam model adaptasi keperawatan adalah : (1) manusia; (2)
Lingkungan; (3) kesehatan; (4) keperawatan. Unsur keperawatan terdiri dari dua
bagian yaitu tujuan keperawatan dan
aktivitas keperawatan, juga termasuk dalam elememn penting pada konsep
adaptasi.
1.
Manusia
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai
sebuah sistem adaptif. Sebagai sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara
holistic sebagai satu kesatuan yang mempunyai input, control, output, dan
proses umpan balik. Proses control adalah mekanisme koping yang
dimanifestasikan dengan cara adaptasi. Lebih spesifik manusia di definisikan
sabagai sebuah sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator untuk
mempertahankan adaptasi dalam empat cara adaptasi yaitu :
a.
Fungsi
fisiologi
b.
Konsep
diri
c.
Fungsi
peran, dan
d.
Interdependensi
Dalam model adaptasi keperawatan,
manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang hidup, terbuka dan adaptif yang
dapat mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan lingkungan. Sebagai sistem
adaptif manusia dapat digambarkan dalam istilah karakteristik sistem, Jadi
manusia dilihat sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan antar unit
fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk beberapa
tujuan. Sebagai suatu sistem manusia juga dapat digambarkan dengan istilah
input, proses control dan umpan balik serta output.
Input pada manusia sebagai suatu sistem
adaptasi adalah dengan menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan
dalam diri individu itu sendiri. Input atau stimulus termasuk variable satandar
yang berlawanan yang umpan baliknya dapat dibandingkan. Variabel standar ini
adalah stimulus internal yang mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari
rentang stimulus manusia yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang
biasanya dilakukan.
Proses control manusia sebagai suatu
sistem adaptasi adalah mekanisme koping yang telah diidentifikasi yaitu :
subsistem regulator dan subsistem kognator. Regulator dan kognator adalah
digambarkan sebagai aksi dalam hubunganya terhadap empat efektor cara adaptasi
yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.
a.
Mode
Fungsi Fisiologi
Fungsi fisiologi berhubungan dengan
struktur tubuh dan fungsinya. Roy mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar
fisiologis yang harus dipenuhi untuk mempertahankan integritas, yang dibagi
menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5
kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang kompleks terdiri dari 4
bagian yaitu :
1)
Oksigenasi
: Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu ventilasi, pertukaran
gas dan transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991)
2)
Nutrisi
: Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk mempertahankan fungsi,
meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984
dalam Roy 1991)
3)
Eliminasi
: Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal. (
Servonsky, 1984 dalam Roy 1991)
4)
Aktivitas
dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat yang
digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki dan
memulihkan semua komponen-komponen tubuh. (Cho,1984 dalam Roy, 1991).
5)
Proteksi/
perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas dan struktur
integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai fungsi
proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy 1991)
6)
The
sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau
memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi nyeri penting
dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991).
7)
Cairan
dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya termasuk air,
elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya
inefektif fungsi sistem fisiologis dapat menyebabkan ketidakseimbangan
elektrolit. (Parly, 1984, dalam Roy 1991).
8)
Fungsi
syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan bagian integral
dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk mengendalikan
dan mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang
baik untuk mengatur aktivitas organ-organ tubuh (Robertson, 1984 dalam Roy,
1991).
9)
Fungsi
endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan fungsi neurologis,
untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas endokrin mempunyai
peran yang signifikan dalam respon stress dan merupakan dari regulator koping
mekanisme ( Howard & Valentine dalam Roy,1991).
b.
Mode
Konsep Diri
Mode konsep diri berhubungan dengan
psikososial dengan penekanan spesifik pada aspek psikososial dan spiritual
manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan integritas psikis
antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan. Konsep diri
menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical self dan the personal
self.
1)
The
physical self
yaitu
bagaimana seseorang memandang dirinya berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan
gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat merasa
kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau hilang kemampuan
seksualitas.
2)
The
personal self
yaitu
berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral- etik dan spiritual diri
orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal
yang berat dalam area ini.
c.
Mode
fungsi peran
Mode fungsi peran mengenal pola - pola
interaksi sosial seseorang dalam hubungannya dengan orang lain, yang
dicerminkan dalam peran primer, sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana
seseorang dapat memerankan dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya.
d.
Mode
Interdependensi
interdependensi adalah bagian akhir dari
mode yang dijabarkan oleh Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi
dan menerima cinta/ kasih sayang, perhatian dan saling menghargai. Interdependensi
yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam menerima sesuatu
untuk dirinya.
Ketergantungan
ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang lain. Kemandirian
ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi dirinya.
Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu
memberi dan menerima.
Output dari manusia
sebagai suatu sistem adaptif adalah respon inefektif. Respon-respon yang
adaptif itu mempertahankan atau meningkatkan integritas, sedangkan respon yang
tidak efektif atau maladaptif itu mengganggu integritas. Melalui proses umpan
balik respon-respon memberikan lebih lanjut masukan (input) pada manusia
sebagai suatu sisem.
Subsistem regulator dan
kognator adalah mekanisme adaptasi atau koping dengan perubahan lingkungan, dan
diperlihatkan melalui perubahan biologis, psikologis, dan social. Subsistem
regulator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan pada sistem
saraf, kimia tubuh dan organ endokrin serta subsistem kognator adalah gambaran
respon yang kaitannya dengan perubahan kognitif dan emosi, termasuk didalamnya
persepsi, proses informasi, pembelajaran, dan membuat alasan dan emosional,
yang termasuk didalamnya mempertahankan untuk mencari bantuan.
2.
Lingkungan
Lingkungan digambarkan
sebagai dunia di dalam dan di luar manusia. Lingkungan merupakan masukan
(input) bagi manusia sebagai sistem yang adaptif sama halnya lingkungan sebagai
stimulus eksternal dan internal. Lebih lanjut stimulus itu dikoelompokkan menjadi
tiga jenis stimulus yaitu : fokal, konstektual, dan residual.
Lebih luas lagi
lingkungan didefinisikan sebagai segala kondisi, keadaan disekitar dan
mempengaruhi keadaan, perkembangan dan perilaku manusia sebagai individu atau
kelompok.
3. Kesehatan
Menurut Roy, kesehatan
didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi manusia secara utuh dan
terintegrasi secara keseluruhan. Integritas atau keutuhan manusia menyatakan
secara tidak langsung bahwa kkesehatan atau kondisi tidak terganggu mengacu
kelengkapan atau kesatuan dan kemungkinan tertinggi dari pemenuhan potensi
manusia. Jadi Integritas adalah sehat, sebaliknya kondisi yang tidak ada
integritas kurang sehat. Definisi kesehatan ini lebih dari tidak adanya sakit
tapi termasuk penekanan pada kondisi sehat sejahtera.
Dalam model adaptasi keperawatan, konsep
sehat dihubungkan dengan konsep adaptasi. Adaptasi yang bebas energi dari
koping yang inefektif dan mengizinkan manusia berespon terhadap stimulus yang
lain. Pembebasan energi ini dapat meningkatkan penyembuhan dan mempertinggi
kesehatan. Hal ini adalah pembebasan energi yang menghubungkan konsep adaptasi
dan kesehatan.
Adaptasi adalah komponen pusat dalm model keperawatan. Didalamnya menggambarkan manusia sebagai sistem adaptif. Adaptasi dipertimbangkan baik proses koping terhadap stressor dan produk akhir dari koping.
Adaptasi adalah komponen pusat dalm model keperawatan. Didalamnya menggambarkan manusia sebagai sistem adaptif. Adaptasi dipertimbangkan baik proses koping terhadap stressor dan produk akhir dari koping.
Proses adaptasi termasuk fungsi holistic
untuk mempengaruhi kesehatan secara positif dan itu meningkatkan integritas.
Proses adaptasi termasuk semua interaksi manusia dan lingkungan terdiri dari
dua proses. Bagian pertama dari proses ini dimulai dengan pperubahan dalam
lingkungan internal dan eksternal yan gmembutuhkan sebuah respon. Perubahan –
perubahan itu adalah stressor atau stimulus fokal dan ditengahi oleh
factor-faktor konstektual dan residual. Bagian-bagian stressor menghasilkan
interaksi yang biasanya disebut stress. Bagian kedua adalah mekanisme koping
yang merangsang untuk menghasilkan respon adaptif dan inefektif.
Produk adaptasi adalah hasil dari proses
adaptasi dan digambarkan dalam istilah kondisi yang meningkatkan tujuan-tujuan
manusia yang meliputi :
a.
Kelangsungan
hidup
b.
Pertumbuhan
c.
Reproduksi
dan
d.
Penguasaan
yang disebut integritas
Kondisi akhir ini adalah kondisi
keseimbangan dinamik equilibrium yang meliputi peningkatan dan penurunan
respon-respon. Setiap kondisi adaptasi baru dipengaruhi oleh adaptasi, sehingga
dinamik equilibrium manusia berada pada tingkat yang lebih tinggi. Jarak yang
besar dari stimulus dapat disepakati dengan suksesnya manusia sebagai sistem
adaptif. Jadi peningkatan adaptasi mengarah pada tingkat-tingkat yang lebih
tinggi pada keadaan sejahtera atau sehat. Adaptasi kemudian disebut sebagai
suatu fungsi dari stimuli yang masuk dan tingkatan adaptasi.
4.
Keperawatan
Roy (1983) menggambarkan keperawatan
sebagai disiplin ilmu dan praktek. Sebagai ilmu, keperawatan mengobservasi,
mengklasifikasikan dan menghubungkan proses yang secara positif berpengaruh
pada status kesehatan. Sebagai disiplin, praktek, keperawatan menggunakan
pendekatan pengetahuan untukmenyediakan pelayanan pada orang-orang. Lebih
spesifik dia mendefinisikan keperawatan sebagai ilmu da praktek dari
peningkatan adaptasi untuk meningkatkan kesehatan sebagai tujuan untuk
mempengaruhi kesehatan secara positif. Keperawatan meningkatkan adaptasi individu
dan kelompok dalam situasi yang berkaitan dengan kesehatan, Jadi model adaptasi
keperawatan menggambarkan lebih spesifik perkembangan ilmu keperawatan dan
praktek keperawatan yang berdasarkan ilmu keperawatan tersebut. Dalam model
tersebut, keperawatan terdiri dari tujuan keperawatan dan aktivitas
keperawatan.
Keperawatan adalah berhubungan dengan
manusia sebagai satu kesatuan yang berinteraksi dengan perubahan lingkungan dan
tanggapan terhadap stimulus internal dan eksternal yang mempengaruhi adaptasi.
Ketika stressor yang tidak biasa atau koping mekanisme yang lemah membuat upaya
manusia yang biasa menjadi koping yang tidak efektif, manusia memerlukan
seorang perawat. Ini tidak harus, bagaimanapun diinterpretasikan umtuk memberi
arti bahwa aktivitas keperawatan tidak hanya diberikan ketika manusia itu
sakit. Roy menyetujui, pendekatan holistic keperawatan dilihat sebagai proses
untuk mempertahankan keadaan baik dan tingkat fungsi yang lebih tinggi.
Keperawatan terdiri dari dua yaitu :
tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan. Tujuan keperawatan adalah
mempertinggi interaksi manusia dengan lingkungan. Jadi peningkatan adaptasi
dalam tiap empat cara adaptasi yaitu :
a.
Fungsi
fisiologis
b.
Konsep
diri
c.
Fungsi
peran dan
d.
Interdependensi
Dorongan terhadap peningkatan
integritas adaptasi dan berkontribusi terhadap kesehatan manusia, kualitas
hidup dan kematian dengan damai. Tujuan keperawatan diraih ketika stimulus
fokal berada dalam suatu area dengan tingkatan adaptasi manusia. Ketika
stimulus fokal tersebut berada pada area tersebut dimana manusia dapat membuat
suatu penyesuaian diri atau respon efektif. Adaptasi membebaskan energi dari
upaya koping yang tidak efektif dan memnugkinkan individu untuk merespon
stimulus yang lain. Kondisi tersebut dapat mencapai peningkatan penyembuhan dan
kesehatan. Jadi peranan penting adaptasi sangat ditekankan pada konsep ini.
Tujuan dari adaptasi
adalah membantu perkembangan aktivitas keperawatan yang digunakan pada proses
keperawatan meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan , tujuan, intervensi
dan evaluas. Adaptasi model keperawatan menetapkan “data apa yang dikumpulkan,
bagaimana mengidentifikasi masalah dan tujuan utama. Pendekatan apa yang
dipakai dan bagaiman mengevaluasi efektifitas proses keperawatan”.
Unit analisis dari
pengkajian keperawatan adalah interaksi manusia dengan lingkungan. Proses
pengkajian keperawatan adalah interaksi manusia dengan lingkungan. Proses
pengkajian termasuk dalam dua tingkat pengkajian Tingkat pertama mengumpulkan
data tentang perilaku manusia, dalam tiap empat cara penyesuaian diri.
Data-data tersebut dikumpulkan dari data observasi penilaian respond an
komuniokasi dengan individu. Dari data tersebut perawat membuat keputusan
sementara tentang apakah perilaku dapat menyesuaikan diri atau tidak efektif.
Tingkat kedua pengkajian adalah mengumpulkan data tentang fokal, konstektual
dan residual stimuli.
Selama tingkat
pengkajian ini perawat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku yang diobservasi pada pengkajian tingkat pertama. Keterlibatan ini
penting untuk menetapkan faktor-faktor utama yang mempengaruhi perilaku.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan analisa
terhadap model adaptasi Roy, maka kelompok menganalisa bahwa model keperawatan
roy lebih menekankan pada manusia secara holistik yang memiliki mekanisme
koping untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Konsep ini juga
menekankan pentingnya individu untuk mempertahankan perilaku secara adaptif dan
mampu merubah perilaku yang maladaptif agar dapat meningkatkan kesehatannya.
Model konseptual Roy
berisi 4 elemen yaitu manusia, lingkungan, kesehatan, dan keperawatan. Manusia
dipandang sebagai sitem adaptasi kehidupan yang perilakunya dapat
diklasifikasikan menjadi respon yang adaptif atau respon yang inefektif.
Lingkungan terdiri stimulus internal dan eksternal. Kesehatan adalah proses
menjadi terintegrasi dan dapat mencapai tujuan untuk hidup, pertumbuhan,
reproduksi, penguasaan. Tujuan keperawatan adalah meningkatkan respon adaptasi
yang berhubungan dengan adaptasi mode, menggunakan informasi tentang tingkat
adaptasi manusia dan stimulus fokal, kontekstual, dan residual.
Setelah penulis
melakukan analisis SWOT pada konseptual calista Roy, penulis menyimpulkan bahwa
konseptual ini dapat digunakan di Indonesia dengan mempertahankan keuntungan,
memanfaatkan kesempatan, memperbaiki kelemahan serta menekan ancaman yang ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar