Baby Hello Kitty"), auto;}

create name

Profesional Nurse

"Tidak ada satupun di dunia ini, yang bisa di dapat dengan mudah. Kerja keras dan doa adalah cara untuk mempermudahnya."

Sabtu, 06 April 2013

Askep Post Partum Blues



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian wanita mengganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya.
Perubahan fisik dan emisional yang kompleks, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma-norma sosial cultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat.
Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan, baik dari segi fisik maupun segi psikologis. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan psikologis dengan berbagai gejala atau sindroma yang oleh para peneliti dan klinisi disebut post-partum blues.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu  post partum blues?
2. Apa etiologinya?
3. Bagaimna askep nya?


 BAB II
KONSEP MEDIS

A. Pengertian Postpartum Blues

Baby blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak nyaman setelah persalinan, yang berkaitan dengan hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya sendiri. Ketika plasenta dikeluarkan pada saat persalinan, terjadi perubahan hormon yang melibatkan endorphin, progesteron, dan estrogen dalam tubuh Ibu, yang dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental dan emosional Ibu.
B. Etiologi Postpartum Blues
Banyak faktor diduga berperan pada sindroma ini, antara lain adalah:

1. Faktor hormonal, berupa perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin
dan estriol yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Kadar estrogen turun secara bermakna setelah melahirkan, ternyata estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine oksidase. Yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi baik noradrenalin maupun serotonin yang berperan dalam suasana hati dan kejadian depresi
.
2. Faktor demografik yaitu umur dan paritas
3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan
4. Takut kehilangan bayi, bayi sakit ( kuning, dll )
5. Takut untuk memulai hubungan suami istri ( ML ), anak akan terganggu.
6. Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan. seperti; tingkat
pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi serta keadekuatan dukungan sosial dari lingkungannya (suami, keluarga dan teman). Apakah suami menginginkan juga kehamilan ini, apakah suami, keluarga, dan teman memberi dukungan moril (misalnya dengan membantu pekerjaan rumah tangga, atau berperan sebagai tempat ibu mengadu/berkeluh-kesah) selama ibu menjalani masa kehamilannya atau timbul permasalahan, misalnya suami yang tidak membantu, tidak mau mengerti perasaan istri maupun persoalan lainnya dengan suami, problem dengan orang tua dan mertua, problem dengan si sulung.


C. Gejala Klinis Postpartum blues
Gejala – gejala postpartum blues ini bisa terlihat dari perubahan sikap seorang ibu. Gejala tersebut biasanya muncul pada hari ke-3 atau 6 hari setelah melahirkan. Beberapa perubahan sikap tersebut diantaranya :
*      sering tiba-tiba menangis karena merasa tidak bahagia, penakut, tidak mau makan, tidak mau bicara, sakit kepala
*      sering berganti mood, mudah tersinggung ( iritabilitas ),merasa terlalu sensitif dan cemas berlebihan, tidak bergairah, khususnya terhadap hal yang semula sangat diminati, tidak mampu berkonsentrasi dan sangat sulit membuat keputusan,
*      merasa tidak mempunyai ikatan batin dengan si kecil yang baru saja dilahirkan .
*      insomnia yang berlebihan. Gejala – gejala itu mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai beberapa hari. Namun jika masih berlangsung beberapa minggu atau beberapa bulan itu dapat disebut postpartum depression.
D. Pemeriksaan Penunjang Postpartum Blues
Skrining untuk mendeteksi gangguan mood / depresi sudah merupakan acuan pelayanan pasca salin yang rutin dilakukan. Untuk skrining ini dapat dipergunakan beberapa kuesioner dengan sebagai alat bantu.
Endinburgh Posnatal Depression Scale (EPDS) merupakan kuesioner dengan validitas yang teruji yang dapat mengukur intensitas perubahan perasaan depresi selama 7 hari pasca salin. Pertanyaan-pertanyaannya berhubungan dengan labilitas perasaan, kecemasan, perasaan bersalah serta mencakup hal-hal lain yang terdapat pada post-partum blues.
E. Penatalaksanaan Postpartum Blues
Para ibu yang mengalami post-partum blues membutuhkan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang menakutkan.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di tingkat perilaku, emosional, intelektual, sosial dan psikologis secara bersama-sama, dengan melibatkan lingkungannya, yaitu: suami, keluarga dan juga teman dekatnya.






BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian pada pasien post partum blues menurut Bobak ( 2004 ) dapat dilakukan pada pasien dalam beradaptasi menjadi orang tua baru.
Pengkajiannya meliputi ;
1.      Dampak pengalaman melahirkan.
Banyak ibu memperlihatkan suatu kebutuhan untuk memeriksa proses kelahiran itu sendiri dan melihat kembali perilaku mereka saat hamil dalam upaya retrospeksi diri ( Konrad, 1987 ). Selama hamil, ibu dan pasangannya mungkin telah membuat suatu rencana tertentu tentang kelahiran anak mereka, hal – hal yang mencakup kelahiran pervagina dan beberapa intervensi medis. Apabila pengalaman mereka dalam persalinan sangat berbeda dari yang diharapkan ( misalnya ; induksi, anestesi epidural, kelahiran sesar ), orang tua bisa merasa kecewa karena tidak bisa mencapai yang telah direncanakan sebelumnya. Apa yang dirasakan orang tua tentang pengalaman melahirkan sudah pasti akan mempengaruhi adaptasi mereka untuk menjadi orang tua.
2.      Citra diri ibu
Suatu pengkajian penting mengenai konsep diri, citra tubuh, dan seksualitas ibu. Bagaimana perasaan ibu baru tentang diri dan tubuhnya selama masa nifas dapat mempengaruhi perilaku dan adaptasinya dalam menjadi orang tua. Konsep diri dan citra tubuh ibu juga dapat mempengaruhi seksualitasnya. Perasaan – perasaan yang berkaitan dengan penyesuaian perilaku seksual setelah melahirkan seringkali menimbulkan kekhawatiran pada orang tua baru. Ibu yang baru melahirkan bisa merasa enggan untuk memulai hubungan seksual karena takut merasa nyeri atau takut bahwa hubungan seksual akan mengganggu penyembuhan jaringan perineum.
3.      Interaksi Orang tua – Bayi
Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi evaluasi interaksi orang tua dengan bayi baru. Respon orang tua terhadap kelahiran anak meliputi perilaku adaptif dan perilaku maladatif. Baik ibu maupun ayah menunjukkan kedua jenis perilaku maupun saat ini kebanyakan riset hanya berfokus pada ibu. Banyak orang tua baru mengalami kesulitan untuk menjadi orang tua sampai akhirnya keterampilan mereka membaik. Kualitas keibuan atau kebapaan pada perilaku orang tua membantu perawatan dan perlindungan anak. Tanda – tanda yang menunjukkan ada atau tidaknya kualitas ini, terlihat segera setelah ibu melahirkan, saat orang tua bereaksi terhadap bayi baru lahir dan melanjutkan proses untuk menegakkan hubungan mereka.
4.      Perilaku Adaptif dan Perilaku Maladaptif
Perilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi realistis orang tua terhadap kebutuhan bayinya yang baru lahir dan keterbatasan kemampuan mereka, respon social yang tidak matur, dan ketidakberdayaannya. Orang tua menunjukkan perilaku yang adaptif ketika mereka merasakan suka cita karena kehadiran bayinya dan karena tugas – tugas yang diselesaikan untuk dan bersama anaknya, saat mereka memahami yang dikatakan bayinya melalui ekspresi emosi yang diperlihatkan bayi dan yang kemudian menenangkan bayinya, dan ketika mereka dapat membaca gerakan bayi dan dapat merasa tingkat kelelahan bayi.
5.      Struktur dan fungsi keluarga
Komponen penting lain dalam pengkajian pada pasien post partum blues ialah melihat komposisi dan fungsi keluarga. Penyesuaian seorang wanita terhadap perannya sebagai ibu sangat dipengaruhi oleh hubungannya dengan pasangannya, ibunya dengan keluarga lain, dan anak – anak lain. Perawat dapat membantu meringankan tugas ibu baru yang akan pulang dengan mengkaji kemungkinan konflik yang bisa terjadi diantara anggota keluarga dan membantu ibu merencanakan strategi untuk mengatasi masalah tersebut sebelum keluar dari rumah sakit.
Sedangkan Pengkajian Dasar data klien menurut Marilynn E. Doenges ( 2001 ) Adalah :
1. Aktivitas / istirahat
Insomnia mungkin teramati.
2. Sirkulasi
Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.
3. Integritas Ego
Peka rangsang, takut / menangis ( " Post partum blues " sering terlihat
kira – kira 3 hari setelah kelahiran ).
4. Eliminasi
Diuresis diantara hari ke-2 dan ke-5.
5. Makanan / cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan mungkin hari – hari ke-3.
6. Nyeri / ketidaknyamanan
Nyeri tekan payudara / pembesaran dapat terjadi diantara hari ke-3 sampai
ke-5 pascapartum.
7. Seksualita
s
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien postpartum blues menurut Marilynn E.Doenges ( 2001 ) Adalah :
*      Nyeri akut / ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis,edema
/ pembesaran jaringan atau distensi, efek – efek hormonal.
*      Menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman
sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur / karakteristik fisik payudara ibu.
*      Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan biokimia, fungsi
regulator ( misalnya ; hipotensi ortostatik, terjadinya eklamsia ), efek – efek anestesia ; tromboembolisme ; profil darah abnormal ( anemia, sensitivitas rubella, inkompabilitas Rh )
*      Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan
kerusakan kulit, penurunan Hb, prosedur invasif atau peningkatan pemajanan lingkungan, ruptur ketuban lama, malnutrisi.
*      Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan efek – efek hormonal (
perpindahan cairan / peningkatan aliran plasma ginjal ), trauma mekanis, edema jaringan, efek – efek anestesia.
*      Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
penurunan masukan / penggantian tidak adekuat, kehilangan cairan berlebihan ( muntah, diaforesis, peningkatan haluaran urin, dan kehilangan tidak kasat mata meningkat, hemoragi )
*      Risiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan
perpindahan cairan setelah kelahiran plasenta, ketidaktepatan penggantian cairan, efek – efek infus oksitosin.
*      Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot ( diastasis recti ),
efek – efek progesteron, dehidrasi, kelebihan analgesia atau anestesia, nyeri perineal / rectal.
*      Risiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan
kurang dukungan diantara / dari orang terdekat, kurang pengetahuan,
*      Ketidakefektifan dan tidak tersedianya model peran, harapan tidak realistis untuk diri sendiri / bayi / pasangan, tidak terpenuhinya kebutuhan maturasi sosial / emosional dari klien / pasangan, adanya stresor ( misalnya ; finansial, rumah tangga , pekerjaan )
*      Risiko tidak efektif koping individual berhubungan dengan krisis
maturasional dari kehamilan / mengasuh anak dan melakukan peran ibu dan menjadi orang tua ( atau melepaskan untuk adopsi ), kerentanan personal, ketidakadekuatan sistem pendukung, persepsi tidak realistis
*      Gangguan pola tidur berhubungan dengan Respon hormonal dan
psikologis ( sangat gembira, ansietas, kegirangan ), nyeri / ketidaknyamanan, proses persalinan dan kelahiran melelahkan.
*      Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayi
berhubungan dengan kurang pemajanan / mengingat, kesalahan interpretasi, tidak mengenal sumber – sumber.
*      Potensial terhadap pertumbuhan koping keluarga berhubungan dengan
kecukupan pemenuhan kebutuhan – kebutuhan individu dan tugas – tugas adaptif, memungkinkan tujuan aktualisasi diri muncul ke permukaan.
C. Perencanaan Keperawatan
1. Nyeri akut / ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis,edema/ pembesaran jaringan atau distensi, efek – efek hormonal.
Tujuan             : - Mengidentifikasi dan menggunakan intervensi untuk mengatasi ketidaknyamanan.
Intervensi        :
©      Tentukan adanya, lokasi, dan sifat ketidaknyamanan.
Rasional
         : Mengidentifikasi kebutuhan – kebutuhan khusus dan intervensi yang tepat.
©      Inspeksi perbaikan perineum dan epiostomi.
Rasional
         : Dapat menunjukkan trauma berlebihan pada jaringan perineal dan terjadinya komplikasi yang memerlukan evaluasi / intervensi lanjut.
©      Berikan kompres es pada perineum, khususnya selama 24 jam pertama setelah kelahiran
Rasional
         : Memberi anestesia lokal, meningkatkan vasokonstriksi, dan mengurangi edema dan vasodilatasi.
©      Berikan kompres panas lembab ( misalnya ; rendam duduk / bak mandi)
Rasional
         : Meningkatkan sirkulasi pada perineum, meningkatkan oksigenasi dan nutrisi pada jaringan, menurunkan edema dan meningkatkan penyembuhan.
©      Anjurkan duduk dengan otot gluteal terkontraksi diatas perbaikan episiotomi
Rasional
         : Penggunaan pengencangan gluteal saat duduk menurunkan stres dan tekanan langsung pada perineum.
©      Kolaborasi dalam pemberian obat analgesik 30-60 menit sebelum menyusui
Rasional
         : Memberikan kenyamanan, khususnya selama laktasi, bila afterpain paling hebat karena pelepasan oksitosin.
2. Menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur / karakteristik fisik payudara ibu.
Tujuan             : - Mengungkapkan pemahaman tentang proses / situasi menyusui,mendemonstrasikan teknik efektif dari menyusui, menunjukkan kepuasan regimen menyusui satu sama lain.
Intervensi        :
©      Kaji pengetahuan dan pengalaman klien tentang menyusui sebelumnya
Rasional
          : Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini dan mengembangkan rencana perawatan.
©      Tentukan sistem pendukung yang tersedia pada klien, dan sikap pasangan / keluarga
Rasional
          : Mempunyai dukungan yang cukup meningkatkan kesempatan untuk pengalaman menyusui dengan berhasil.
©      Berikan informasi, verbal dan tertulis, mengenai fisiologi dan keuntungan menyusui, perawatan putting dan payudara, kebutuhan diet khusus, dan faktor – faktor yang memudahkan atau mengganggu keberhasilan menyusui
Rasional
          : Membantu menjamin supli susu adekuat, mencegah putting pecah dan luka, memberikan kenyamanan, dan membuat peran ibu menyusui.
©      Demonstrasikan dan tinjau ulang teknik – teknik menyusui
Rasional
          : Posisi yang tepat biasanya mencegah luka putting, tanpa memperhatikan lamanya menyusu.
©      Identifikasi sumber – sumber yang tersedia di masyarakat sesuai indikasi ; misalnya; progam Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA )
Rasional
          : Pelayanan ini mendukung pemberian ASI melalui pendidikan klien dan nutrisional.
3. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan biokimia, fungsi regulator (misalnya ; hipotensi ortostatik, terjadinya eklamsia ), efek – efek anestesia ; tromboembolisme ; profil darah abnormal ( anemia, sensitivitas rubella, inkompabilitas Rh )
Tujuan             : mendemonstrasikan perilaku untuk menurunkan faktor – faktor risiko / melindungi diri, bebas dari komplikasi.
Intervensi        :
©      Tinjau ulang kadar hemoglobin ( Hb ) darah dan kehilangan darah pada waktu melahirkan
Rasional
          : Anemia atau kehilangan darah mempredisposisikan pada sincope klien karena ketidakadekuatan pengiriman oksigen ke otak.
©      Catat efek – efek magnesium sulfat ( MgSO4 ), bila diberikan.
Rasional
          : Tidak adanya refleks patela dan frekuensi pernafasan dibawah 12x / mnt menandakan toksisitas dan perlunya penurunan atau penghentian terapi obat.
©      Inspeksi ekstrimitas bawah terhadap tanda – tanda trombloflebitis ( misalnya ; kemerahan, kehangatan, nyeri tekan ).
Rasional
          : Peningkatan produk split fibrin ( kemungkinan pelepasan dari sisi placenta ), penurunan mobilitas, trauma, sepsis, dan aktivasi berlebihan dari pembekuan darah setelah kelahiran memberi kecenderungan terjadinya tromboembolisme pada klien.
©      Evaluasi status rubella pada grafik pranatal
Rasional
          : Membantu efek – efek teratogenik pada kehamilan selanjutnya.
©      Concent untuk vaksinasi setelah meninjau ulang efek samping, risiko – risiko, dan perlunya untuk mencegah konsepsi selama 2-3 bulan setelah vaksinasi.
Rasional
          : Periode inkubasi 14-21 hari, anafilaktik alergi atau respon hipersentifitas dapat terjadi.
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan
kerusakan kulit, penurunan Hb, prosedur invasif atau peningkatan pemajanan lingkungan, ruptur ketuban lama, malnutrisi.
Tujuan             : mendemonstrasikan teknik – teknik untuk menurunkan risiko / meningkatkan penyembuhan, menunjukkan luka yang bebas dari drainase purulen, bebas dari infeksi ; tidak febris ; dan mempunyai aliran lokhial dan karakter normal.
Intervensi        :
©      Kaji catatan pranatal dan intrapratal, perhatikan frekuensi pemeriksaan vagina dan komplikasi seperti ketuban pecah dini, persalinan lama, laserasi, hemoragi, dan tertahannya plasenta.
Rasional
          : Membantu mengidentifikasi faktor – faktor risiko yang dapat mengganggu penyembuhan dan kemunduran pertumbuhan epitel jaringan endometrium.
©      Pantau suhu dan nadi dengan rutin dan sesuai indikasi ; catat tanda – tanda menggigil, anoreksia atau malaise
Rasiona
l          : peningkatan suhu mengidentifikasikan terjadinya infeksi.
©      Inspeksi sisi perbaikan episiotomi setiap 8 jam
Rasional
          : Diagnosis dini dari infeksi lokal dapat mencegah penyebaran pada jaringan uterus.
©      Kaji terhadap tanda – tanda infeksi saluran kemih
Rasional
          : Gejala ISK dapat tampak pada hari ke-2 sampai ke-3 pascapartum karena naiknyainfeksi traktus dari uretra ke kandung kemih.
©      Anjurkan perawatan perineal dengan menggunakan botol atau rendam duduk 3 sampai 4 kali sehari atau setelah berkemih / defekasi
Rasional
          : Pembersihan sering dari depan ke belakang ( simfisis pubis ke area anal ) membantu mencegah kontaminasi rectal memasuki vagina atau uretra.
©      Hubungi agensi – agensi komunitas yang tepat, seperti pelayanan perawat yang berkunjung, untuk evaluasi diet, progam antibiotik, kemungkinan komplikasi, dan kembali untuk pemeriksaan medis
Rasional
          : Adanya infeksi pascapartum membuat klien lemah sehingga membutuhkan banyak istirahat, pemantauan yang ketat, dan bantuan pemeliharaan rumah dan perawatan diri.
5.Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan efek – efek hormonal (perpindahan cairan / peningkatan aliran plasma ginjal ), trauma mekanis, edema jaringan, efek – efek anestesia.
Tujuan             : Berkemih tidak dibantu dalam 6-8 jam setelah kelahiran, mengosongkan kandung kemih setelah berkemih.
Intervensi        :
©      Kaji masukan dan haluaran urin terakhir
Rasional
          : Pada periode pascapartal awal, kira – kira 4 kg cairan hilang melalui haluaran urin dan kehilangan tidak kasat mata, termasuk diaforesis.
©      Perhatikan adanya edema atau laserasi / episiotomi, dan jenis anestesi yang digunakan
Rasional
          : Trauma kandung kemih atau uretra, atau edema, dapat mengganggu berkemih ; anestesia dapat mengganggu sensasi penuh pada kantong kemih.
©      Instruksikan klien untuk melakukan latihan kegel setiap hari setelah efek – efek anestesia berkurang
Rasional
          : Lakukan latihan kegel 100 kali per hari meningkatkan sirkulasi pada perineum, membantu menyembuhkan dan memulihkan tonus otot pubokoksigeal, mencegah atau menurunkan inkontinens stres.
©      Anjurkan minum 6 sampai 8 gelas cairan perhari
Rasional
          : Membantu mencegah stasis dan dehidrasi dan mengganti cairan yang hilang waktu melahirkan.
6.Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
penurunan masukan / penggantian tidak adekuat, kehilangan cairan berlebihan ( muntah, diaforesis, peningkatan haluaran urin, dan kehilangan tidak kasat mata meningkat, hemoragi )
Tujuan             : Tetap normotensif dengan masukan cairan dan haluaran urin seimbang, dan Hb / Ht dalam kadar normal.
Intervensi
        :
©      Catat kehilangan cairan pada waktu kelahiran ; tinjau ulang riwayat intra partal
Perhatikan adanya rasa haus ; berikan cairan sesuai toleransi
©      Evaluasi masukan cairan dan haluaran urin selama diberikan infus I.V., atau sampai pola berkemih normal terjadi
©      Berikan cairan yang hilang dengan infus I.V. yang mengandung elektrolit
Rasional
          : Membantu menciptakan volume darah sirkulasi dan menggantikan kehilangan karena kelahiran dan diaforesis.
7.Risiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan perpindahan cairan setelah kelahiran plasenta, ketidaktepatan penggantian cairan, efek – efek infus oksitosin.
Tujuan             : Menunjukkan TD dan nadi dalam batas normal, bebas dari edema dan gangguan penglihatan, dengan bunyi nafas bersih.
Intervensi        :
©      Tinjau ulang terhadap riwayat hipertensi karena kehamilan ( HKK ) pranatal dan intrapartal, perhatikan peningkatan TD, proteinuria, dan edema.
Rasional
          : Membantu menentukan kemungkinan komplikasi serupa yang menetap / terjadi pada periode pascaprtum.
©      Pantau masukan dan haluaran urin ; ukur berat jenis.
Rasional : Menandakan kebutuhan cairan / keadekuatan terapi.
©      Kaji adanya, lokasi, dan luasnya edema
Rasional : Bahaya eklamsia atau kejang ada selama 72 jam, tetapi dapat terjadi secara aktual selambat – lambatnya 5 hari setelah kelahiran.
©      Kolaborasi dalam pemberian furosemid sesuai indikasi
Rasional : Meningkatkan haluaran urin dan menghilangkan edema pulmonal.
8. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot ( diastasis recti ),efek – efek progesteron, dehidrasi, kelebihan analgesia atau anestesia, nyeri perineal / rectal.
Tujuan             : Melakukan kembali kebiasaan defekasi yang biasanya / optimal dalam 4 hari setelah kelahiran.
Intervensi        :
©      Auskultasi adanya bising usus ; perhatikan kebiasaan pengosongan normal atau diastaksis rekti
Rasional : Mengevaluasi fungsi usus
©      Kaji terhadap adanya hemoroid
Rasional : Menurunkan ukuran hemoroid, menghilangkan gatal dan
ketidaknyamanan, dan meningkatkan vasokonstriksi lokal.
©      Anjuran peningkatan tingkat aktifitas dan ambulasi, sesuai toleransi
Rasional : Membantu meningkatkan peristaltik gastrointestinal.
©      Kolaborasi dalam pemberian laksatif, pelunak feses, supositoria, atau enema
Rasional : Mungkin perlu untuk meningkatkan kembali ke kebiasaan defekasi normal dan mencegah mengejan atau stres perinal selama pengosongan.
9. Risiko tinggi terhadap perubahan menjadi orang tua berhubungan dengan kurang dukungan diantara / dari orang terdekat, kurang pengetahuan, ketidakefektifan dan tidak tersedianya model peran, harapan tidak realistis untuk diri sendiri / bayi / pasangan, tidak terpenuhinya kebutuhan maturasi sosial / emosional dari klien / pasangan, adanya stresor ( misalnya ; finansial, rumah tangga , pekerjaan )
Tujuan             : Mengungkapkan masalah dan pertanyaan tentang menjadi orang tua, mendiskusikan peran menjadi orang tua secara realistis, secara aktif mulai melakukan tugas perawatan bayi baru lahir dengan tepat, mengidentifikasi sumber – sumber.
Intervensi        :
©      Kaji kekuatan, kelemahan, usia, status perkawinan, ketersediaan sumber pendukung dan latar belakang budaya.
Rasional
          : Mengidentifikasi faktor – faktor risiko potensial dan sumber – sumber pendukung, yang mempengaruhi kemampuan klien / pasangan untuk menerima tantangan peran menjadi orang tua.
©      Perhatikan respons klien / pasangan terhadap kelahiran dan peran menjadi orang tua
Rasional
          : Kemampuan klien untuk beradaptasi secara positif untuk menjadi orang tua mungkin dipengaruhi oleh reaksi ayah dengan kuat.
©      Evaluasi sifat dari menjadi orangtua secara emosi dan fisik yang pernah dialami klien / pengalaman selama kanak – kanak
Rasional
          : Peran menjadi orang tua dipelajari, dan individu memakai peran orang tua mereka sendiri menjadi model peran.
©      Tinjau ulangf catatan intrapartum terhadap lamanya persalinan, adanya komplikasi, dan peran pasangan pada persalinan
Rasional
          : Persalinan lama dan sulit, dapat secara sementara menurunkan energi fisik dan emosional yang perlu untuk mempelajari peran menjadi ibu dan dapat secara negatif mempengaruhi menyusui.
©      Evaluasi status fisik masa lalu dan saat ini dan kejadian komplikasi pranatal, intranatal, atau pascapartal
Rasional
          : Kejadian seperti persalinan praterm, hemoragi, infeksi, atau adanya komplikasi ibu dapat mempengaruhi kondisi psikologis klien.
©      Evaluasi kondisi bayi ; komunikasikan dengan staf perawatan sesuai indikasi
Rasional
          : Ibu sering mengalami kesedihan karena mendapati bayinya tidak seperti bayi yang diharapkan.
©      Pantau dan dokumentasikan interaksi klien / pasangan dengan bayi
Rasional
          : Beberapa ibu atau ayah mengalami kasih sayang bermakna pada pertama kali ; selanjutnya , mereka dikenalkan pada bayi secara bertahap.
©      Anjurkan pasangan / sibling untuk mengunjungi dan menggendong bayi dan berpartisipasi terhadap aktifitas perawatan bayi sesuai izin
Rasional
          : Membantu meningkatkan ikatan dan mencegah perasaan putus asa.
©      Kolaborasi dalam merujuk untuk konseling bila keluarga beresiko tinggi terhadap masalah menjadi orang tua atau bila ikatan positif diantara klien / pasangan dan bayi tidak terjadi.
Rasional
          : Perilaku menjadi orang tua yang negatif dan ketidakefektifan koping memerlukan perbaikan melalui konseling, pemeliharaan atau bahkan psikoterapi yang lama.
10. Risiko tidak efektif koping individual berhubungan dengan krisis
maturasional dari kehamilan / mengasuh anak dan melakukan peran ibu dan menjadi orang tua ( atau melepaskan untuk adopsi ), kerentanan personal, ketidakadekuatan sistem pendukung, persepsi tidak realistis
.
Tujuan             : Mengungkapkan ansietas dan respon emosional, mengidentifikasi kekuatan individu dan kemampuan koping pribadi, mencari sumber – sumber yang tepat sesuai kebuuhan.
Intervensi        :
©      Kaji respon emosional klien selama pranatal dan dan periode intrapartum dan persepsi klien tentang penampilannya selama persalinan.
Rasiona
l          : Terhadap hubungan langsung antara penerimaan yang positif akan peran feminin dan keunikan fungsi feminin serta adaptasi yang positif terhadap kelahiran anak, menjadi ibu, dan menyusui.
©      Anjurkan diskusi oleh klien / pasangan tentang persepsi pengalaman kelahiran
Rasional
          : Membantu klien / pasangan bekerja melalui proses dan memperjelas realitas dari pengalaman fantasi.
©      Kaji terhadap gejala depresi yang fana ( " perasaan sedih " pascapartum ) pada hari ke-2 sampai ke-3 pascapartum ( misalnya ; ansietas, menangis, kesedihan, konsentrasi yang buruk, dan depresi ringan atau berat )
Rasional
          : Sebanyak 80 % ibu – ibu mengalami depresi sementara atau perasaan emosi kecewa setelah melahirkan.
©      Evaluasi kemampuan koping masa lalu klien, latar belakang budaya, sistem pendukung, dan rencana untuk bantuan domestik pada saat pulang
Rasional
          : Membantu dalam mengkaji kemampuan klien untuk mengatasi stres.
©      Berikan dukungan emosional dan bimbingan antisipasi untuk membantu klien mempelajari peran baru dan strategi untuk koping terhadap bayi baru lahir
Rasional
          : Keterampilan menjadi ibu / orang tua bukan secara insting tetapi harus dipelajari
©      Anjurkan pengungkapan rasa bersalah, kegagalan pribadi, atau keragu – raguan tentang kemampuan menjadi orang tua
Rasional
          : Membantu pasangan mengevaluasi kekuatan dan area masalah secara realistis dan mengenali kebutuhan terhadap bantuan profesional yang tepat.
©      Kolaborasi dalam merujuk klien / pasangan pada kelompok pendukungan menjadi orang tua, pelayanan sosial, kelompok komunitas, atau pelayanan perawat berkunjung
Rasional
          : Kira – kira 40 % wanita dengan depresi pascapartum ringan mempunyai gejala – gejala yang menetap sampai 1 tahun dan dapat memerlukan evaluasi lanjut.
11. Gangguan pola tidur berhubungan dengan Respon hormonal dan
psikologis ( sangat gembira, ansietas, kegirangan ), nyeri / ketidaknyamanan, proses persalinan dan kelahiran melelahkan.
Tujuan : Mengidentifikasi penilaian untuk mengakomodasi perubahan yang diperlukan dengan kebutuhan terhadap anggota keluarga baru, melaporkan peningkatan rasa sejahtera dan istirahat.
Intervensi        :
©      Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat
Rasional
          : Persalinan atau kelahiran yang lam dan sulit, khususnya bila ini terjadi malam, meningkatkan tingkat kelelahan.
©      Kaji faktor – faktor, bila ada yang mempengaruhi istirahat
Rasional
          : Membantu meningkatkan istirahat, tidur dan relaksasi dan menurunkan rangsang.
©      Berikan informasi tentang kebutuhan untuk tidur / istirahat setelah kembali kerumah
Rasional
         : Rencana yang kreatif yang membolehkan untuk tidur dengan bayi lebih awal serta tidur siang membantu untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
©      Berikan informasi tentang efek – efek kelelahan dan ansietas pada suplai ASI
Rasional
          : Kelelahan dapat mempengaruhi penilaian psikologis, suplai ASI , dan penurunan refleks secara psikologis.
©      Kaji lingkungan rumah, bantuan dirumah, dan adanya sibling dan anggota keluarga lain
Rasional
          : Multipara dengan anak di rumah memerlukan tidur lebih banyak dirumah sakit untuk mengatasi kekurangan tidur dan memenuhi kebutuhannya.
12. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayi
berhubungan dengan kurang pemajanan / mengingat, kesalahan interpretasi, tidak mengenal sumber – sumber.
Tujuan             : Mengungkapkan berhubungan dengan pemahaman perubahan fisiologis, kebutuhan individu, hasil yang diharapkan, melakukan aktivitas / prosedur yang perlu dan menjelaskan alasan – alasan untuk tindakan.
Intervensi        :
©      Pastikan persepsi klien tentang persalinan dan kelahiran, lama persalinan, dan tingkat kelelahan klien.
Rasional
          : Terhadap hubungan antara lama persalinan dan kemampuan untuk melakukan tanggung jawab tugas dan aktifitas – aktifitas perawatan diri / perawatan bayi.
©      Kaji kesiapan klien dan motivasi untuk belajar
Rasional
          : Periode pascanatal dapat merupakan pengalaman positif bila penyuluhan yang tepat untuk membantu pertumbuhan ibu, maturasi, dan kompetensi.
©      Berikan informasi tentang perawatan diri, termasuk perawatan perineal dan higiene, perubahan fisiologis
Rasional
          : Membantu mencegah infeksi, mempercepat pemulihan dan penyembuhan, dan berperan pada adaptasi yang positif dari perubahan fisik dan emosional.
©      Diskusikan kebutuhan seksualitas dan rencana untuk kontrasepsi
Rasional
          : Pasangan mungkin memerlukan kejelasan mengenai ketersediaan metoda kontrasepsi dan kenyataan bahwa kehamilan dapat terjadi bahkan sebelum kunjungan sebelum kunjungan minggu ke-6.
13. Potensial terhadap pertumbuhan koping keluarga berhubungan dengan kecukupan pemenuhan kebutuhan – kebutuhan individu dan tugas – tugas adaptif, memungkinkan tujuan aktualisasi diri muncul ke permukaan.
Tujuan             : Mengungkapkan keinginan untuk melaksanakan tugas – tugas yang mengarah pada kerja sama dari anggota keluarga baru, mengekspresikan perasaan percaya diri dan kepuasan dengan terbentuknya kemajuan dan adaptasi.
Intervensi        :
©      Kaji hubungan anggota keluarga satu sama lain
Rasional
          : Perawat dapat membantu memberikan pengalaman positif di rumah sakit dan menyiapkan keluarga terhadap pertumbuhan melalui tahap – tahap perkembangan.
©      Anjurkan partisipasi seimbang dari orang tua pada perawatan bayi
Rasional
          : Fleksibilitas dan sensitifitasi terhadap kebutuhan keluarga membantu mengembangkan harga diri dan rasa kompeten dalam perawatan bayi baru lahir setelah pulang.
©      Berikan bimbingan antisipasi mengenai perubahan emosi normal berkenaan dengan periode pascapartum
Rasional
          : Membantu menyiapkan pasangan untuk kemungkinan perubahan yang mereka alami, menurunkan stres dan meningkatkan koping positif.
©      Berikan informasi tertulis mengenai buku – buku yang dianjurkan untuk anak – anak ( sibling ) tetang bayi baru
Rasional
          : Membantu anak mengidentifikasi dan mengatasi perasaan akan kemungkinan penggantian atau penolakan.
©      Kolaborasi dalam merujuk klien / pasangan pada kelompok orang tua pascapartum di komunitas
Rasional
          : Meningkatkan pengetahuan orang tua tentang membesarkan anak dan perkembangan anak.

D. Tindakan Keperawatan
Menurut Doenges (2000) implementasi adalah perawat mengimplementasikan intervensi-intervensi yang terdapat dalam rencana perawatan. Menurut Allen (1998) komponen dalam tahap implementasi meliputi tindakan keperawatann mandiri, kolaboratif, dokumentasi, dan respon pasien terhadap asuhan keperawatan.
E. Evaluasi
Evaluasi didasarkan pada kemajuan pasien dalam mencapai hasil akhir yang ditetapkan yaitu meliputi ;
1.      kesejahteraan fisik ibu dan bayi akan dipertahankan.Ibu dan keluarga akan mengembangkan koping yang efektif.
2.      Setiap anggota keluarga akan melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang sehat.
3.      Perawat dapat yakin bahwa perawatan berlangsung efektif jika kesejahteraan fisik ibu dan bayi dapat dipertahankan, ibu dan keluarganya dapat mengatasi masalahnya secara efektif, dan setiap anggota keluarga dapat meneruskan pola pertumbuhan dan perkembangan yang sehat.
                                                             
 BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
  1. Postpartum blues yaitu suatu perasaan bercampur aduk keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak nyaman setelah persalinan, yang berkaitan dengan hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya sendiri.
  2. Banyak penyebab terjadinya postpartum blues yaitu Faktor hormonal, berupa perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin dan estriol yang terlalu rendah atau terlalu tinggi, Faktor demografik yaitu umur dan paritas, Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan, Takut kehilangan bayi, bayi sakit ( kuning, dll ), Takut untuk memulai hubungan suami istri ( ML ), anak akan terganggu., Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan.
  3. Penderita postpartum dapat dideteksi melalui skrinning yaitu dengan kuisioner yang berupa pertanyaan tentang rasa cemas
  4. Asuhan keperawatan pada pasien postpartum blues pada dasarnya harus holistik yaitu menyeluruh dari bio-psiko-sosio-spiritual dan melibatkan orang tua si anak yaitu ayah dan ibu si anak.

               
DAFTAR PUSTAKA
*      Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
*      Hamilton, C. Mary, 1995, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC, Jakarta
*      Soekojo, Saleh, 1973, Patologi, UI Patologi Anatomik, Jakarta
*      Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid I. EGC. Jakarta
*      Johnson & Taylor, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. EGC. Jakarta
*      Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius. Jakarta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar