BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belajar sepanjang hayat dijadikan tajuk perbincangan
di seluruh dunia. Setiap negara sama ada daya usaha kerajaan sendiri, institusi
pengajian tinggi, badan bukan kerajaan, malah parti politik termasuk MCA di
Malaysia, menjadikan belajar sepanjang hayat ini sebagai kempen supaya setiap
insan menguasai ilmu. Ia dijadikan agenda penting setiap rakyat. Belajar
sepanjang hayat adalah satu nikmat dalam kehidupan. Belajar adalah satu
pencarian yang tidak akan berakhir.
Tidak ada seorang pun boleh mendakwa menguasai segala ilmu dunia.
Sepandai, sebijak dan sepintar mana sekali pun seseorang itu, ilmu yang
dimilikinya hanyalah ibarat setitik air dari sebuah lautan. Begitulah luasnya
ilmu.
Konsep belajar sepanjang hayat ini mendapat sokongan
seratus% di mana saja ia dibincang, dibahas dan diperkenalkan. Tidak ada
seorang pun yang membantah idea ini. Belajar sepanjang hayat adalah antara
topik istimewa yang tidak ada pandangan negatif di mana saja ia dibincangkan.
Ia adalah satu bidang yang sesiapa juga tidak boleh menganggap mereka terlewat
untuk belajar sama ada dalam bentuk pelajaran akademik atau apa juga bidang
kemahiran. Di kelas muzik juga, kelihatan ramai golongan yang lewat usia,
belajar bermain pelbagai alat muzik. Warga emas yang bermain muzik perkara
biasa di Eropah, Jepang, India, Timur Tengah dan di mana juga. Seorang penyanyi
atau pelakon tidak seharus mengakhiri kerjaya mereka dengan menyanyi atau
berlakon.
Belajar sepanjang hayat tidak bermakna melihat buku
atau menyambung pelajaran untuk memperoleh dua atau tiga ijazah doktor falsafah
(PhD) atau sarjana dalam bidang yang berbeda. Belajar bermakna mengambil juga
bidang atau perkara baru. Sama seperti pelajaran ini diperoleh secara teratur tidak
menimbulkan masalah asalkan ia sesuatu yang baru. Setiap orang boleh belajar
melanjutkan bidang yang sama mereka ceburi atau bidang baru mengikut minat
masing-masing.
Mengikut kajian UNESCO, kemajuan yang dicapai oleh
negara-negara berkembang ialah hasil dari perancangan strategik pembangunan
sumber manusia. Rancangan ini memberi peluang kepada seluruh anggota masyarakat
untuk mendapat pendidikan dan pembelajaran sepanjang hayat. Pada pertengahan
tahun 1990-an PBB melalui UNESCO telah melancarkan program bagi peningkatan
kesadaran membangun. PBB pada masa ini telah mengiktiraf pendidikan sepanjang
hayat sebagai kunci kepada pembangunan sumber daya manusia.
1.2 Tujuan Penulisan
Setelah dilakukan diskusi tentang Konsep belajar sepenjang hayat dan
Antropologi dan sosiologi kesehatan di harapkan kelompok dan peserta diskusi
tau bagaimana konsep dan penerapan belajar sepanjang hayat dan Antropologi
kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Belajar
Sepanjang Hayat
Pembelajaran
ialah proses memperoleh pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat serta pembentukan
sikap dan kepercayaan. Proses pembelajaran berlaku sepanjang hayat seseorang
manusia. Proses pembelajaran berlaku di mana saja dan kapan saja. Islam sejak
awal menyatakan bahwa belajar ilmu itu adalah wajib yang terus menerus dari
buaian sampai ke liang lahad yang membawa maksud pembelajaran sepanjang hayat.
gerakan
belajar sepanjang hayat itu baru dipublikasikan di sekitar tahun 1970, ketika
UNESCO menyebutnya sebagai tahun Pendidikan Internasional (International
Education Year). Karena pada tahun itu dilontarkan berbagai isu pembaharuan
dalam falsafah dan konsep tentang pendidikan. belajar atau pendidikan itu tidak
hanya berlangsung di dunia pendidikan sekolah, sedangkan di luar dunia sekolah
sebenarnya secara individual, mereka terus belajar sesuai dengan kebutuhannya
masing-masing dan dengan cara yang disenanginya.
Muncul
dan berkembangnya konsep belajar sepanjang hayat tersebut menunjukkan bahwa
pengalaman belajar tidak pernah berhenti selama manusia itu sadar dan berinteraksi
dengan lingkungannya. Belajar sepanjang hayat sebagai asas baru, kesadaran
baru, harapan baru, membawa implikasi kepada pentingya aktivitas individual
mandiri guna senantiasa memburu pengetahuan, pengalaman-pengalaman baru
kapanpun dan dimanapun. Dari gagasan-gagasan baik melalui pendekatan keagamaan,
maupun yang bersifat umum, dapat dipahami bahwa hakekatnya belajar itu tiada
hentinya.
Seperti
dikemukakan oleh Andrias Harefa (2000) bahwa pembelajaran akan mampu membuat
manusia tumbuh dan berkembang sehingga berkemampuan, menjadi dewasa dan
mandiri. Manusia mengalami transformasi diri, dari belum/tidak mampu menjadi
mampu atau dari ketergantungan menjadi mandiri. Dan, transformasi diri ini
seharusnya terus terjadi sepanjang hayat, asalkan ia tidak berhenti belajar.
Konsep
belajar sepanjang hayat adalah suatu idea atau gagasan yang menyatakan bahwa
belajar dalam arti sebenarnya adalah sesuatu yang berlangsung secara
terus-menerus sepanjang kehidupan, hal ini sesuai dengan tinjauan psikologis
yang menjelaskan bahwa pada setiap fase perkembangan, setiap individu perlu
belajar agar dapat melaksanakan tugas-tugas pada setiap fase perkembangan tersebut
tidak hanya berlangsung di lembaga-lembaga pendidikan
formal saja. Bedasarkan idea tersebut konsep belajar sepanjang hayat sering
pula dikatakan sebagai belajar berkesinambungan (continuing learning).
Dalam
hubungannya dengan belajar sepanjang hayat, maka dikemukakan tugas-tugas
perkembangan masa dewasa awal, masa setengah baya dan orang tua, untuk
memberikan pengalaman belajar yang sesuai dalam rangka belajar sepanjang hayat.
Tugas perkembangan tersebut adalah :
a. Tugas
perkembangan masa dewasa awal : Memilih pasangan hidup, bertanggung jawab
sebagai warga Negara, dan berupaya mendapatkan kelompok social yang tepat serta
menarik.
b. Tugas
perkembangan masa setengah baya : Bertanggung jawab social dan menjadi warga
Negara yang baik, mengisi waktu senggang dengan kegiatan-kegiatan tertentu,
menyesuaikan diri dengan perubahan fisik dan pertambahan umur.
c. Tugas
perkembangan orang tua : Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik,
kesehatan dan pendapatan. Menyesuaikan diri dengan keadaan sebagai janda, duda,
memenuhi kewajiban sosial sebagai seorang warga Negara yang baik dan membangun kehidupan
fisik yang memuaskan.
Tugas-tugas
perkembangan itu nampaknya disiapkan untuk belajar sepanjang hayat, yang dapat
dilihat dari adanya tugas perkembangan untuk orang dewasa, setengah baya dan
untuk masa tua. Tugas perkembangan ini juga amat berguna bagi pendidikan luar
sekolah, di rumah dalam kehidupan rumah tangga maupun di lembaga-lembaga
pendidikan yang ada di masyarakat, seperti kursus-kursus, perkumpulan sodial,
agama, persatuan para lanjut usia dan sebagainya.
2.1.1
Jalur Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam
dua kelompok diantaranya kegiatan yang terjadi pada jalur pendidikan sekolah
dan jalur pendidikan luar sekolah.
Pada jalur pendidikan luar sekolah, sejak
kehadirannya, kegiatan pembelajaran kelompok menjadi ciri utama. Dalam
perkembangannya, kegiatan pembelajaran dalam pendidikan luar sekolah telah
memperoleh dukungan dari berbagai teori pembelajaran dan dari pengalaman para
praktisi di lapangan sehingga muncul kegiatan pembelajaran partisipatif. Dewasa
ini pembelajaran partisipatif tidak saja digunakan dalam program-program
pendidikan luar sekolah tetapi juga di beberapa kawasan di dunia ini, dan telah
diserap serta diterapkan pada program-program pendidikan sekolah.
Upaya penerapan pembelajaran partisipatif pada
pendidikan sekolah dapat dipertegas dengan menekankan peranan pendidik untuk
membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar secara aktif dan
partisipatif. Keterlibatan pendidik dapat meliputi dua hal penting, diantaranya
:
a. dalam
penyusunan dan pengembangan program belajar
b. dalam
upaya menumbuhkan kondisi supaya peserta didik melakukan kegiatan belajar
partisipatif.
Keterlibatan dalam penyusunan dan pengembangan
program pembelajaran, pendidik bersama peserta didik melakukan asesmen
kebutuhan belajar, identifikasi sumber-sumber dan kemungkinan hambatan dalam
pembelajaran, menyusun tujuan belajar, menetapkan komponen dan proses pembelajaran,
serta melaksanakan dan menilai program pembelajaran. Keterlibatan pendidik
dalam menumbuhkan situasi belajar yang kondusif bagi peserta didik untuk
belajar meliputi upaya menciptakan iklim belajar yang partisipatif.
Knowles mengemukakan ada tujuh langkah pendidik yang
dapat membantu peserta didik untuk belajar partisipatif. Ketujuh langkah
tersebut adalah membantu peserta didik untuk: (1) menumbuhkan keakraban yang
mendorong untuk belajar, (2) menjadi anggota kelompok dan belajar dalam
kelompok, (3) mendiagnosis kebutuhan belajar, (4) merumuskan tujuan belajar,
(5) menyusun pengalaman belajar, 6) melaksanakan kegiatan belajar, dan (7)
melakukan penilaian terhadap proses, hasil, dan pengaruh belajar.
Produk dari suatu proses pembelajaran baik pendidikan
sekolah maupun pendidikan luar sekolah adalah perubahan tingkah laku peserta
didik selama dan setelah mengikuti proses pembelajaran. Perubahan perilaku
tersebut mencakup ranah (domain) afektif, kognitif, dan psiko-motorik serta
konatif. Ranah afektif adalah sikap dan aspirasi peserta didik dalam
lingkungannya melalui tahapan penerimaan stimulus, respons, penilaian,
pengorganisasian, dan karakterisasi diri dalam menghadapi stimulus dari
lingkungan.
Ranah Kognitif adalah kecakapan peserta didik yang
diperoleh melalui pengetahuan, pemahaman, penggunaan, analisis, sintesis, dan
evaluasi terhadap sesuatu berdasarkan asas-asas dan fungsi kelimuan. Asas
keilmuan yang objektivitas, observabilitas, dapat diukur, dan bernilai guna,
sedangkan fungsi keilmuan adalah menggambarkan, menjelaskan, memprediksi, dan
mengandalkan. Psiko-motorik atau skills adalah penguasaan dan penggunaan
sesuatu keterampilan melalui tahapan rangsangan, kesiapan merespons, bimbingan
dlam melakukan respons, gerakan mekanik, respons yang lebih kompleks, adaptasi,
dan melakukan sendiri.
2.1.2
Implementasi Konsep
Bertolak dari dimensi psikologis di atas,
implementasi konsep belajar sepanjang hayat ini bisanya tidak membutuhkan orang
lain sebagai pembimbing khusus. Mereka mencari sendiri bahan-bahan pelajaran
yang mereka butuhkan, mempelajari sendiri, dan mencoba menempatkannya. Jadi
bagi mereka dapat belajar di mana saja dan dengan cara apa saja di lingkungan
kediaman mereka. Pada hakekatnya mereka mengaktualisasi diri sendiri sejalan dengan
teori belajar naturalis.
Namun demikian belajar sepanjang hayat dapat juga
dilaksanakan secara kelompok dalam bentuk kursus-kursus, kelompok sosial dan
kelompok keagamaan. Dari segi tujuan, belajar sepanjang hayat ini pada mulanya
bersifat individual, yakni untuk memperkaya kehidupan rohani atau intelektual
seseorang.
Pada taraf perkembangan selanjutnya belajar
sepanjang hayat ini mulai mengembangkan tujuan-tujuan yang bersifat sosial.
Mulai disadari bahwa kegiatan belajar mengajar sepanjang hayat ini tidak hanya
menguntungkan perorangan-perorangan saja, melainkan juga bermanfaat bagi
masyarakat secara keseluruhan. Apabila mayoritas anggota suatu masyarakat
selalu melibatkan diri dalam kesibukan belajar setelah mereka memasuki berbagai
lingkungan pekerjaan, maka pada umumnya masyarakat semacam ini akan menjadi
lebih dinamis, lebih mudah menenima gagasan-gagasan pembaruan.
Maka konsep ini merupakan wahana yang tepat dan
tangguh untuk memacu kehidupan masyarakat, dengan salah satu cara dapat
diusahakan :
a. Bahwa
sebagian besar remaja dan orang dewasa dan orang tua yang aktif dalam kehidupan
kemasyarakatan benar-benar mendapatkan pelayanan belajar yang memadai dan
relevan dengan kebutuhan mereka sebagai individu dan sebagai anggota
masyarakat.
b. Bahwa
program-program belajar seperti ini benar-benar dikembangkan dan dilaksanakan
c. Bahwa
masyarakat remaja, orang dewasa serta orang tua yang aktif dalam kehidupan
kemasyarakatan benar-benar terangsang untuk mengikuti program-program belajar
sepanjang hayat ini.
Belajar sepanjang hayat akan bermanfaat apabila
mendapatkan respon positif dari individu atau warga masyarakat yang memiliki
kemauan dan kegemaran untuk belajar secara terus menerus, sesuai dengan
kebutuhan masing-masing individu warga belajamya. Dengan demikian konsep
belajar sepanjang hayat memiliki signifikasi di dalam masyarakat.
2.1.3 Prinsip-prinsip pembelajaran sepanjang hayat
Dalam proses
pembelajaran sepanjang hayat laporan Delors mengemukakan empat prinsip yaitu
pembelajaran untuk mengetahui, pembelajaran untuk melakukan, pembelajaran untuk
menjadi apa atau siapa dan pembelajaran untuk tinggal bersama. Empat prinsip
ini membentuk proses pembelajaran yang sempurna. Manakala menurut Tough pula,
proses pembelajaran berlaku pada setiap masa kehidupan yang dipengaruhi oleh
suasana di mana kita berada secara terancang maupun tidak terancang.
Sebenarnya,
apa yang berlaku di sekeliling kita adalah suasana serta keadaan yang sangat
radikal dari sudut transformasi sosial. Keadaan ini menyebabkan
perubahan-perubahan ketara terhadap tabiat kerja dan gaya hidup. Perubahan ini
menjadi cabaran kepada semua orang dan hanya melalui pembelajaran yang
berterusan, cabaran akan dapat diatasi. Bukan itu sahaja, apabila ia bisa
bertahan dengan keadaan yang telah berubah, ilmu yang dimiliki akan menjadikan
cabaran itu dapat diolah lagi sebagai sesuatu yang memberi manfaat dan
kesenangan.
Dengan
kemunculan ekonomi digital berasaskan teknologi, multimedia dan Internet,
negara memerlukan pekerja berpengetahuan dan proses inovasi yang berterusan. Daripada
itu akan berlakunya penggabungan antara bekerja dan belajar. Di waktu tersebut,
kita akan terus belajar walaupun sambil bekerja, dan begitulah sebaliknya.
Inilah yang dinamakan konsep pembelajaran sepanjang hayat. Para pekerja akan
perlu belajar detik demi detik untuk melaksanakan kerja dengan lebih berkesan. Pengetahuan yang diperoleh di masa
sekarang akan menjadi semakin pudar ditelan masa. Sebab itulah aktivitas pembelajaran
sepanjang hayat patut disadari sebagai kaedah menyediakan diri di era ekonomi
digital.
2.2 Antropologi dan Sosiologi
Kesehatan
2.2.1 Antropologi
Kesehatan
Antropologi adalah ilmu yang
mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk mendapatkan
suatu pengertian tentang tingkat-tingkat kuno dalam sejarah evolusi dan sejarah
penyebaran umat manusia. Antropologi merupakan bidang
studi sains tentang asal usul, prilaku, fisik, sosial dan pengembangan
lingkungan manusia.
Antropologi
kesehatan adalah studi tentang pengaruh
unsur-unsur budaya terhadap penghayatan masyarakat tentang penyakit dan
kesehatan (Solita Sarwono )
Menurut
Koentjaraningrat Antropologi Kesehatan mengkaji
masalah -masalah kesehatan dan penyakit dari dua kutub yang berbeda yaitu kutub
biologi dan kutub sosial budaya. Ada beberapa
ilmu terhadap antropologi kesehatan yaitu :
a.
Antropologi
fisik/biologi/ragawi, contoh nutrisi yang mempengaruhi pertumbuhan bentuk
tubuh, dan variasi penyakit
b.
Etnomedisin,
awalnya mempelajari tentang pengobatan pada rakyat primitif atau yang masih di
anggap tradisional
c.
Kepribadian dan budaya adalah
observasi terhadap tingkah laku manusia di berbagai belahan dunia.
d.
Kesehatan masyarakat dimana
beberapa program kesehtaan bekerjasama untuk menjelaskan hubungan antara kepercayaan
dan praktek kesehatan
Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal
karena ada faktor-faktor lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhinya
terutama faktor sosial budaya. Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang
berkaitan deeradaptasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis
maupun sosio budaya.
Tugas antropolog mengenai kesehatan adalah mencari asal-usul perilaku
masyarakat dalam menanggapi kasus yang terjadi dengan kesehatan mereka. Salah
satu peranan besar dari ahli-ahli antropologi kesehatan adalah untuk
menjelaskan mengenai kepercayaan dan pelaksanaan-pelaksanaan medis yang ada
kepada para perencana kesehatan dan memberi saran-saran tentang bagaimana
hal-hal itu dapat diintegrasikan dengan pelaksanaan modern yang merupaan ciri
dari perencanaan kesehatan formal disemua negara. Dari hasil penelusuran para
ahli antropologi dalam pengumpulan data mengenai penduduk yang mereka temukan
atau penduduk tempat mereka bekerja terlihat jelas dalam suatu kumpulan survei
komparatif yang luas mengenai kepercayaan tentang sebab-sebab penyakit.
2.2.2
Tujuan
antropologi
Tujuan
antropologi dalam fase perkembangannya yang ke empat ini dibagi menjadi dua,
yaitu tujuan akademikal dan tujuan praktis.
a.
Tujuan akademikal adalah untuk mencapai pengertian
tentang mengenai manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna bentuk
fisiknya, serta kebudayaanya.
b.
Tujuan praktis adalah mempelajari manusia dalam aneka
warna masyarakat suku bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa itu.
2.2.3
Akar dari Antropologi Kesehatan
a.
Antropologi fisik
1.
Ahli-ahli antropologi fisik, belajar dan melakukan
penelitian di sekolah-sekolah kedokteran (anatomi)
2.
Ahli-ahli antropologi fisik adalah ahli antropologi
kesehatan
3.
Sejumlah besar ahli antropologi fisik adalah dokter
b.
Etnomedisin
Cabang dari etnobotani atau antropologi kesehatan yang mempelajari
pengobatan tradisional, tidak hanya yang berhubungan dengan sumber-sumber
tertulis (contohnya pengobatan tradisional cina) tetapi terutama pengetahuan
dan praktek yang secara oral diturunkan selama beberapa abad.
c.
Studi-studi tentang kebudayaan dan kepribadian
Sejak pertengahan tahun 1930-an,
para ahli antropologi, psikiater dan ahli ilmu tingkah laku lainnya mulai
mempertanyakan tentang kepribadian orang dewasa, atau sifat-sifat dan
lingkungan sosial budaya di mana tingkah laku itu terjadi.
d.
Kesehatan masyarakat
internasional
Petugas-petugas kesehatan yang bekerja di lingkungan yang bersifat lintas
budaya, lebih cepat menemukan masalah daripada mereka yang bekerja dalam
kebudayaan sendiri, dan khususnya mereka yang terlibat dalam klinik pengobatan
melihat bahwa kesehatan dan penyakit bukan merupakan gejala biologik saja,
melainkan juga gejala sosial-budaya
2.2.4
Sosiologi
Kesehatan
Sosiologi merupakan ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang pergaulan hidup antara seseorang dengan
seseorang, perseorang dengan golongan, atau golongan dengan golongan. Ada dua unsur
pokok dalam sosiologi, yaitu manusia dan hubungan sosial (masyarakat).
Sosiologi mempunyai
bidang kajian yang sangat luas, antara lain Sosiologi industri, Sosiologi
Hukum, Sosiologi Pendidikan, Sosiologi Perkotaan, Sosiologi Pedesaan, Sosiologi
Kesehatan
Sosiologi Kesehatan adalah ilmu terapan sosiologi, kajian sosiologi dalam konteks
kesehatan. Perilaku kesehatan, pengaruh norma sosial thd perilaku, interaksi
antar petugas & petugas kesehatan.
2.2.5 Peran Sosiologi dalam Praktik Kesehatan
a.
Peran Sosiolog :
1.
Sebagai ahli riset : penelitian ilmiah &
pembinaana pola pikir terhadap masyarakat
2.
Konsultan
kebijakan : menganalisis fakta sosial, dinamika sosial & kecenderungan
proses serta perubahan sosial
3.
Teknisi dalam
perencanaan & pelaksanaan program kegiatan masyarakat
4.
Peran sebagai
pendidik kesehatan : wawasan & pemahaman thd tenaga kesehatan/ pengambil
kebijakan kesehatan
b.
Manfaat Sosiologi bagi kesehatan :
1.
Mempelajari cara org meminta pertolongan medis
2.
Mengetahui
latar belakang sosial-ekonomi masyarakat dalam pemanfaatan layanan kesehatan
3.
Menganalisis faktor-faktor sosial dalam hubungannya dg
etiologi penyakit
4.
Menganalisis fakta –fakta sosial (sakit, cacat fisik)
5.
Menghargai perilaku pasien, kolega & organisasi
6.
Menangani kebutuhan sosial –emosional pasien
2.2.6 Perilaku Orang Sakit
a. Adanya perasaan ketakutan
b. Menarik diri
c. Egosentris
d. Sensitif terhadap persoalan kecil
e. Reaksi emosional
f. Perubahan persepsi
g. Berkurangnya minat
Dalam upaya memahami suatu gejala sosial dalam masyrakat maka studi-studi
dalam sosiologi dilakukan dengan menggunakan dua macam pendekatan, yaitu :
a.
pendekatan etik
b.
Pendekatan emik
Pendekatan emik yaitu berusaha
untuk memahami perilaku individu/masyarakat dari sudut pandang individu
teersebut atau masyarakat yang bersangkutan. Pendekatan emik bersifat relatif lebih subjektif dan banyak
menggunakan kata-kata/bahasa dalam menggambarkan perasaan individu tersebut. Sedangkan pendekatan etik yaitu
menganalisa perilaku atau gejala sosial dari pandangan orang luar serta
membandingkan dengan budaya lain. Pendekatan etik bersifat lebih objektif, dapat diukur
dengan ukuran dan indikator tertentu.
2.2.7
Faktor yang
Mempengaruhi
2.2.7.1
Petugas Kesehatan dan Pasien
Kajian
awal terhadap hubungan dokter-pasien dalam sosiologi menurut Parsons sangat
berpengaruh dalam sosiologi kesehatan dimuatnya dalam buku The Social System.
Baginya praktik medis merupakan mekanisme dalam sistem sosial untuk
menanggulangi penyakit para anggota masyarakat. Sakit merupakan suatu peran
sosial, dan seseorang yang sakit mempunyai sejumlah hak maupun kewajiban
sosial. Menurut Parsons situasi seorang pasien ditandai oleh keadaan
ketidakberdayaan dan keperluan untuk ditolong, ketiadaan kompetensi teknis, dan
keterlibatan emosional.
Empat
hal yang dipermasalahkan oleh para ahli sosiologi ialah tipe penyakit,
keanekaragaman dalam tanggapan individu dan kelompok, hubungan petugas
kesehatan dengan pasien, dan orientasi kelas menengah. Sejalan dengan
perjalanan waktu mulai berkembang pekerjaan yang berhubungan dengan bantuan
kepada dokter dalam pelaksanaan tugasnya. Perawat merupakan paraprofesi yang
paling dikenal. Sejarah pekerjaan perawat dapat dibagi dalam dua periode :
zaman sebelum dan sesudah Florence Nightingale. Sebelum Florence Nightingale
perawat dianggap sebagai pengganti ibu. Setelah itu, Florence Nightingale
mengubah citra perawat dari pengganti ibu menjadi perawat profesional.
2.2.7.2
Kesehatan dan Lingkungan
a.
Kesehatan dan Lingkungan Fisik
Lingkungan mempunyai dampak terhadap berbagai
segi kehidupan masyarakat. Suatu masalah kesehatan lingkungan yang kini
dihadapi masyarakat yang melaksanakan industrialisasi ialah pencemaran air, penurunan
kualitas udara karena pencemaran udara oleh gas atau debu dapat mengakibatkan
berbagai macam gangguan kesehatan. Lalu lintas pun merupakan lingkungan fisik
yang mempengaruhi kesehatan manusia. Lingkungan fisik lain yang
diidentifikasikan sebagai faktor penyebab gangguan kesehatan ialah perumahan,
hidup berkerumun dan kepadatan penduduk. Sering kali berbagai jenis pencemaran
terjadi secara bersamaan.
b.
Kesehatan dan Lingkungan Sosial
Gangguan kesehatan dapat datang dari
lingkungan sosial. Manusia sering hidup dalam lingkungan sosial yang membuat
mereka marah, frustrasi atau cemas, dan perasaan-perasaan demikian dapat
mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan. Kesadaran ataupun kecurigaan warga
masyarakat bahwa lingkungan fisik mereka menyebabkan penyakit kemudian sering
diikuti dengan berbagai bentuk tindakan terhadap mereka yang dianggap
bertanggung jawab.
2.2.7.3 Upaya Kesehatan
a.
Upaya Kesehatan Kuratif, Preventif dan Promotif
Di negara dengan sistem pelayanan kesehatan
yang berorientasi pada upaya kuratif mulai berkembang berbagai kritik terhadap
sistem tersebut. Para pengkritik menyarankan agar sistem pelayanan kesehatan beralih
ke upaya preventif dan perawatan penderita penyakit kronis. Dalam upaya
pencegahan medis dibedakan tiga jenjang intervensi klinis, yaitu pencegahan
primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tertier. Ada pembedaan antara tiga
jenjang pencegahan, yaitu pencegahan pada jenjang medis, pencegahan pada
jenjang perilaku, dan pencegahan pada jenjang struktur.
2.2.7.4 Sistem
Medis Alternatif
Dalam
berbagai masyarakat kita menjumpai lebih dari satu sistem medis. Ada sistem
medis yang berkembang dalam masyarakat Barat dan yang oleh para ahli diberi
berbagai nama. Di luar itu, ada sistem medis masyarakat non-Barat yang oleh
orang Barat dinamakan sistem medis primitif, non-Barat, tradisional, rakyat
(folk medicine), pribumi. Ilmiah Dalam sistem pelayanan kesehatan kita yang
dinamakan pengobatan tradisional ialah upaya pengobatan atau perawatan di luar
ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan.
Pertumbuhan
dan penyebarluasan sistem medis alternatif dalam masyarakat Barat ada yang
berlangsung melalui suatu proses gerakan sosial untuk mengubah struktur
perawatan medis yang kemudian menghasilkan pelembagaan berbagai sistem medis
alternatif tersebut.
2.2.7.5 Penyelenggaraan
Sistem Medis Modern
Zola
berpandangan bahwa proses medikalisasi kehidupan sehari-hari telah menjadikan
masalah kesehatan semakin penting bagi keberadaan manusia sehingga bidang medis
telah menjadi suatu institusi pengendalian sosial utama dalam masyarakat.
2.2.8
Model-model
Perilalu Kesehatan
Menurut kasl
dan cobb (1966). Ada tiga alasan pokok orang terlibat dalam kegiatan medis
yaitu :
a.
Pencegahan penyakit (perilaku sehat)
b.
Mendapatkan diagnosis penyakit (perilaku sakit)
c.
Mengobati penyakit (peran sakit-sick role behavior)
Model-model perilaku kesehatan
a.
Model Suchmann
Model ini menyangkut tentang pola sosial
dari perilaku sakit yang tampak pada cara seseorang individu mencari ,
menemukan, dan melakukan perawatan medis. Paradigm suchmann, perawatan medis
dibagi menjadi 5 tingkat yaitu :
1.
Pengalaman dari gejala penyakit
2.
Penilaian dari peran sakit
3.
Kontak dengan perawatan medis
4.
Pasien
5.
Sembuh atau masa rehabilitasi
b.
Model Hochboam, Kasl, Cobb, dan Rosenstock
Model kepercayaan kesehatan (health
belief modele- HBM) berasak dari teori yang telah mapan dalam bidang psikologi
dan ilmu perilaku. Model ini ada 3 unsur, yaitu :
1.
Kesiapan seseorang melakukan tindakan saat terserang
penyakit
2.
Perilaku seseorang terhadap perilakukesehatan
3.
Suatu kunci untuk melakukan tindakan kesehatan yang
harus ada baik dari internal maupun eksternal.
c.
Model Fabrega
Merupakan teori tentang pengambilan
keputusan ( decision-theoritic). Model ini menitikberatkan pada proses
informasi yang diharapkan seseorang saat terjadinya penyakit. sistem yang
berpengaruh pada perilaku waktu sakit:
1.
System biologis
2.
System sosial
3.
Fenomenlogis
4.
System memori
5.
Model Mechanic
Model ini
mengenai factor-faktor yang mempengaruhi perbedaan cara orang melihat, menilai
serta bertindak terhadap suatu gejala penyakit. Mechanic menggunakan 10 tipe
variable untuk menentukan perilaku kesehatan :
1.
Adanya tanda-tanda penyimpanagn dan gejala penyakit
yang dirasakan
2.
Seberapa jauh gejala penyakit dipandang serius oleh
sipendierita
3.
Seberapa jauh gejala penyakit menimbulkan gangguan
fungsi
4.
Frekuensi tanda-tanda gejala penyakit
5.
Batas toleransi orang menilai gejala penyakit
6.
Informasi yang tersedia
7.
Kebutuhan pokok terhadap gejala penyakit
8.
Kompetisi yang timbul setelah gejala penyakit
diketahui
9.
Kebutuhan untuk melawan penyakit
10. Sumber
pengobatan dan biaya yang tersedia.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konsep belajar
sepanjang hayat adalah suatu idea atau gagasan yang menyatakan bahwa belajar
dalam arti sebenarnya adalah sesuatu yang berlangsung secara terus-menerus
sepanjang kehidupan, hal ini sesuai dengan tinjauan psikologis yang menjelaskan
bahwa pada setiap fase perkembangan. Usaha untuk membudayakan
pembelajaran sepanjang hayat adalah merupakan sebahagian strategi pembelajaran
penting bagi sebuah organisasi. Ianya tidak akan berlaku dengan sekelip mata.
Setiap individu perlu bertanggungjawab bagi pembelajaran diri sendiri dan
dilengkapi dengan ilmu yang kental untuk menghadapi cabaran-cabaran semasa dan
akan datang.
Kemudian Antropologi adalah ilmu
yang mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk
mendapatkan suatu pengertian tentang tingkat-tingkat kuno dalam sejarah evolusi
dan sejarah penyebaran umat manusia. Antropologi
merupakan bidang studi sains tentang asal usul, prilaku, fisik, sosial dan
pengembangan lingkungan manusia. Sedangkan Antropologi kesehatan adalah studi
tentang pengaruh unsur-unsur budaya terhadap penghayatan masyarakat tentang
penyakit dan kesehatan (Solita Sarwono ).
Sedangkan dalam
menganalisis situasi kesehatan, sosiologi kesehatan bermanfaat untuk
mempelajari cara orang mencari pertolongan medis. Selain itu, perhatian
sosiologi terhadap perilaku sakit umumnya dipusatkan pada pemahaman penduduk
mengenai gejala penyakit serta tindakan yang dianggap tepat menurut tata nilai
dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Manfaat sosiologi kesehatan yang lain
adalah menganalisis faktor-faktor sosial dalam hubungannya dengan etiologi
penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Saifudin
achmad
|
(2005),
antropologi kontemporer, suatu
pengantar kritis mengenai paradigma, prenada media jakarta
|
Erson
2005,
|
Antropologi
kesehatan, UGM press
|
Erson
2005,
|
Sosiologi
kesehatan, UGM press
|
Foster
|
Dan
anderson, 2005, antropologi kesehatan,
edt.
|
www. http//google.com
C.guyton M.D Arthur.2008.buku ajar edisi 11.EGC :
jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar