BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manuskrip-manuskrip
kuno sebenarnya telah menulis tentang wanita yang memakan obat supaya tidak
hamil. Di Indonesia telah sejak lama para wanita memilih “jamu” untuk mencegah
kehamilan. Sayangnya jamu tradisional ini secara ilmiah kedokteran belum banyak
diselidiki dengan lebih mendalam.
Menjelang akhir
abad 19, Beard dan zschokke mengemukakan bahwa pada beberapa jenis binatang,
ovulasi akan tidak terjadi bila korpus luteum berkembang baik; dan pada tiga
dasawarsa pertama abad ke 20 dilaporkan bahwa ekstrak dari korpus luteum dapat
mencegah ovulasi. Setelah diselidiki ternyata korpus luteum mengandung hormon
progesteron yang mampu menekan ovulasi. Pada tahun1930-an Bickenbach dan
messenbach menemukan bahwa bahan steroid seperti progesteron, testosteron, dan
estrogen dapat menghambat ovulasi.
Pelopor
penelitian kontrasepsi Pil adalah Pincus, Rock, dan Carcia (1956) dimana
percobaan-percobaan klinik yang amat intensif dan seksama telah dilakukan
diPuerto Rico dengan hasil yang amat efektif dan memuaskan, semenjak saat itu
pemekai Pil KB tersebar diseluruh dunia. Pil kombinasi yang berisi estrogen dan
progesteron mulai dipasarkan tahun 1960, dan kemudian pada tahun 1963 Pil
sequential mulai diperkenalkan pula. Sampai sekarang bermacam-macam jenis Pil
kontrasepsi telah beredar dipasaran.
Menurut
Guttmacher (1970), karena sangat efektif kalau dimakan menurut aturan pakai,
maka kontrasepsi Pil adalah satu cara yang terbaik dalam usaha kontrasepsi pada
masa sekarang ini. Pendapat ini didasarkan pada hal-hal berikut :
1. Meningginya
pemakaian kontrasepsi Pil segala usia
2. Meningginya
kepercayaan terhadap Pil
3. Menurunnya takaran
estrogen dan progesteron beserta rangkaiannya
4. Meningginya daya
penerimaan dan fasilitas pengadaan
5. Meningginya
efektivitas dan menurunnya efek samping
Jumlah
akseptor kontrasepsi Pil meningkat setiap tahun, baik dinegara-negara maju
maupun dinegara-negara berkembang. Diperkirakan bahwa lebih dari 25% wanita PUS
sekarang ini menggunakan kontrasepsi Pil secara kontinu. Program pembangunan
nasional, Keluarga Berencana (KB) mempunya arti krusial untuk mewujudkan
manusia Indonesia sejahtera, di samping pendidikan dan kesehatan. Namun,
kesadaran pentingnya kontrasepsi di Indonesia saat ini masih rendah. Padahal,
penggunaan kontrasepsi seperti pil KB, vasektomi, tubektomi, spiral atau
suntik, sangat penting untuk menunda kehamilan, menjarangkan serta mencegah
kehamilan. Data
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2007 menyebutkan,
penduduk di Indonesia berjumlah sekitar 224,9 juta jiwa. Terbanyak keempat di
dunia. Tetapi, dari segi kualitas masih rendah. Terbukti dari jumlah
pengangguran yaitu 9,43 juta jiwa (versi Badan Pusat Statistik).
Kekhawatiran
ledakan penduduk pada tahun 2015 mendorong pemerintah membuat sejumlah
kebijakan penting mengenai program KB. Salah satunya, dengan kampanye global
Hari Kontrasepsi Dunia 2008 yang mengambil tema Your Life, Your Body, Your
Choice yang bertujuan
untuk mengedukasi pasangan suami-istri dalam usia produktif di seluruh dunia. “Saat ini program KB
direvitalisasi dengan mengikutsertakan semua pihak, termasuk peran swasta dan
individu,“ ujar Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN),
Dr. Sugiri Sjarief.
Demi mendorong
penggunaan alat kontrasepsi, Bayer Schering Pharma mengeluarkan pil KB bernama
Yasmin. Pil Yasmin sendiri merupakan pil KB drospirenone yang mengandung anti
mineralokortikoid dan anti androgenik, sehingga dapat mengurangi gejala pre menstrual symptom
(PMS), tidak menaikkan berat badan dan mengurangi produksi minyak. Produk
Yasmin dapat berfungsi untuk menurunkan berat badan karena adanya efek anti
mineral liquid yang tidak akan menahan cairan dalam tubuh. Dengan begitu, tidak
membuat gemuk dan memberi efek samping kepada pemakainya. Harganya pun juga
relatif terjangkau.
Selama ini,
masalah yang dihadapi para pengguna pil KB adalah efek samping pada masa
adaptasi. Selain itu juga penggunaan yang salah sehingga memunculkan efek yang
tidak menyenangkan dan sering dianggap kurang praktis karena harus diminum tiap
hari. Tak bisa dipungkiri pil KB belum menjadi hal yang populer di Indonesia.
Angka pemakainya belum tinggi karena kesadaran ber-KB masih rendah. Hal ini
terlihat dari data BKKBN yang menunjukkan 61,4% pengguna metode kontrasepsi di
Indonesia, sebanyak 31,6% menggunakan suntik, memakai pil hanya 13,2%, spiral
4,8%, implant 2,8%, dan kondom 1,3%. Bayer sebelumnya telah mendirikan Yasmin
Club sebagai komunitas pengguna pil KB Yasmin sehingga para pengguna dapat
berbagi pengetahuan dan pengalamannya dan mendorong kepatuhan pengguna demi
tercapainya efektivitas pil KB. Saat ini, konsumen pil KB Yasmin di Indonesia
berjumlah 10 ribu orang, dan 400 orang sudah bergabung dalam Y Club. “Kontrasepsi merupakan
kebutuhan wanita modern, yang lebih banyak berperan sebagai ibu rumah tangga
sekaligus wanita bekerja. Dengan demikian, pemilihan dan penggunaan pil KB yang
tepat perlu dilakukan agar tidak mengganggu aktivitas,” ujar Public Relations
Manager Bayer Schering Pharma, Meiliza Chandra. Hal senada diungkapkan
Guru Besar Ginekologi dan Obstetri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Prof. Biran Affandi yang mengatakan bahwa kontrasepsi jadi pilihan individu.
“Dalam hal kontrasepsi, tingkat kehidupan yang berbeda akan memunculkan
kebutuhan yang berbeda pula,“ ujarnya.
Sebagai suatu
kebutuhan, kontrasepsi terkait dengan kebutuhan fisik dan sosial. Sebagai
kebutuhan fisik, kontrasepsi berperan dalam reproduksi, yaitu untuk menunda
kehamilan, menjarangkan serta mencegah kehamilan. Sementara sebagai kebutuhan
sosial, kontrasepsi berkaitan dengan upaya mewujudkan program pembangunan suatu
negara. Pengguna pil KB dari awal tahun hingga April 2008 berjumlah 39.212
orang. Sedangkan jumlah pengguna KB suntik adalah 44.889 orang. Jumlah tersebut
meningkat pada tahun ini. Angka pengguna pil KB mencapai 43.385 dan KB suntik
jumlahnya 52.763. Jumlah
ini berbanding terbalik dengan pengguna KB jangka panjang yang mengalami
penurunan. Dari Januari hingga April 2008, pengguna IUD berjumlah 2.639 dan
pada tahun ini mengalami penurunan menjadi 2.337. Pengguna implan juga menurun
dari 5.250 orang pada April 2008 menjadi 5.221 orang pada tahun ini.
Kontrasepsi
adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat
sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan salah
satu variabel yang mempengaruhi fertilitas.
Daya guna sauatu
kontrasepsi diukur dengan rumus pearl yang diajukan pada tahun1930-an. Menurut
rumus ini tingkat kehamilan (pregnancy rate = kehamilan per 100 tahun wanita)
ialah 1200 X jumlah kehamilan/jumlah siklus seluruhnya. Asumsi yang dipakai
oleh pearl ialah bahwa setiap akseptor mempunyai kesuburan yang homogen,
sehingga 100 akseptor yang diobservasi selama 2 tahun, atau sama dengan 50
akseptor yang diobservasi selama 2 tahun, atau sama dengan 200 akseptor selama
6 bulan.
Daya guna
kontrasepsi terdiri atas daya guna teoritis atau fisiologik. Daya guna teoritis
merupakan kemampuan suatu cara kontrasepsi bila dipakai dengan tepat, sesuai dengan
instruksi dan tanpa kelalaian. Daya guna pemakaian adalah perlindungan terhadap
konsepsi yang ternyata pada keadaan sehari-hari yang dipengaruhi oleh
faktor-faktor ketidakhati-hatian, tidak taat asas, motivasi, keadaan sosial
ekonomi budaya, pendidikan dll. Daya guna demografik menunjukan berapa banyak
kontrasepsi diperlukan untuk mencegah suatu kelahiran.
Sampai saat ini
belum ada suatu cara kontrasepsi yang 100% ideal. Ciri-ciri suatu kontrasepsi
yang ideal meliputi daya guna, aman, murah, estetik, mudah didapat, tidak
memerlukan motivasi terus-menerus, dan efek sampingan minimal.
Pada pembahasan makalah ini sedikit banyak diuraikan
cara kontrasepsi sebagai usaha medik dalam keluarga berencana. Cara kontrasepsi
yang dibahas adalah kontrasepsi Pil.
B. TUJUAN
PENULISAN
Setelah dilakukan diskusi tentang perawatan keluarga
dengan KB di harapkan kelompok dan peserta diskusi tau bagaimana cara perawatan
keluarga dengan KB.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP KELUARGA BERENCANA
I. Definisi
1)
Konsep Keluarga
Berencana
Keluarga berencana adalah tindakan yang
membantu individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang
tidak diinginkan atau mengatur interval diantara kehamilan (Hartanto, 2007 : 27).
2)
Konsep Kontrasepsi
Kontrasepsi berawal dari kata control
berarti mencegah atau melawan sedangkan kontasepsi adalah pertemuan antra sel
telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan
kehamilan .jadi kontasepsi adalah menghindari atau mencerah terjadi kehamilan
sebagai akibat pertemuan antar sel yang matang dengan sel sperma .(Fitria 2008)
II. Tujuan
Keluarga Berencana
Tujuan umum KB
adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial
ekonomi suatu keluarga dengan cara mengatur kelahiran
anak,agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidup.
Tujuan lain untuk beberapa kepentingan
yaitu :
a.
Kepentingan orang tua
b.
Kepentingan anak-anak
c.
Kepentingan masyarakat
Tujuan keluarga
berecana menurut BKKBN adalah :
a) Meningkatkan
derajat kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak serta keluarga dan bangsa pada
umumnya.
b) Meningkatkan
martabat kehidupan rakyat dengan cara menurunkan angka kelahiran sehingga
pertambahan penduduk tidak melebihi kemampuan untuk meningkatkan reproduksi.
III. Jenis-jenis
kontrasepsi
a.
Kontrasepsi
Sederhana
ü
Kontrasepsi
tanpa alat : Senggama terputus dan
pantang berkala
o
Senggama terputus adalah yang paling tua. Senggama dilakukan sebagaimana biasa, tetapi pada puncak
senggama, alat kemaluan pria dikeluarkan dari liang vagina dan sperma
dikeluarkan di luar. Cara ini tidak dianjurkan karena sering gagal, karena
suami belum tentu tahu kapan spermanya keluar.
o
Pantang berkala adalah Cara ini dilakukan dengan tidak melakukan senggama pada saat istri dalam
masa subur. Cara ini kurang dianjurkan karena sukar dilaksanakan dan
membutuhkan waktu lama untuk ‘puasa’. Selain itu, kadang juga istri kurang
terampil dalam menghitung siklus haidnya setiap bulan.
ü
Kontrasepsi
dengan alat : menggunakan kondom/diafragma atau cup,
cream, jelly, atau tablet berbusa (vaginal tablet).
©
Kondom/Diafragma
Kondom kantung karet tipis, biasanya terbuat dari lateks, tidak berpori,
dipakai untuk menutupi zakar yang berdiri (tegang) sebelum dimasukkan ke dalam
liang vagina.
Kelebihan : mudah diperoleh di apotek, toko obat, atau supermarket dengan
harga yang terjangkau dan mudah dibawa kemana-mana, semua orang bisa memakai
tanpa mengalami efek sampingan. Kondom tersedia dalam berbagai bentuk dan
aroma, serta tidak berserakan dan mudah dibuang. Sedangkan diafragma adalah
kondom yang digunakan pada wanita, namun kenyataannya kurang populer di
masyarakat.
©
Cream, jelly,
atau tablet berbusa (vaginal tablet)
Semua kontrasepsi tersebut masing-masing dimasukkan ke dalam liang vagina
10 menit sebelum melakukan senggama, yaitu untuk menghambat geraknya sel sperma
atau dapat juga membunuhnya.
Kurang populer di masyarakat dan biasanya mengalami keluhan rasa panas
pada vagina dan terlalu banyak cairan sehingga pria kurang puas.
b.
Kontrasepsi
Modern
ü
Kontrasepsi
nonpermanen
©
pil
KB
Pil KB mengandung hormon, baik
dalam bentuk kombinasi progestin dengan estrogen atau progestin saja. Pil KB mencegah kehamilan dengan cara menghentikan ovulasi
(pelepasan sel telur oleh ovarium) dan menjaga kekentalan lendir
servikal sehingga tidak dapat dilalui oleh sperma. Tablet yang hanya mengandung progestin sering menyebabkan
perdarahan tidak teratur. Tablet ini hanya diberikan jika pemberian estrogen
bisa membahayakan, misalnya pada wanita yang sedang menyusui. Pil kombinasi ada
yang memiliki estrogen dosis rendah dan ada yang mengandung estrogen dosis
tinggi. Estrogen dosis tinggi biasanya diberikan
kepada wanita yang mengkonsumsi obat tertentu (terutama obat epilepsi).
Keuntungan pemakaian pil KB adalah mengurangi:
·
Resiko kanker jenis tertentu
·
Angka kekambuhan kram pada saat menstruasi
·
Ketegangan premenstruasi
·
Perdarahan tidak teratur
·
Anemia
·
Kista payudara
·
Kista ovarium
·
Kehamilan ektopik (kehamilan di luar
kandungan)
·
Infeksi tuba falopii.
Sebelum mulai
menggunakan pil KB, dilakukan pemeriksaan fisik untuk meyakinkan bahwa tidak
ada masalah kesehatan yang bisa menimbulkan resiko. Jika wanita tersebut atau
keluarga dekatnya ada yang menderita diabetes atau penyakit jantung,
biasanya dilakukan pemeriksaan darah untuk mengukur kadar kolesterol dan gula
darah. Jika kadar kolesterol atau gula darahnya tinggi, maka diberikan pil KB
dosis rendah. 3 bulan setelah pemakaian pil KB, dilakukan pemeriksaan ulang untuk
mengetahui adanya perubahan tekanan darah. Selanjutnya pemeriksaan dilakukan 1
kali/tahun.
Pil KB sebaiknya tidak digunakan oleh :
a.
Wanita yang merokok dan berusia diatas 35 tahun
b.
Wanita penderita penyakit hati aktif atau tumor
c.
Wanita yang memiliki kadar trigliserida tinggi
d. Wanita
penderita tekanan darah tinggi yang tidak diobati
d.
Wanita penderita diabetes yang disertai penyumbatan
arteri
e.
Wanita yang memiliki bekuan darah
f.
Wanita yang tungkainya sedang digips
g.
Wanita penderita penyakit jantung
h.
Wanita yang pernah menderita stroke
i.
Wanita
yang pernah menderita penyakit kuning pada saat kehamilan
j.
Wanita
penderita kanker payudara atau kanker rahim.
Pengawasan harus dilakukan jika pil KB digunakan oleh:
a.
Wanita yang mengalami depresi
b.
Wanita yang sering mengalami sakit kepala migren
c.
Wanita yang merokok tetapi berusia dibawah 35
tahun
d.
Wanita yang pernah menderita hepatitis
atau penyakit hari lainnya tetapi telah sembuh total.
Pemakaian pil KB setelah kehamilan
Resiko
terbentuknya bekuan darah di tungkai meningkat setelah kehamilan dan akan
semakin meningkat jika wanita tersebut memakai pil KB. Jika menstruasi
terakhir terjadi dalam waktu kurang dari 12 minggu setelah persalinan, maka pil
KB bisa langsung digunakan. Jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu 12-28
minggu, maka harus menunggu 1 minggu sebelum pil KB mulai digunakan, sedangkan
jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu lebih dari 28 minggu, harus
menunggu 2 minggu sebelum pil KB mulai digunakan.
Wanita yang
menyusui biasanya tidak mengalami ovulasi sampai 10-12 minggu setelah
persalinan, tetapi mereka bisa mengalami ovulasi dan hamil sebelum terjadinya
menstruasi pertama. Karena itu, ibu yang menyusui sebaiknya menggunakan pil KB
jika tidak ingin hamil. Pil kombinasi yang diminum oleh ibu menyusui bisa
mengurangi jumlah air susu dan kandungan zat lemak serta protein dalam air
susu. Hormon dari pil terdapat dalam air susu sehingga bisa sampai ke bayi.
Karena itu untuk ibu menyusui sebaiknya diberikan tablet yang hanya mengandung
progestin, yang tidak mempengaruhi pembentukan air susu. Pil KB yang diminum
segera setelah terjadinya pembuahan atau pada awal kehamilan (sebelum wanita
tersebut mengetahui bahwa dia hamil) tidak akan membahayakan janin.
Efek samping pil KB
ü Perdarahan
tidak teratur. Sering terjadi pada beberapa bulan pertama pemakaian pil KB,
jika tubuh telah menyesuaikan diri dengan hormon biasanya perdarahan abnormal
akan berhenti.
ü Beberapa
bulan setelah berhenti menggunakan pil KB, mungkin tidak akan terjadi
menstruasi, tetapi obat ini tidak menyebabkan berkurangnya kesuburan secara
permanen.
ü Efek
samping yang berhubungan dengan estrogen adalah mual, nyeri tekan pada
payudara, perut kembung, penahanan cairan, peningkatan tekanan darah dan
depresi.
ü Efek
samping yang berhubungan dengan progestin adalah penambahan berat badan,
jerawat dan kecemasan. Penambahan berat badan sebanyak 1,5-2,5 kg biasanya
terjadi akibat penahanan cairan dan mungkin karena meningkatnya nafsu makan.
ü Bekuan
darah diperkirakan 3-4 kali lebih sering terjadi pada pemakaian pil KB dosis
tinggi.
Jika secara
tiba-tiba timbul nyeri dada atau nyeri tungkai, pemakaian pil KB harus segera
dihentikan dan segera memeriksakan diri karena gejala tersebut mungkin menunjukkan
adanya bekuan darah di dalam vena tungkai dan kemungkinan sedang menuju ke
paru-paru. Pil KB dan pembedahan menyebabkan meningkatnya resiko pembentukan
bekuan darah, sehingga 1 bulan sebelum menjalani pembedahan pemakaian pil harus
dihentikan dan baru mulai dipakai lagi 1 bulan setelah pembedahan.
a) Mual
dan sakit kepala. g. 1-2% wanita pemakai pil KB mengalami depresi dan
kesulitan tidur.
b) Melasma
(bercak-bercak berwarna gelap di wajah). Jika terkena sinar matahari,
bercak semakin gelap. Melasma akan menghilang secara perlahan setelah pemakaian
pil KB dihentikan.
c) Resiko
terjadinya kanker leher rahim tampaknya meningkat, terutama jika pil KB telah
dipakai selama lebih dari 5 tahun. Karena itu wanita pemakai pil KB harus rutin
menjalani pemeriksaan Pap smear (minimal 1 kali/tahun). Di lain
fihak, wanita pemakai pil KB memiliki resiko kanker ovarium ataupun kanker
rahim yang lebih rendah.
©
Kontrasepsi implant
Kontrasepsi
implan adalah kapsul plastik yang mengandung progestin, yang bekerja dengan
cara mencegah ovulasi dan menghalangi masuknya sperma melalui lendir serviks
yang kental. 6 kapsul dimasukkan ke bawah kulit lengan atas. Setelah diberi
obat bius, dibuat sayatan dan dengan bantuan jarum dimasukkan kapsul implan.
Tidak perlu dilakukan penjahitan. Kapsul ini melepaskan progestin ke dalam
aliran darah secara perlahan dan biasanya dipasang selama 5 tahun. Interaksi dengan obat lain jarang terjadi karena implan
tidak mengandung estroggen. Efek samping yang utama adalah perdarahan tidak teratur
atau sama sekali tidak terajdi menstruasi. Efek samping lainnya adalah sakit
kepala dan penambahan berat badan. Kapsul implan tidak larut dalam tubuh
sehingga setelah 5 tahun harus dilepaskan. Segera setelah implan dilepas,
fungsi ovarium akan kembali normal dan wanita pemakai implan kembali menjadi
subur
©
Kontrasepsi suntik
Medroksiprogesteron
(sejenis progestin) disuntikkan 1 kali/3 bulan ke dalam otot bokong atau lengan
atas. Suntikan ini sangat efektif tetapi bisa mengganggu siklus menstruasi. Sepertiga
pemakai KB suntik tidak mengalami menstruasi pada 3 bulan setelah suntikan
pertama dan sepertiga lainnya mengalami perdarahan tidak teratur dan spotting
(bercak perdarahan) selama lebih dari 11 hari setiap bulannya. Semakin lama
suntikan KB dipakai, maka lebih banyak wanita yang tidak mengalami menstruasi
tetapi lebih sedikit wanita yang mengalami perdarahan tidak teratur. Setelah 2
tahun memakai suntikan KB, sekitar 70% wanita sama sekali tidak mengalami
perdarahan.
Jika
pemakaian suntikan KB dihentikan, siklus menstruasi yang teratur akan kembali
terjadi dalam waktu 6 bulan-1 tahun. Efeknya berlangsung lama, sehingga
kesuburan mungkin baru kembali 1 tahun setelah suntikan dihentikan, tetapi
medroksiprogesteron tidak menyebabkan kemandulan permanen. Suntikan KB
bisa menyebabkan penambahan berat badan yang sifatnya ringan. Setelah pemakaian
dihentikan, bisa terjadi osteoporosis yang bersifat sementara.
Medroksiprogesteron
tidak menyebabkan meningkatnya resiko terhadap berbagai kanker (termasuk kanker
payudara), tetapi mengurangi resiko terjadinya kanker rahim.
Keuntungan memakai KB suntik:
Keuntungan memakai KB suntik:
ü Cocok
untuk mencegah kehamilan atau menjarangkan kehamilan dalam jangka panjang dan
kesuburan dapat pulih kembali
ü Tidak
terpengaruh "faktor lupa" dari pemakai (tidak seperti memakai PIL KB)
ü Tidak
mengganggu hubungan suami istri
ü Dapat
dipakai segala umur pada masa reproduktif
ü Tidak
mengganggu laktasi (menyusui), baik dari segi kuantitas maupun kualitas
ü Dapat
dipakai segera setelah masa nifas
ü Meningkatkan
kenyamanan hubungan suami-istri karena rasa aman terhadap risiko kehamilan
Kelebihan KB suntik :
ü Dapat
dipakai segera setelah keguguran
ü
Membantu mencegah
terjadinya kehamilan di luar kandungan
ü
Membantu mencegah
kanker endometrium (rahim)
ü
Membantu mencegah
kejadian mioma uteri (tumor jinak rahim)
ü
Mungkin dapat mencegah
kanker indung telur (ovarium)
ü
Mengurangi kejadian
anemi kekurangan zat besi
ü
Khusus untuk penderita
epilepsi mengurangi kejadian kejang.
Kekurangan KB suntikan
Efek sampingya
terhadap siklus haid (menstruasi) sering "tidak menyenangkan" , namun
tidak berbahaya dan bukan tanda kelainan/penyakit ; perubahan pola haid
biasanya pada tahun pertama pemakaian yakni :
v
Perdarahan bercak , dapat lama
v
Jarang terjadi perdarahan yang banyak
v
Tidak dapat haid (sering setelah pemakaian berulang)
v
Sering menaikkan Berat Badan
v Dapat menyebabkan
(tidak pada semua akseptor) sakit kepala, nyeri payudara,
"moodiness", jerawat, kurangnya libido seksual, rambut rontok.
v Perlu
suntikan ulangan teratur
v
Perlu follow up (kontrol/kunjungan berkala) untuk
evaluasi
Secara umum, kebanyakan wanita boleh memakai KB suntik,
meskipun:
1.
perokok berat
2.
menyusui
3.
gemuk atau kurus
4.
remaja
5.
baru keguguran
6.
Berpenyakit Tiroid
7.
Epilepsi
8.
TBC (bukan TBC kandungan)
9.
Varises ringan
10.
Hipertensi ringan
11.
Siklus haid tidak teratur
12.
Anemi kekurangan zat besi
©
IUD (intra uterine device, spiral)
Keuntungan dari IUD adalah efek
sampingnya terbatas di dalam rahim. Terdapat 2 macam
IUD:
a.
melepaskan progesteron (harus diganti setiap tahun)
b.
melepaskan tembaga (efektif selama 10 tahun).
Biasanya IUD dipasang pada saat
menstruasi. Jika kemungkinan terjadi infeksi serviks, masa pemasangan IUD
sebaiknya ditunda sampai infeksi mereda. Cara kerja IUD adalah dengan
menyebabkan reaksi peradangan di dalam rahim yang akan menarik datangnya
sel-sel darah putih. Zat yang dihasilkan oleh sel darah putih ini merupakan
racun bagi sperma sehingga tidak terjadi pembuahan sel telur. Melepaskan IUD
akan menyebabkan terhentinya proses peradangan.
Efek samping dari IUD :
© Perdarahan
dan nyeri
Kadang IUD terlepas dengan sendirinya
(sekitar 20% IUD yang lepas tidak disadari/diketahui oleh pemakainya dan bisa
menyebabkan kehamilan)
© Perforasi
rahim
©
Ketika baru dipasang
akan terjadi infeksi singkat pada rahim, tetapi infeksi ini akan mereda setelah
24 jam.
©
Resiko terjadinya
keguguran pada wanita hamil dengan IUD yang masih terpasang adalah sekitar 55%.
ü
Kontrasepsi permanen : operasi tubektomi (sterilisasi pada wanita)
vasektomi (sterilisasi pada pria)
©
Tubektomi
Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran
telur wanita yang mengakibatkan wanita tersebut tidak akan mendapatkan
keturunan lagi. Sterilisasi bisa dilakukan juga pada pria, yaitu vasektomi.
Dengan demikian, jika salah satu pasangan telah mengalami sterilisasi, maka
tidak diperlukan lagi alat-alat kontrasepsi yang konvensional. Faktor yang
paling penting dalam pelaksanaan sterilisasi adalah kesukarelaan dari akseptor.
Sterilisasi sebaiknya tidak dilakukan kepada wanita yang belum/tidak menikah,
pasangan yang tidak harmonis atau hubungan perkawinan yang sewaktu-waktu
terancam perceraian, dan pasangan yang masih ragu menerima sterilisasi. Keputusan
untuk sterilisasi adalah jumlah anak dan usia istri. Misalnya, untuk usia istri
25--30 tahun, jumlah anak yang hidup harus 3 atau lebih.
© Vasektomi
Vasektomi adalah pemotongan sebagian (0,5 cm – 1 cm)
saluran benih sehingga terdapat jarak diantara ujung saluran benih bagian sisi
testis dan saluran benih bagian sisi lainnya yang masih tersisa dan pada
masing-masing kedua ujung saluran yang tersisa tersebut dilakukan pengikatan
sehingga saluran menjadi buntu/tersumbat.
Cara Kerja Vasektomi
Cara
kontrasepsi ini dipersiapkan melalui tindakan operasi ringan dengan cara
mengikat dan memotong saluran sperma (vas deferens) sehingga sperma tidak dapat
lewat dan air mani tidak mengandung spermatozoa dengan demikian tidak terjadi
pembuahan. Operasi hanya berlangsung kurang lebih 15 menit, pasien tidak perlu
dirawat. (Hartanto, 2004)
Keuntungan Vasektomi
1)
Efektif
2)
Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas
3)
Sederhana
4)
Cepat hanya memerlukan waktu 5 -10 menit
5)
Menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anestesi lokal saja
6)
Biaya rendah
7)
Secara kultural, sangat dianjurkan di negara-negara dimana wanita merasa malu
untuk ditangani oleh dokter pria atau kurang tersedia dokter wanita dan
paramedis wanita. (Hartanto, 2004)
B. Keperawatan Keluarga dengan KB
Dalam keluarga
berencana peran perawat adalah membantu pasangan untuk memilih metoda
kontrasepsi yang tepat untuk digunakan sesuai dengan kondisi, kecendrungan,
sosial budaya dan kepercayaan yang dianut oleh pasangan tersebut, oleh karena
itu proses keperawatan lebih diarahkan kepada membantu pasangan memilih metode
kontrasepsi itu sendiri.
Kegagalan penggunaan
metode kontrasespsi terjadi disebabkan karena kurangnya pengetahuan wanita
tersebut terhadap alat kontrasespsi itu sendiri sehingga memberikan pengaruh
terhadap kondisi fisiologis, psikologis, kehidupan sosial dan budaya terhadap
kehamilan tersebut, maka
disinilah letak peran perawat untuk memberikan pengetahuan yang tepat, sehingga
hal diatas tidak terjadi.
1) Pengkajian
Karena
masalah kontrasepsi merupakan suatu hal yang sensitif bagi wanita, maka dalam
mengkaji hal ini perawat harus sangat memperhatikan privasi klien. Rendahkan
suara ketika mengkaji untuk menigkatkan rasa nyaman klien dan pertahankan rasa
percaya diri yang tinggi klien.
Selain
pengkajian umum (
Identitas klien, Riwayat kesehatan, Riwayat obstetri, PF), pengkajian khusus
yang perlu kita lakukan untuk memenuhi peran sebagai edukator dalam pemilihan
metode kontrasepsi yang tepat adalah :
© Pengetahuan
klien tentang macam-macam metoda kontrasepsi.
Pengkajian
ini dilakukan dengan menanyakan kapan wanita tersebut berencana untuk memiliki
anak. Kemudian tanyakan metoda apa yang sedang direncanakan akan dipakai oleh
klien. Bila klien menyatakan satu jenismetoda perawat dapat menanyakan alas an
penggunaan metoda tersebut.pertanyaan-pertanyaan ini akan mengidentifikasi
masalah-masalah yang dihadapi klien terkait dengan kontrasepsi yang
digunakannya.
© Pengetahuan
tentang teknik penggunaan metoda kontrasepsi
Dalam melaksanakan perannya sebagai educator perawat harus dapaat menetukan tingkat pengetahuan klien tentang teknik penggunaan kontrasepsi.
Dalam melaksanakan perannya sebagai educator perawat harus dapaat menetukan tingkat pengetahuan klien tentang teknik penggunaan kontrasepsi.
Misalnya
tanyakan tentang bagaimana klien tersebut memakai dafragma, kapan dan dimana
spermisida dioleskan atau berapa kali dalam sehari klien tersebut harus
mengkonsumsi pil KBm dengan menggali tingkat pengetahuan klien ni perawat dapat
menentukan bila ada kesalahan persepsi dalam penggunaan yang akan menyebabkan
tidak efektifnya alat kontrasepsi yang dipakai dan akan menyebabkan terjadinya
kehamilan yang tidak direncanakan.
© Kenyamanan
klien terhadap metoda kontrasepsi klien terhadap metoda kontrasepsi yang sedang
dipakai.
Dalam
mengkaji kenyamanan klien, dengarkan keluhan-keluhan klien terhadap efek
samping dari kontrasepsi yang digunakannya. Dengarkan juga pernyataan klien
tentang kenyamanannya menggunakan metoda kontrasepsi bulanan seperti suntik
hormone dari pada pil keluarga berencana yang harus di konsumsi setiap hari.
Keefektifan suatu metoda meningkat seiring dengan peningkatan kenyamanan klien
dalam menggunakan metoda tersebut.
© Faktor-faktor
pendukung penggunaan metode yang tepat
Jika klien berencana untuk mengganti metoda kontrasepsi diskusikan tentang pilihan-pilihan yang cocok untuk digunakan. Kaji factor-faktor yang dapat membantu pemilihan metode terbaik seperti riwayat kesehatan dahulu klien yang merupakan kontraindikasi dari metoda kontrasepsi, riwayat obstetric, budaya dan kepercayaan serta keinginan untuk mencegah kehamilan.
Jika klien berencana untuk mengganti metoda kontrasepsi diskusikan tentang pilihan-pilihan yang cocok untuk digunakan. Kaji factor-faktor yang dapat membantu pemilihan metode terbaik seperti riwayat kesehatan dahulu klien yang merupakan kontraindikasi dari metoda kontrasepsi, riwayat obstetric, budaya dan kepercayaan serta keinginan untuk mencegah kehamilan.
2) Analisa
Data
Kurang
pengetahuan tentang keluarga berencana merupakan penyebab tersering dari
gangguan fisik, psikologis dan social dalam kaitannya dengan kehamilan yang
tidak direncanakan.
3) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
yang mungkin berdasarkan pengkajian dan data adalah Resiko Perubahan
Pemeliharaan Kesehatan b.d Kurang Pengetahuan Terhadap Pemilihan dan
Ketersediaan Metoda Kontrasepsi.
Sedangkan diagnosa keperawatan lain yang
dapat timbul yaitu:
© Resiko
konflik pengambilan keputusan b.d alternatif kontrasepsi
© Rasa
takut b.d efek samping kontrasepsi
© Resiko
tinggi infeksi b.d kondisi aktif secara seksual dan penggunaan metoda
kontrasepsi
© Resiko
tinggi perubahan pola seksualitas b.d takut hamil
© Nyeri
b.d pemulihan pascaoperasi sterilisasi
© Resiko
tinggi infeksi b.d kerusakan membran mukosa akibat operasi, pemasangan spiral,
hormone implant
© Distress
spiritual b.d ketidakcocokan keyakinan agama atau budaya dengan metoda
kontrasepsi yang dipilih
4) Rencana
Intervensi
Resiko Perubahan
Pemeliharaan Kesehatan b.d Kurang Pengetahuan Terhadap Pemilihan dan
Ketersediaan Metoda Kontrasepsi.
Kriteria hasil :
Setelah dilakukan intervensi, pasangan
akan :
a)
Menjabarkan dengan
benar tentang cara penggunaan metoda kontrasepsi yang dipilih dan pemecahan
masalahnya.
b)
Dapat menjelaskan
tentang efek samping dan komplikasi dari metoda kontrasepsi yang dipilih.
c)
Melaporkan adanya
kepuasan terhadap metoda kontrasepsi yang dipilih.
d)
Menggambarkan metoda
lain yang dapat dipakai dan memilih salah satu dari metoda tersebut bila
pasangan inggin mengganti metod kontrasepsi.
C. Prosedur
Pelayanan KB
©
Komunikasi
©
Informasi
©
Edukasi
q Secara Umum
Adalah Suatu rangkaian kegiatan
yang dilaksanakan secara sistematis ,terencana dan terarah dengan partisipasi
aktif dari individu ke kelompok maupun masyarakat umum untuk memecahkan masalah
masyarakat sosial , ekonomi dan budaya.
q Secara
Khusus
Adalah Suatu bentuk
atau model pelaksanaan organisasi sosial masyarakat dalam memecahkan masalah
yang dirasakan oleh masyarakat dengan pokok penekanan sebagai berikut:
o
Pemecahan masalah dan
proses pemecahan masalah
o
Pengembangan Provider
merupakan bagian dari proses pengembangan masyarakat secara keseluruhan.
Menurut Media yang digunakan ,kegiatan
KB dapat diinfor masikan melalui :
ü Radio
ü TelevisI
ü Pers/Surat kabar
ü Film
ü Mobil Unit Penerangan
ü Penerbitan/Publikasi
ü Kegiatan Promosi
ü Pameran
Langkah-Langkah yang dilakukan sbb:
ü Menentukan
sasaran
ü Srategi
ü Isi
pesan
ü Indikator
Keberhasilan
ü Waktu
ü Tempat
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keluarga berencana adalah tindakan yang
membantu individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang
tidak diinginkan atau mengatur interval diantara kehamilan (Hartanto, 2007 : 27).
Kontrasepsi adalah pertemuan antra
sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan
kehamilan .jadi kontasepsi adalah menghindari atau mencerah terjadi kehamilan
sebagai akibat pertemuan antar sel yang matang dengan sel sperma .(Fitria 2008)
Dalam keluarga berencana peran perawat
adalah membantu pasangan untuk memilih metoda kontrasepsi yang tepat untuk
digunakan sesuai dengan kondisi, kecendrungan, sosial budaya dan kepercayaan yang
dianut oleh pasangan tersebut, oleh karena itu proses keperawatan lebih
diarahkan kepada membantu pasangan memilih metode kontrasepsi itu sendiri.
Kegagalan penggunaan metode kontrasespsi
terjadi disebabkan karena kurangnya pengetahuan wanita tersebut terhadap alat
kontrasespsi itu sendiri sehingga memberikan pengaruh terhadap kondisi fisiologis,
psikologis, kehidupan sosial
dan budaya terhadap kehamilan tersebut, maka
disinilah letak peran perawat untuk memberikan pengetahuan yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Mochtar, Rustam ; 1998, Sinopsis
Obstetri, Edisi 2, Jakarta : EGC
Varney, Helen; 2002, Buku Saku
Bidan, Jakarta : EGC
Wiknjosastro, Hanifa ; 1997, Ilmu
Kebidanan, Edisi ketiga, Jakarta : Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo
BKKBN,
1996. Kapita Selekta Peningkatan Pelayanan Kontrasepsi.
BKKBN,
2006. Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (Implant/Susuk KB).
Departemen
Kesehatan RI, 1996. Buku Pedoman Fasilitas Pelayanan Keluarga Berencana.
Hartanto, Hanafi. 2002. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Manuaba, Gde, Bagus Ide. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta
Hartanto, Hanafi. 2002. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Manuaba, Gde, Bagus Ide. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar