Baby Hello Kitty"), auto;}

create name

Profesional Nurse

"Tidak ada satupun di dunia ini, yang bisa di dapat dengan mudah. Kerja keras dan doa adalah cara untuk mempermudahnya."

Sabtu, 06 April 2013

Konsep Belajar Sepanjang Hayat serta Antropologi dan Sosiologi Kesehatan



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Belajar sepanjang hayat dijadikan tajuk perbincangan di seluruh dunia. Setiap negara sama ada daya usaha kerajaan sendiri, institusi pengajian tinggi, badan bukan kerajaan, malah parti politik termasuk MCA di Malaysia, menjadikan belajar sepanjang hayat ini sebagai kempen supaya setiap insan menguasai ilmu. Ia dijadikan agenda penting setiap rakyat. Belajar sepanjang hayat adalah satu nikmat dalam kehidupan. Belajar adalah satu pencarian yang tidak akan berakhir.  Tidak ada seorang pun boleh mendakwa menguasai segala ilmu dunia. Sepandai, sebijak dan sepintar mana sekali pun seseorang itu, ilmu yang dimilikinya hanyalah ibarat setitik air dari sebuah lautan. Begitulah luasnya ilmu.
Konsep belajar sepanjang hayat ini mendapat sokongan seratus% di mana saja ia dibincang, dibahas dan diperkenalkan. Tidak ada seorang pun yang membantah idea ini. Belajar sepanjang hayat adalah antara topik istimewa yang tidak ada pandangan negatif di mana saja ia dibincangkan. Ia adalah satu bidang yang sesiapa juga tidak boleh menganggap mereka terlewat untuk belajar sama ada dalam bentuk pelajaran akademik atau apa juga bidang kemahiran. Di kelas muzik juga, kelihatan ramai golongan yang lewat usia, belajar bermain pelbagai alat muzik. Warga emas yang bermain muzik perkara biasa di Eropah, Jepang, India, Timur Tengah dan di mana juga. Seorang penyanyi atau pelakon tidak seharus mengakhiri kerjaya mereka dengan menyanyi atau berlakon.
Belajar sepanjang hayat tidak bermakna melihat buku atau menyambung pelajaran untuk memperoleh dua atau tiga ijazah doktor falsafah (PhD) atau sarjana dalam bidang yang berbeda. Belajar bermakna mengambil juga bidang atau perkara baru. Sama seperti pelajaran ini diperoleh secara teratur tidak menimbulkan masalah asalkan ia sesuatu yang baru. Setiap orang boleh belajar melanjutkan bidang yang sama mereka ceburi atau bidang baru mengikut minat masing-masing.
Mengikut kajian UNESCO, kemajuan yang dicapai oleh negara-negara berkembang ialah hasil dari perancangan strategik pembangunan sumber manusia. Rancangan ini memberi peluang kepada seluruh anggota masyarakat untuk mendapat pendidikan dan pembelajaran sepanjang hayat. Pada pertengahan tahun 1990-an PBB melalui UNESCO telah melancarkan program bagi peningkatan kesadaran membangun. PBB pada masa ini telah mengiktiraf pendidikan sepanjang hayat sebagai kunci kepada pembangunan sumber daya manusia.
1.2 Tujuan Penulisan
Setelah dilakukan diskusi tentang Konsep belajar sepenjang hayat dan Antropologi dan sosiologi kesehatan di harapkan kelompok dan peserta diskusi tau bagaimana konsep dan penerapan belajar sepanjang hayat dan Antropologi kesehatan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Belajar Sepanjang Hayat
Pembelajaran ialah proses memperoleh pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat serta pembentukan sikap dan kepercayaan. Proses pembelajaran berlaku sepanjang hayat seseorang manusia. Proses pembelajaran berlaku di mana saja dan kapan saja. Islam sejak awal menyatakan bahwa belajar ilmu itu adalah wajib yang terus menerus dari buaian sampai ke liang lahad yang membawa maksud pembelajaran sepanjang hayat.
gerakan belajar sepanjang hayat itu baru dipublikasikan di sekitar tahun 1970, ketika UNESCO menyebutnya sebagai tahun Pendidikan Internasional (International Education Year). Karena pada tahun itu dilontarkan berbagai isu pembaharuan dalam falsafah dan konsep tentang pendidikan. belajar atau pendidikan itu tidak hanya berlangsung di dunia pendidikan sekolah, sedangkan di luar dunia sekolah sebenarnya secara individual, mereka terus belajar sesuai dengan kebutuhannya masing-masing dan dengan cara yang disenanginya.
Muncul dan berkembangnya konsep belajar sepanjang hayat tersebut menunjukkan bahwa pengalaman belajar tidak pernah berhenti selama manusia itu sadar dan berinteraksi dengan lingkungannya. Belajar sepanjang hayat sebagai asas baru, kesadaran baru, harapan baru, membawa implikasi kepada pentingya aktivitas individual mandiri guna senantiasa memburu pengetahuan, pengalaman-pengalaman baru kapanpun dan dimanapun. Dari gagasan-gagasan baik melalui pendekatan keagamaan, maupun yang bersifat umum, dapat dipahami bahwa hakekatnya belajar itu tiada hentinya.
Seperti dikemukakan oleh Andrias Harefa (2000) bahwa pembelajaran akan mampu membuat manusia tumbuh dan berkembang sehingga berkemampuan, menjadi dewasa dan mandiri. Manusia mengalami transformasi diri, dari belum/tidak mampu menjadi mampu atau dari ketergantungan menjadi mandiri. Dan, transformasi diri ini seharusnya terus terjadi sepanjang hayat, asalkan ia tidak berhenti belajar.
Konsep belajar sepanjang hayat adalah suatu idea atau gagasan yang menyatakan bahwa belajar dalam arti sebenarnya adalah sesuatu yang berlangsung secara terus-menerus sepanjang kehidupan, hal ini sesuai dengan tinjauan psikologis yang menjelaskan bahwa pada setiap fase perkembangan, setiap individu perlu belajar agar dapat melaksanakan tugas-tugas pada setiap fase perkembangan tersebut tidak hanya berlangsung di lembaga-lembaga pendidikan formal saja. Bedasarkan idea tersebut konsep belajar sepanjang hayat sering pula dikatakan sebagai belajar berkesinambungan (continuing learning).
Dalam hubungannya dengan belajar sepanjang hayat, maka dikemukakan tugas-tugas perkembangan masa dewasa awal, masa setengah baya dan orang tua, untuk memberikan pengalaman belajar yang sesuai dalam rangka belajar sepanjang hayat. Tugas perkembangan tersebut adalah :
a.       Tugas perkembangan masa dewasa awal : Memilih pasangan hidup, bertanggung jawab sebagai warga Negara, dan berupaya mendapatkan kelompok social yang tepat serta menarik.
b.      Tugas perkembangan masa setengah baya : Bertanggung jawab social dan menjadi warga Negara yang baik, mengisi waktu senggang dengan kegiatan-kegiatan tertentu, menyesuaikan diri dengan perubahan fisik dan pertambahan umur.
c.       Tugas perkembangan orang tua : Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik, kesehatan dan pendapatan. Menyesuaikan diri dengan keadaan sebagai janda, duda, memenuhi kewajiban sosial sebagai seorang warga Negara yang baik dan membangun kehidupan fisik yang memuaskan.
Tugas-tugas perkembangan itu nampaknya disiapkan untuk belajar sepanjang hayat, yang dapat dilihat dari adanya tugas perkembangan untuk orang dewasa, setengah baya dan untuk masa tua. Tugas perkembangan ini juga amat berguna bagi pendidikan luar sekolah, di rumah dalam kehidupan rumah tangga maupun di lembaga-lembaga pendidikan yang ada di masyarakat, seperti kursus-kursus, perkumpulan sodial, agama, persatuan para lanjut usia dan sebagainya.
2.1.1 Jalur Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok diantaranya kegiatan yang terjadi pada jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah.
Pada jalur pendidikan luar sekolah, sejak kehadirannya, kegiatan pembelajaran kelompok menjadi ciri utama. Dalam perkembangannya, kegiatan pembelajaran dalam pendidikan luar sekolah telah memperoleh dukungan dari berbagai teori pembelajaran dan dari pengalaman para praktisi di lapangan sehingga muncul kegiatan pembelajaran partisipatif. Dewasa ini pembelajaran partisipatif tidak saja digunakan dalam program-program pendidikan luar sekolah tetapi juga di beberapa kawasan di dunia ini, dan telah diserap serta diterapkan pada program-program pendidikan sekolah.
Upaya penerapan pembelajaran partisipatif pada pendidikan sekolah dapat dipertegas dengan menekankan peranan pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar secara aktif dan partisipatif. Keterlibatan pendidik dapat meliputi dua hal penting, diantaranya :
a.       dalam penyusunan dan pengembangan program belajar
b.      dalam upaya menumbuhkan kondisi supaya peserta didik melakukan kegiatan belajar partisipatif.
Keterlibatan dalam penyusunan dan pengembangan program pembelajaran, pendidik bersama peserta didik melakukan asesmen kebutuhan belajar, identifikasi sumber-sumber dan kemungkinan hambatan dalam pembelajaran, menyusun tujuan belajar, menetapkan komponen dan proses pembelajaran, serta melaksanakan dan menilai program pembelajaran. Keterlibatan pendidik dalam menumbuhkan situasi belajar yang kondusif bagi peserta didik untuk belajar meliputi upaya menciptakan iklim belajar yang partisipatif.

Knowles mengemukakan ada tujuh langkah pendidik yang dapat membantu peserta didik untuk belajar partisipatif. Ketujuh langkah tersebut adalah membantu peserta didik untuk: (1) menumbuhkan keakraban yang mendorong untuk belajar, (2) menjadi anggota kelompok dan belajar dalam kelompok, (3) mendiagnosis kebutuhan belajar, (4) merumuskan tujuan belajar, (5) menyusun pengalaman belajar, 6) melaksanakan kegiatan belajar, dan (7) melakukan penilaian terhadap proses, hasil, dan pengaruh belajar.
Produk dari suatu proses pembelajaran baik pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah adalah perubahan tingkah laku peserta didik selama dan setelah mengikuti proses pembelajaran. Perubahan perilaku tersebut mencakup ranah (domain) afektif, kognitif, dan psiko-motorik serta konatif. Ranah afektif adalah sikap dan aspirasi peserta didik dalam lingkungannya melalui tahapan penerimaan stimulus, respons, penilaian, pengorganisasian, dan karakterisasi diri dalam menghadapi stimulus dari lingkungan.
Ranah Kognitif adalah kecakapan peserta didik yang diperoleh melalui pengetahuan, pemahaman, penggunaan, analisis, sintesis, dan evaluasi terhadap sesuatu berdasarkan asas-asas dan fungsi kelimuan. Asas keilmuan yang objektivitas, observabilitas, dapat diukur, dan bernilai guna, sedangkan fungsi keilmuan adalah menggambarkan, menjelaskan, memprediksi, dan mengandalkan. Psiko-motorik atau skills adalah penguasaan dan penggunaan sesuatu keterampilan melalui tahapan rangsangan, kesiapan merespons, bimbingan dlam melakukan respons, gerakan mekanik, respons yang lebih kompleks, adaptasi, dan melakukan sendiri.
2.1.2 Implementasi Konsep
Bertolak dari dimensi psikologis di atas, implementasi konsep belajar sepanjang hayat ini bisanya tidak membutuhkan orang lain sebagai pembimbing khusus. Mereka mencari sendiri bahan-bahan pelajaran yang mereka butuhkan, mempelajari sendiri, dan mencoba menempatkannya. Jadi bagi mereka dapat belajar di mana saja dan dengan cara apa saja di lingkungan kediaman mereka. Pada hakekatnya mereka mengaktualisasi diri sendiri sejalan dengan teori belajar naturalis.
Namun demikian belajar sepanjang hayat dapat juga dilaksanakan secara kelompok dalam bentuk kursus-kursus, kelompok sosial dan kelompok keagamaan. Dari segi tujuan, belajar sepanjang hayat ini pada mulanya bersifat individual, yakni untuk memperkaya kehidupan rohani atau intelektual seseorang.
Pada taraf perkembangan selanjutnya belajar sepanjang hayat ini mulai mengembangkan tujuan-tujuan yang bersifat sosial. Mulai disadari bahwa kegiatan belajar mengajar sepanjang hayat ini tidak hanya menguntungkan perorangan-perorangan saja, melainkan juga bermanfaat bagi masyarakat secara keseluruhan. Apabila mayoritas anggota suatu masyarakat selalu melibatkan diri dalam kesibukan belajar setelah mereka memasuki berbagai lingkungan pekerjaan, maka pada umumnya masyarakat semacam ini akan menjadi lebih dinamis, lebih mudah menenima gagasan-gagasan pembaruan.
Maka konsep ini merupakan wahana yang tepat dan tangguh untuk memacu kehidupan masyarakat, dengan salah satu cara dapat diusahakan :
a.       Bahwa sebagian besar remaja dan orang dewasa dan orang tua yang aktif dalam kehidupan kemasyarakatan benar-benar mendapatkan pelayanan belajar yang memadai dan relevan dengan kebutuhan mereka sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat.
b.      Bahwa program-program belajar seperti ini benar-benar dikembangkan dan dilaksanakan
c.       Bahwa masyarakat remaja, orang dewasa serta orang tua yang aktif dalam kehidupan kemasyarakatan benar-benar terangsang untuk mengikuti program-program belajar sepanjang hayat ini.

Belajar sepanjang hayat akan bermanfaat apabila mendapatkan respon positif dari individu atau warga masyarakat yang memiliki kemauan dan kegemaran untuk belajar secara terus menerus, sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu warga belajamya. Dengan demikian konsep belajar sepanjang hayat memiliki signifikasi di dalam masyarakat.
2.1.3 Prinsip-prinsip pembelajaran sepanjang hayat
Dalam proses pembelajaran sepanjang hayat laporan Delors mengemukakan empat prinsip yaitu pembelajaran untuk mengetahui, pembelajaran untuk melakukan, pembelajaran untuk menjadi apa atau siapa dan pembelajaran untuk tinggal bersama. Empat prinsip ini membentuk proses pembelajaran yang sempurna. Manakala menurut Tough pula, proses pembelajaran berlaku pada setiap masa kehidupan yang dipengaruhi oleh suasana di mana kita berada secara terancang maupun tidak terancang.
Sebenarnya, apa yang berlaku di sekeliling kita adalah suasana serta keadaan yang sangat radikal dari sudut transformasi sosial. Keadaan ini menyebabkan perubahan-perubahan ketara terhadap tabiat kerja dan gaya hidup. Perubahan ini menjadi cabaran kepada semua orang dan hanya melalui pembelajaran yang berterusan, cabaran akan dapat diatasi. Bukan itu sahaja, apabila ia bisa bertahan dengan keadaan yang telah berubah, ilmu yang dimiliki akan menjadikan cabaran itu dapat diolah lagi sebagai sesuatu yang memberi manfaat dan kesenangan.
Dengan kemunculan ekonomi digital berasaskan teknologi, multimedia dan Internet, negara memerlukan pekerja berpengetahuan dan proses inovasi yang berterusan. Daripada itu akan berlakunya penggabungan antara bekerja dan belajar. Di waktu tersebut, kita akan terus belajar walaupun sambil bekerja, dan begitulah sebaliknya. Inilah yang dinamakan konsep pembelajaran sepanjang hayat. Para pekerja akan perlu belajar detik demi detik untuk melaksanakan kerja dengan lebih berkesan. Pengetahuan yang diperoleh di masa sekarang akan menjadi semakin pudar ditelan masa. Sebab itulah aktivitas pembelajaran sepanjang hayat patut disadari sebagai kaedah menyediakan diri di era ekonomi digital.
2.2 Antropologi dan Sosiologi Kesehatan
2.2.1 Antropologi Kesehatan
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk mendapatkan suatu pengertian tentang tingkat-tingkat kuno dalam sejarah evolusi dan sejarah penyebaran umat manusia. Antropologi merupakan bidang studi sains tentang asal usul, prilaku, fisik, sosial dan pengembangan lingkungan manusia.
Antropologi kesehatan adalah studi tentang pengaruh unsur-unsur budaya terhadap penghayatan masyarakat tentang penyakit dan kesehatan (Solita Sarwono )
Menurut Koentjaraningrat Antropologi Kesehatan mengkaji masalah -masalah kesehatan dan penyakit dari dua kutub yang berbeda yaitu kutub biologi dan kutub sosial budaya. Ada beberapa ilmu terhadap antropologi kesehatan yaitu :
a.       Antropologi fisik/biologi/ragawi, contoh nutrisi yang mempengaruhi pertumbuhan bentuk tubuh, dan variasi penyakit
b.      Etnomedisin, awalnya mempelajari tentang pengobatan pada rakyat primitif atau yang masih di anggap tradisional
c.       Kepribadian dan budaya adalah observasi terhadap tingkah laku manusia di berbagai belahan dunia.
d.      Kesehatan masyarakat dimana beberapa program kesehtaan bekerjasama untuk menjelaskan hubungan antara kepercayaan dan praktek kesehatan

Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktor-faktor lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya. Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan deeradaptasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun sosio budaya.
Tugas antropolog mengenai kesehatan adalah mencari asal-usul perilaku masyarakat dalam menanggapi kasus yang terjadi dengan kesehatan mereka. Salah satu peranan besar dari ahli-ahli antropologi kesehatan adalah untuk menjelaskan mengenai kepercayaan dan pelaksanaan-pelaksanaan medis yang ada kepada para perencana kesehatan dan memberi saran-saran tentang bagaimana hal-hal itu dapat diintegrasikan dengan pelaksanaan modern yang merupaan ciri dari perencanaan kesehatan formal disemua negara. Dari hasil penelusuran para ahli antropologi dalam pengumpulan data mengenai penduduk yang mereka temukan atau penduduk tempat mereka bekerja terlihat jelas dalam suatu kumpulan survei komparatif yang luas mengenai kepercayaan tentang sebab-sebab penyakit.
2.2.2        Tujuan antropologi
Tujuan antropologi dalam fase perkembangannya yang ke empat ini dibagi menjadi dua, yaitu tujuan akademikal dan tujuan praktis.
a.       Tujuan akademikal adalah untuk mencapai pengertian tentang mengenai manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna bentuk fisiknya, serta kebudayaanya.
b.      Tujuan praktis adalah mempelajari manusia dalam aneka warna masyarakat suku bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa itu.
2.2.3        Akar dari Antropologi Kesehatan
a.       Antropologi fisik
1.      Ahli-ahli antropologi fisik, belajar dan melakukan penelitian di sekolah-sekolah kedokteran (anatomi)
2.      Ahli-ahli antropologi fisik adalah ahli antropologi kesehatan
3.      Sejumlah besar ahli antropologi fisik adalah dokter
b.      Etnomedisin
Cabang dari etnobotani atau antropologi kesehatan yang mempelajari pengobatan tradisional, tidak hanya yang berhubungan dengan sumber-sumber tertulis (contohnya pengobatan tradisional cina) tetapi terutama pengetahuan dan praktek yang secara oral diturunkan selama beberapa abad.
c.       Studi-studi tentang kebudayaan dan kepribadian
Sejak pertengahan tahun 1930-an, para ahli antropologi, psikiater dan ahli ilmu tingkah laku lainnya mulai mempertanyakan tentang kepribadian orang dewasa, atau sifat-sifat dan lingkungan sosial budaya di mana tingkah laku itu terjadi.
d.      Kesehatan masyarakat internasional
Petugas-petugas kesehatan yang bekerja di lingkungan yang bersifat lintas budaya, lebih cepat menemukan masalah daripada mereka yang bekerja dalam kebudayaan sendiri, dan khususnya mereka yang terlibat dalam klinik pengobatan melihat bahwa kesehatan dan penyakit bukan merupakan gejala biologik saja, melainkan juga gejala sosial-budaya
2.2.4        Sosiologi Kesehatan
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang pergaulan hidup antara seseorang dengan seseorang, perseorang dengan golongan, atau golongan dengan golongan. Ada dua unsur pokok dalam sosiologi, yaitu manusia dan hubungan sosial (masyarakat).
Sosiologi mempunyai  bidang kajian yang sangat luas, antara lain Sosiologi industri, Sosiologi Hukum, Sosiologi Pendidikan, Sosiologi Perkotaan, Sosiologi Pedesaan, Sosiologi Kesehatan
Sosiologi Kesehatan adalah ilmu terapan sosiologi, kajian sosiologi dalam konteks kesehatan. Perilaku kesehatan, pengaruh norma sosial thd perilaku, interaksi antar petugas & petugas kesehatan.

2.2.5 Peran Sosiologi dalam Praktik Kesehatan
a.       Peran Sosiolog :
1.      Sebagai ahli riset : penelitian ilmiah & pembinaana pola pikir terhadap masyarakat
2.      Konsultan kebijakan : menganalisis fakta sosial, dinamika sosial & kecenderungan proses serta perubahan sosial
3.      Teknisi dalam perencanaan & pelaksanaan program kegiatan masyarakat
4.      Peran sebagai pendidik kesehatan : wawasan & pemahaman thd tenaga kesehatan/ pengambil kebijakan kesehatan
b.      Manfaat Sosiologi bagi kesehatan :
1.      Mempelajari cara org meminta pertolongan medis
2.      Mengetahui latar belakang sosial-ekonomi masyarakat dalam pemanfaatan layanan kesehatan
3.      Menganalisis faktor-faktor sosial dalam hubungannya dg etiologi penyakit
4.      Menganalisis fakta –fakta sosial (sakit, cacat fisik)
5.      Menghargai perilaku pasien, kolega & organisasi
6.      Menangani kebutuhan sosial –emosional pasien

2.2.6  Perilaku Orang Sakit
a.       Adanya perasaan ketakutan
b.      Menarik diri
c.       Egosentris
d.      Sensitif terhadap persoalan kecil
e.       Reaksi emosional
f.       Perubahan persepsi
g.      Berkurangnya minat
Dalam upaya memahami suatu gejala sosial dalam masyrakat maka studi-studi dalam sosiologi dilakukan dengan menggunakan dua macam pendekatan, yaitu :
a.       pendekatan etik
b.      Pendekatan emik
Pendekatan emik yaitu berusaha untuk memahami perilaku individu/masyarakat dari sudut pandang individu teersebut atau masyarakat yang bersangkutan. Pendekatan emik bersifat relatif lebih subjektif dan banyak menggunakan kata-kata/bahasa dalam menggambarkan perasaan  individu tersebut. Sedangkan pendekatan etik yaitu menganalisa perilaku atau gejala sosial dari pandangan orang luar serta membandingkan dengan budaya lain. Pendekatan etik bersifat lebih objektif, dapat diukur dengan ukuran dan indikator tertentu.


2.2.7        Faktor yang Mempengaruhi
2.2.7.1 Petugas Kesehatan dan Pasien
Kajian awal terhadap hubungan dokter-pasien dalam sosiologi menurut Parsons sangat berpengaruh dalam sosiologi kesehatan dimuatnya dalam buku The Social System. Baginya praktik medis merupakan mekanisme dalam sistem sosial untuk menanggulangi penyakit para anggota masyarakat. Sakit merupakan suatu peran sosial, dan seseorang yang sakit mempunyai sejumlah hak maupun kewajiban sosial. Menurut Parsons situasi seorang pasien ditandai oleh keadaan ketidakberdayaan dan keperluan untuk ditolong, ketiadaan kompetensi teknis, dan keterlibatan emosional.
Empat hal yang dipermasalahkan oleh para ahli sosiologi ialah tipe penyakit, keanekaragaman dalam tanggapan individu dan kelompok, hubungan petugas kesehatan dengan pasien, dan orientasi kelas menengah. Sejalan dengan perjalanan waktu mulai berkembang pekerjaan yang berhubungan dengan bantuan kepada dokter dalam pelaksanaan tugasnya. Perawat merupakan paraprofesi yang paling dikenal. Sejarah pekerjaan perawat dapat dibagi dalam dua periode : zaman sebelum dan sesudah Florence Nightingale. Sebelum Florence Nightingale perawat dianggap sebagai pengganti ibu. Setelah itu, Florence Nightingale mengubah citra perawat dari pengganti ibu menjadi perawat profesional.
2.2.7.2 Kesehatan dan Lingkungan
a.       Kesehatan dan Lingkungan Fisik
Lingkungan mempunyai dampak terhadap berbagai segi kehidupan masyarakat. Suatu masalah kesehatan lingkungan yang kini dihadapi masyarakat yang melaksanakan industrialisasi ialah pencemaran air, penurunan kualitas udara karena pencemaran udara oleh gas atau debu dapat mengakibatkan berbagai macam gangguan kesehatan. Lalu lintas pun merupakan lingkungan fisik yang mempengaruhi kesehatan manusia. Lingkungan fisik lain yang diidentifikasikan sebagai faktor penyebab gangguan kesehatan ialah perumahan, hidup berkerumun dan kepadatan penduduk. Sering kali berbagai jenis pencemaran terjadi secara bersamaan.
b.      Kesehatan dan Lingkungan Sosial
Gangguan kesehatan dapat datang dari lingkungan sosial. Manusia sering hidup dalam lingkungan sosial yang membuat mereka marah, frustrasi atau cemas, dan perasaan-perasaan demikian dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan. Kesadaran ataupun kecurigaan warga masyarakat bahwa lingkungan fisik mereka menyebabkan penyakit kemudian sering diikuti dengan berbagai bentuk tindakan terhadap mereka yang dianggap bertanggung jawab.

2.2.7.3 Upaya Kesehatan
a.       Upaya Kesehatan Kuratif, Preventif dan Promotif
Di negara dengan sistem pelayanan kesehatan yang berorientasi pada upaya kuratif mulai berkembang berbagai kritik terhadap sistem tersebut. Para pengkritik menyarankan agar sistem pelayanan kesehatan beralih ke upaya preventif dan perawatan penderita penyakit kronis. Dalam upaya pencegahan medis dibedakan tiga jenjang intervensi klinis, yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tertier. Ada pembedaan antara tiga jenjang pencegahan, yaitu pencegahan pada jenjang medis, pencegahan pada jenjang perilaku, dan pencegahan pada jenjang struktur.

2.2.7.4 Sistem Medis Alternatif
Dalam berbagai masyarakat kita menjumpai lebih dari satu sistem medis. Ada sistem medis yang berkembang dalam masyarakat Barat dan yang oleh para ahli diberi berbagai nama. Di luar itu, ada sistem medis masyarakat non-Barat yang oleh orang Barat dinamakan sistem medis primitif, non-Barat, tradisional, rakyat (folk medicine), pribumi. Ilmiah Dalam sistem pelayanan kesehatan kita yang dinamakan pengobatan tradisional ialah upaya pengobatan atau perawatan di luar ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan.
Pertumbuhan dan penyebarluasan sistem medis alternatif dalam masyarakat Barat ada yang berlangsung melalui suatu proses gerakan sosial untuk mengubah struktur perawatan medis yang kemudian menghasilkan pelembagaan berbagai sistem medis alternatif tersebut.

2.2.7.5 Penyelenggaraan Sistem Medis Modern
Zola berpandangan bahwa proses medikalisasi kehidupan sehari-hari telah menjadikan masalah kesehatan semakin penting bagi keberadaan manusia sehingga bidang medis telah menjadi suatu institusi pengendalian sosial utama dalam masyarakat.

2.2.8        Model-model Perilalu Kesehatan
Menurut kasl dan cobb (1966). Ada tiga alasan pokok orang terlibat dalam kegiatan medis yaitu :
a.       Pencegahan penyakit (perilaku sehat)
b.      Mendapatkan diagnosis penyakit (perilaku sakit)
c.       Mengobati penyakit (peran sakit-sick role behavior)

Model-model perilaku kesehatan
a.       Model Suchmann
Model ini menyangkut tentang pola sosial dari perilaku sakit yang tampak pada cara seseorang individu mencari , menemukan, dan melakukan perawatan medis. Paradigm suchmann, perawatan medis dibagi menjadi 5 tingkat yaitu :
1.      Pengalaman dari gejala penyakit
2.      Penilaian dari peran sakit
3.      Kontak dengan perawatan medis
4.      Pasien
5.      Sembuh atau masa rehabilitasi
b.      Model Hochboam, Kasl, Cobb, dan Rosenstock
Model kepercayaan kesehatan (health belief modele- HBM) berasak dari teori yang telah mapan dalam bidang psikologi dan ilmu perilaku. Model ini ada 3 unsur, yaitu :
1.      Kesiapan seseorang melakukan tindakan saat terserang penyakit
2.      Perilaku seseorang terhadap perilakukesehatan
3.      Suatu kunci untuk melakukan tindakan kesehatan yang harus ada baik dari internal maupun eksternal.
c.       Model Fabrega
Merupakan teori tentang pengambilan keputusan ( decision-theoritic). Model ini menitikberatkan pada proses informasi yang diharapkan seseorang saat terjadinya penyakit. sistem yang berpengaruh pada perilaku waktu sakit:
1.      System biologis
2.      System sosial
3.      Fenomenlogis
4.      System memori
5.      Model Mechanic
Model ini mengenai factor-faktor yang mempengaruhi perbedaan cara orang melihat, menilai serta bertindak terhadap suatu gejala penyakit. Mechanic menggunakan 10 tipe variable untuk menentukan perilaku kesehatan :
1.      Adanya tanda-tanda penyimpanagn dan gejala penyakit yang dirasakan
2.      Seberapa jauh gejala penyakit dipandang serius oleh sipendierita
3.      Seberapa jauh gejala penyakit menimbulkan gangguan fungsi
4.      Frekuensi tanda-tanda gejala penyakit
5.      Batas toleransi orang menilai gejala penyakit
6.      Informasi yang tersedia
7.      Kebutuhan pokok terhadap gejala penyakit
8.      Kompetisi yang timbul setelah gejala penyakit diketahui
9.      Kebutuhan untuk melawan penyakit
10.  Sumber pengobatan dan biaya yang tersedia.



BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Konsep belajar sepanjang hayat adalah suatu idea atau gagasan yang menyatakan bahwa belajar dalam arti sebenarnya adalah sesuatu yang berlangsung secara terus-menerus sepanjang kehidupan, hal ini sesuai dengan tinjauan psikologis yang menjelaskan bahwa pada setiap fase perkembangan. Usaha untuk membudayakan pembelajaran sepanjang hayat adalah merupakan sebahagian strategi pembelajaran penting bagi sebuah organisasi. Ianya tidak akan berlaku dengan sekelip mata. Setiap individu perlu bertanggungjawab bagi pembelajaran diri sendiri dan dilengkapi dengan ilmu yang kental untuk menghadapi cabaran-cabaran semasa dan akan datang.
Kemudian Antropologi adalah ilmu yang mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk mendapatkan suatu pengertian tentang tingkat-tingkat kuno dalam sejarah evolusi dan sejarah penyebaran umat manusia. Antropologi merupakan bidang studi sains tentang asal usul, prilaku, fisik, sosial dan pengembangan lingkungan manusia. Sedangkan Antropologi kesehatan adalah studi tentang pengaruh unsur-unsur budaya terhadap penghayatan masyarakat tentang penyakit dan kesehatan (Solita Sarwono ).
Sedangkan dalam menganalisis situasi kesehatan, sosiologi kesehatan bermanfaat untuk mempelajari cara orang mencari pertolongan medis. Selain itu, perhatian sosiologi terhadap perilaku sakit umumnya dipusatkan pada pemahaman penduduk mengenai gejala penyakit serta tindakan yang dianggap tepat menurut tata nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Manfaat sosiologi kesehatan yang lain adalah menganalisis faktor-faktor sosial dalam hubungannya dengan etiologi penyakit.



DAFTAR PUSTAKA

Saifudin achmad
(2005), antropologi kontemporer, suatu pengantar kritis mengenai paradigma, prenada media jakarta
Erson 2005,
Antropologi kesehatan, UGM press
Erson 2005,
Sosiologi kesehatan, UGM press
Foster
Dan anderson, 2005, antropologi kesehatan, edt.
www. http//google.com
C.guyton M.D Arthur.2008.buku ajar edisi 11.EGC : jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar