Baby Hello Kitty"), auto;}

create name

Profesional Nurse

"Tidak ada satupun di dunia ini, yang bisa di dapat dengan mudah. Kerja keras dan doa adalah cara untuk mempermudahnya."

Sabtu, 20 April 2013

PERBEDAAN RASA NYERI SEBELUM DAN SESUDAH RELAKSASI NAFAS DALAM PADA KLIEN POST SECTIO CAESARIA DI RUANG KEBIDANAN RSUD KOTA PADANG PANJANG



Abstrak
Pain in post caesaria is an acute pain. The the pain is caused by the distruction of the tissue and also related by psycososial component. Deep breath relaxation is one of non pharmacologic pain management. That is effective to reduce the pain, because it can reliefe control system therefore more less stimulus of pain to the cerebral. Beside that, it is an independent easy intervention of nurse, no cost, and no side effect for the client.
The purpose of this research is to know the difference of pain after deep breath relaxation. Population is taking by accidental sampling with 13 clients in first day after sectio caesaria in abstetry room Regional Hospital of Padang Panjang city. This research is done in 10th of March until 31st of March 2008.
The out put of this research showed there is the difference of pain post section caesaria, with t value 25,872 and P value 0,0005. Therefore the conclusion is there is the difference of pain before and after deep breath relaxation.
So we suggested to use deep breath relaxation technique at the hospital to reduce the pain of client.

Abstrak
Nyeri pada klien Post Sectio Caesaria merupakan nyeri akut. Dimana nyeri ini tidak hanya berhubungan dengan rusaknya jaringan, tetapi juga berhubungan dengan komponen psikososial. Relaksasi nafas dalam merupakan salah satu manajemen non farmakologi yang cukup efektif dalam menurunkan nyeri karena dapat menurunkan sistim kontrol sehingga rangsangan nyeri lebih sedikit sampai ke otak. Disamping itu manajemen ini merupakan tindakan mandiri perawat mudah dilakukan, tidak membutuhkan biaya dan tidak ada efek samping terhadap klien. Tujuan penelitian untuk melihat perbedaan rasa nyeri pada klien Post Sectio Caesaria sebelum relaksasi nafas dalam dan sesudah relaksasi nafas dalam.
Desain penelitian ini eksperimen sederhana dengan one group pre dan post intervensi. Populasi diambil secara acidental sampling dengan jumlah sampel 13  orang pada klien Post Sectio Caesaria hari pertama di Ruang Kebidanan RSUD Kota Padang Panjang. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 10 sampai tanggal 31 Maret 2008.
Hasil penelitian adanya perbedaan rasa nyeri pada klien Post Sectio Caesaria dengan nilai t 33,397 dan nilai P value 0,0005. Sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan nyeri sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi nafas dalam.
Adapun saran peneliti, sebaiknya perawat terlebih dahulu mengajarkan relaksasi nafas dalam pada klien sebelum dilakukan tindakan operasi, agar klien mampu mengatasi nyeri setelah operasi.


1.         PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
          Nyeri  merupakan alasan yang paling umum seseorang mencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersama proses penyakit, pemeriksaan diagnostik dan proses pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan banyak orang. Perawat tidak bisa melihat dan merasakan nyeri yang dialami oleh klien, karena nyeri bersifat subyektif (antara satu individu dengan individu lainnya berbeda dalam menyikapi nyeri). Perawat memberi asuhan keperawatan kepada klien di berbagai siatuasi dan keadaan, yang memberikan intervensi untuk meningkatkan kenyamanan. Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan, salah satunya klien Post Sectio Caesaria.
Pernyataan tersebut didukung oleh ”Kolcaba” yang mengatakan bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia.
Secara umum penanganan nyeri pasca operasi ada dua, yaitu manajemen farmakologi (obat–obatan) dan manajemen non farmakologi. Pada manajemen non farmakologi perawat berperan besar dalam penanggulangan nyeri karena merupakan tindakan mandiri perawat. Manajemen non farmakologi dapat menurunkan nyeri dengan resiko yang rendah bagi pasien dan tidak membutuhkan biaya. Walaupun ini bukan pengganti obat tetapi dapat menurunkan nyeri dalam beberapa menit atau detik, menggabungkan kedua pendekatan ini merupakan cara paling efektif untuk mengurangi nyeri. (Brunner, 2000).
Manajemen non farmakologi terdiri dari tekhnik relaksasi, disfraksi, panduan imajinasi, masase kulit, pada  relaksasi nafas dalam merupakan salah satu cara efektif untuk menurunkan nyeri karena dapat menurunkan sistem kontrol sehingga rangsangan nyeri lebih sedikit dikirim ke otak.  relaksasi nafas dalam dipadukan dengan panduan imajinasi yang membutuhkan kosentrasi pasien dan menghasilkan sensori selain nyeri. (Brunner, 2000).
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa  relaksasi efektif dalam menurunkan nyeri pasca operasi (Potter & Ferry, 2002) ini mungkin karena relatif kecilnya peran otot–otot skletal dalam nyeri pasca operatif atau kebutuhan pasien untuk melakukan  relaksasi tersebut agar efektif. (Brunner, 2000).
Penatalaksanaan nyeri bukan hanya sekedar berupaya untuk menghilangkan nyeri, tetapi juga menekankan pada upaya untuk meningkatkan kwalitas hidup klien dan kemampuan bekerja secara produktif, untuk membuat klien dapat menikmati relaksasi dan membantu klien berfungsi secara normal di dalam keluarga dan masyarakat. Penatalaksanaan nyeri yang efektif tidak hanya mengurangi ketidak nyamanan fisik tetapi juga meningkatkan mobilisasi lebih awal membantu klien bekerja lebih dini, mempermudah masa hospitalisasi dan mengurangi biaya perawatan.
Dari hasil wawancara, dengan klien yang mengalami post Sectio Caesaria yang ad di RSUD Padang Panjang, tiga orang mengatakan tidak pernah mendengar teknik relaksasi nafas dalam dan satu orang pernah mendengar tapi tidak mengerti. Dan hasil wawancara dengan perawat, perawat mengatakan  relaksasi nafas dalam belum dilakukan, karena mereka selalu memakai obat analgetik untuk menghilangkan nyeri klien, dan dari hasil observasi penulis ternyata  relaksasi nafas dalam memang belum dilakukan perawat kepada klien untuk mengatasi nyeri klien Post Sectio Caesaria.
Dari latar belakang diatas penulis tertarik untuk  meneliti tentang perbedaan rasa nyeri sebelum dan sesudah relaksasi nafas dalam pada klien post Sectio Caesaria di RSUD Kota Padang Panjang.


1.2   Tujuan Penelitian
1.2.1 Tujuan Umum
          Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan rasa nyeri sebelum dan sesudah relaksasi pada klien post Sectio Caesaria di RSUD Kota Padang Panjang.
1.2.2            Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui  rata–rata rasa nyeri pada klien post Sectio Caesaria sebelum dilakukan relaksasi nafas dalam.
2. Untuk mengetahui rata–rata rasa nyeri pada klien post Sectio Caesaria setelah dilakukan  relaksasi nafas dalam.
3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan dari rasa nyeri sebelum dan sesudah relaksasi nafas dalam.

2. TAHAP PENELITIAN
  Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan yang digunakan adalah Pretes- postest Control–Group Design. (Arikunto, 2005). Didalam desain ini observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksperimen, tanpa menggunakan kelompok kontrol. Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua klien Sectio Caesaria, hari pertama yang dirawat di Ruang Kebidanan RSUD Kota Padang Panjang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini secara accidental sampling, dengan satu objek 2 kali pelaksanaan, yaitu pre dan post test. Sampel yang didapat 13 orang klien yang mengalami nyeri post sectio caesaria diruang kebidanan RSUD kota Padang Panjang, dengan criteria klien yang dilakukan Sectio Caesaria, bersedia menjadi responden, dapat berkomunikasi dengan baik dan klien hari pertama dirawat di ruang kebidanan.
Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran observasi yang meliputi tingkah laku klien terhadap nyeri yang dirasakan, dengan menggunakan checklist, wawancara mengenai Intensitas nyeri dan pengukuran fisiologis yang meliputi pengukuran tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernafasan dan keadaan kulit. Selanjutnya dilakukan intervensi  relaksasi nafas dalam pada kelompok eksperimen

3.     HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tabel 1
Rata-rata Rasa Nyeri Sebelum Dan Sesudah  Relaksasi Nafas Dalam Pada Klien Post Sectio Caesaria Di RSUD Padang Panjang
 
No.
Variabel
Mean
Standar Deviasi
SE
Jumlah
1.
Sebelum Relaksasi
25,38
1,850
0,513
13
2.
Sesudah Relaksasi
12,08
1,891
0,525
13

Dari tabel 1 dapat dilihat rata-rata pengukuran rasa nyeri sebelum relaksasi nafas dalam adalah 25,38 dengan standar deviasi 1,850. Pada pengukuran setelah relaksasi diperoleh rata-rata rasa nyeri adalah 12,08 dengan standar deviasi 1,891 dari jumlah responden 13 orang.
Tabel 2
Distribusi Perbedaan Rasa Nyeri Sebelum Dan Sesudah Relaksasi Nafas Dalam Pada Klien Post Sectio Caesaria Di RSUD Padang Panjang
 
Variabel
Perbedaan Rasa Nyeri
P Value
t
df
N
Mean
SD
SE
Rasa Nyeri Sebelum Relaksasi dibandingkan Sesudah Relaksasi

13,31

1,437

0,398

0,000

33,397

12

13

  Dari tabel 2 terlihat nilai mean perbedaan rasa nyeri sebelum dan sesudah relaksasi nafas dalam adalah 13,31 dengan standar deviasi 1,437. Perbedaan ini diuji dengan Uji T berpasangan menghasilkan nilai P = 0,0005 dengan df = 12 pada α (alpha) 0,05 dan nilai t = 33,397. Jadi Berdasarkan hasil uji t, t hitung = 33,397 (t tabel = 1,78).  Karena t hitung > t tabel maka Ho ditolak. berdasarkan Nilai P, P = 0,000. Karena nilai P < 0,05 maka Ho ditolak.
Berarti terjadi penurunan rasa nyeri yang signifikan setelah dilakukan relaksasi nafas dalam. Berarti terdapat perbedaan yang bermakna penurunan nyeri setelah diberikan relaksasi nafas dalam dibandingkan  sebelum diberikan relaksasi nafas dalam.
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. (Perry & Potter, 2002)
Dengan adanya stimulus yang mengenai tubuh (mekanik, termal, kimia) akan menyebabkan pelepasan substansi kimia seperti histamin, bradikinin, kalium. Substansi tersebut menyebabkan nosiseptor bereaksi, apabila nosiseptor mencapai ambang nyeri, maka delta dan serabut C. Impuls syaraf akan di bawa sepanjang serabut syaraf sampai ke kornu dorsalis melepaskan neurotrasmiter (substansi P). Substansi P ini menyebabkan transmisi sinapsis dari saraf perifer ke saraf traktus spinotalamus. Hal ini memungkinkan impuls syaraf ditransmisikan lebih jauh ke dalam system saraf pusat. Setelah impuls syaraf sampai di otak, otak mengolah impuls syaraf kemudian akan timbul respon reflek protktif.
Persepsi merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri, pada saat individu menjadi sadar akan nyeri, maka akan terjadi reaksi yang komplek.
Persepsi menyadarkan individu dan mengartikan nyeri itu sehingga kemudian individu dapat bereaksi. Dapat digambarkan secara ringkas proses terjadinya nyeri. Dimana stimulus nyeri ditransmisikan ke medula spinalis, naik ke talamus, selanjutnya serabut mentransmisikan nyeri ke seluruh bagian otak, termasuk area limbik. Area ini yang akan berperan dalam memproses reaksi emosi terhadap nyeri. Setelah transmisi syaraf berakhir di pusat otak, maka individu akan mempersepsikan nyeri.
Dimana tubuh akan bereaksi terhadap nyeri merupakan respon fisiologis dan perilaku yang terjadi setelah mempersepsikan nyeri.
Nyeri dengan intensitas ringan hingga sedang dan nyeri yang superfisal menimbulkan reaksi ”flight atau fight”, yang merupakan sindrom adaptasi umum. Dimana stimulasi pada cabang simpatis pada saraf otonom menghasilkan respon fisiologis, apabila nyeri berlangsung terus menerus, maka sistem parasimpatis akan bereaksi, maka impuls nyeri ditransmisikan ke medula spinalis menuju ke batang otal dan talamus. Sistem saraf otonom menjadi terstimulasi, saraf simpatis dan parasimpatis bereaksi, maka akan timbul respon fisiologis dan akan muncul perilaku. (Purwandari, 2008).
            Hasil penelitian diatas sesuai dengan teori yang ditemukan oleh Malzack dan Wall 1965 dalam teori Gate Kontrol, bahwa engan memanipulasi rangsangan pada serat besar dan serat kecil akan menciptakan mekanisme menutup pintu yang dapat mempengaruhi aktifitas sel T yang membawa impuls nyeri lebih sedikit diterima otak, sehingga sifat dan kualitas nyeri yang dirasakan berkurang dan nyeri dirasakan lebih singkat. Bila tubuh relaks dan nyaman maka klien dapat mengalihkan perhatiannya dari rasa nyeri untuk beberapa saat maka nyeri berkurang.
Teori diatas juga dikuatkan Caffary 1979, yang menyatakn bahwa nyeri merupakan pengalaman pribadi yang dikatakan secara lisan dan merupakan apa saja yang dirasakan seseorang sehingga individu tersebut mengungkapkan dia merasa sakit (Perry & Potter, 2002).
Menurut Brunner & Suddarth 2002 bahwa teknik relaksasi dengan menarik nafas dalam klien dengan lambat pasien akan merasakan energi penyembuhan mengalir ke area yang tidak nyaman dan saat menghembuskan nafas lambat klien akan merasakan tegangan otot dan ketidaknyamanan dikeluarkan sehingga tubuh menjadi relaks dan nyaman.
Menurut Brunner & Suddarth 2002 Penurunan rasa nyeri ini mempengaruhi simpato adrenal, sehingga hipotalamus tidak mengkatifkan mekanisme saraf simpatis dan medulla adrenal untuk menghasilkan hormon epineprin dan non epineprin. Maka terjadi penurunan tekanan darah, frekuensi nafas, nadi dan keringat.
Selain itu efek pengaliran endorphin dan enkepalin dalam pembuluh darah menyebabkan vasodilatasi perifer, sehingga terjadi arus balik vena, curah jantung menurun. Pelebaran ini juga menyebabkan menurunnya resistansi pembuluh darah yang mempengaruhi kardio vaskular. (Brunner & Suddarth, 2002).
Penelitian ini juga sejalan dengan Maizulfa (2006) yang menyatakan bahwa terjadi pengaruh yang signifikan  teknik relaksasi terhadap penurunan nyeri pasca apendiktomi di ruangan bedah RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi.

4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Rata-rata rasa nyeri klien Post Sectio Caesaria sebelum relaksasi nafas dalam adalah 25,38.
2. Rata-rata rasa nyeri klien Post Sectio Caesaria setelah relaksasi nafas dalam adalah 12,08.
3. Ada perbedaan yang signifikan rasa nyeri sebelum dan sesudah relaksasi nafas dalam pada klien Post Sectio Caesaria di Ruang Kebidanan RSUD Padang Panjang dengan P = 0,000.

5. SARAN
           Dari hasil penelitian ini penulis mempunyai beberapa saran yaitu sebagai berikut :
1. Kepada petugas keperawatan di Ruang Kebidanan RSUD Padang Panjang dalam menangani klien Post Sectio Caesaria dalam mengatasi/menurunkan rasa nyeri agar secara continue melakukan teknik relaksasi nafas dalam.
2. Kepada manajemen RSUD Padang Panjang agar dapat membuat Protap penanganan rasa nyeri pada Klien Post Sectio Caesaria dengan teknik relaksasi nafas dalam.
3. Kepada para peneliti penulis berharap hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai data awal untuk kegiatan penelitian lanjutan tentang penanganan rasa nyeri pada klien Post Sectio Caesaria.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2005, Manajemen Penelitian. Cetakan ke tujuh. PT Reneka Cipta. Jakarta
Brunner & Suddarth. 2002, Textbook of Medical Surgical Nursing. 9th Edition. New York : Lippincott
Depses RI. 2004, Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan, Jakarta
Hidayat. 2002. Dokumentasi Proses Keperawatan, Jakarta: EGC
Haryanto. 2006, Efek Teknik Relaksasi Progresif,Jakarta: EGC
Maizulfa. 2006, Pengaruh Relaksasi Sebelum dan Sesudah Relaksasi pada Pasien Post Apendiktomi, Bukittinggi (Tidak dipublikasikan)
Nursalam. 2000, Pendekatan Praktis Metode Riset Keperawatan. Surabaya
Potter & Perry : 2002 Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Purwandari. 2008, Nyeri Dan Kenyamanan. Http/www.Eleaming une.ac.id. KDM I – PSIK UNEJ - Nyeri. Http/www.Eleaming une.ac.id. KDM I – PSIK UNEJ
Raharjo Miko,2007. Apa Itu Operasi Caesar,Word Press.com . Jakarta
Rekan Medis. 2007, RSUD Kota Padang Panjang

Republika, 2007, Apa Itu Operasi Caesar,wwwRepublika.co.id/Jakarta.
Robert Priharjo, 1992. Keperawatan Nyeri Pemenuhan Aktifitas Istirahat Pasien. Seri Keperawatan .Jakarta : EGC
Sugiyono, 1997. Statiska Untuk Penelitian Kesehatan. Jakarta. Alfabeta
Susanto, 2006, Basic Data Analysis For Health Research Training, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Tamsuri. 2004. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC
Wahyuni, 2005. Pengaruh Terapi Aktivitas Bermain : Meniup Tiupan Lidah Terhadap Perubahan Pola Nafas Anak Toddler Dengan Bronkhopneunomia Di Rumah Sakit Islam Cepaka Putih, Jakarta (Tidak dipublikasikan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar