Baby Hello Kitty"), auto;}

create name

Profesional Nurse

"Tidak ada satupun di dunia ini, yang bisa di dapat dengan mudah. Kerja keras dan doa adalah cara untuk mempermudahnya."

Sabtu, 06 April 2013

Konsep Berfikir Kritis dalam Keperawatan



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak 1942. Menurut Halpen (1996), berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan, mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran-merupakan bentuk berpikir yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat. Berpikir kritis juga merupakan kegiatan mengevaluasi-mempertimbangkan kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan beberapa faktor pendukung untuk membuat keputusan. Berpikir kritis juga biasa disebut directed thinking, sebab berpikir langsung kepada fokus yang akan dituju. Pendapat senada dikemukakan Anggelo (1995: 6), berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi.
Penekanan kepada proses dan tahapan berpikir dilontarkan pula oleh Scriven, berpikir kritis yaitu proses intelektual yang aktif dan penuh dengan keterampilan dalam membuat pengertian atau konsep, mengaplikasikan, menganalisis, membuat sistesis, dan mengevaluasi. Semua kegiatan tersebut berdasarkan hasil observasi, pengalaman, pemikiran, pertimbangan, dan komunikasi, yang akan membimbing dalam menentukan sikap dan tindakan (Walker, 2001: 1). Pernyataan tersebut ditegaskan kembali oleh Angelo (1995: 6), bahwa berpikir kritis harus memenuhi karakteristik kegiatan berpikir yang meliputi : analisis, sintesis, pengenalan masalah dan pemecahannya, kesimpulan, dan penilaian.
Matindas Juga mengungkapkan bahwa banyak orang yang tidak terlalu membedakan antara berpikir kritis dan berpikir logis padahal ada perbedaan besar antara keduanya yakni bahwa berpikir kritis dilakukan untuk membuat keputusan sedangkan berpikir logis hanya dibutuhkan untuk membuat kesimpulan. Pemikiran kritis menyangkut pula pemikiran logis yang diteruskan dengan pengambilan keputusan. Dari pendapat-pendapat di atas dapat dikatakan bahwa berpikir kritis itu melipuri dua langkah besar yakni melakukan proses berpikir nalar (reasoning) yang diikuti dengan pengambilan keputusan/ pemecahan masalah (deciding/problem solving). Dengan demikian dapat pula diartikan bahwa tanpa kemampuan yang memadai dalam hal berpikir nalar (deduktif, induktif dan reflektif), seseorang tidak dapat melakukan proses berpikir kritis secara benar.

B.     Ruang Lingkup
Berfikir kritis dalam keperawatan diperlukan untuk mengeksplorasi. Berpikir kritis dalam keperawatan adalah komponen dasar dalam pertanggunggugatan professional dan kualitas asuhan keperawatan. Pemikir kritis dalam keperawatan menunjukkan kebiasaan perasaan : percaya diri, kontekstual perspektif, kreatifitas, fleksibilitas, ingin tahu, intuisi, keterbukaan, tekun, refleksi.

C.    Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui Konsep berfikir kritis
2.      Untuk mengetahui metode berfikir kritis
3.      Untuk mengetahui karakteristik berfikir kritis
4.      Untuk mengetahui model berfikir kritis
5.      Untuk mengetahui Bentuk-bentuk berfikir kritis
6.      Untuk mengetahui bagaimana Penerapan berfikir kritis dalam keperawatan
7.      Untuk mengetahui Faktor yang mempengaruhi berfikir kritis

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Berfikir Kritis
Berfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah penilaian atau keputusan berdasarkan kemampuan, menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman (Pery & Potter, 2005). Menurut Bandman dan Bandman (1988), berpikir kritis adalah pengujian secara rasional terhadap ide-ide, kesimpulan, pendapat, prinsip, pemikiran, masalah, kepercayaan dan tindakan.
Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan kita dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki, kita menjadi lebih mampu untuk membentuk asumsi, ide-ide dan membuat kesimpulan yang valid, semua proses tersebut tidak terlepas dari sebuah proses berpikir dan belajar.
Berfikir kritis dalam keperawatan adalah komersial untuk keperawatan profesional karena cara berfikir ini terdiri dari atas pendekatan holistik untuk pemecahan masalah.

B.     Metode Berfikir Kritis
Freely mengidentifikasi 7 metode critical thinking :
1.      Debate : metode yang digunakan untuk mencari, membantu, dan merupakan keputusan yang beralasan bagi seseorang atau kelompok dimana dalam proses terjadi perdebatan atau argumentasi.
2.      Individual decision : Individu dapat berdebat dengan dirinya sendiri dalam proses mengambil keputusan
3.      Group discussion : sekelompok orang memperbincangkan suatu masalah
4.      Persuasi : komunikasi yang berhubungan dengan mempengaruhi perbuatan, keyajinan, sikap, dan nilai-nilai orang lain melalui berbagai alas an, argument, atau bujukan. Debat dan iklan adalah dua bentuk persuasi
5.      Propoganda : komunikasi dengan menggunakan berbagai media yang sengaja dipersiapkan untuk mempengaruhi massa pendengar
6.      Coercion : mengancam atau menggunakan kekuatan dalam berkomunikasi untuk memaksakan suatu kehendak
7.      Kombinasi beberapa metode

C.    Karakteristik Berfikir Kritis
Karakteristik berpikir kritis adalah :
1.      Konseptualisasi
Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu konsep. Sedangkan konsep adalah fenomena atau pandangan mental tentang realitas, pikiran-pikiran tentang kejadian, objek, atribut, dan sejenisnya. Dengan demikian konseptualisasi merupakan pikiran abstrak yang digeneralisasi secara otomatis menjadi simbol-simbol dan disimpan dalam otak.
2.      Rasional dan beralasan
Artinya argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan mempunyai dasar kuat dari fakta fenomena nyata.
3.      Reflektif
Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau persepsi dalam berpikir atau mengambil keputusan tetapi akan menyediakan waktu untuk mengumpulkan data dan menganalisisnya berdasarkan disiplin ilmu, fakta dan kejadian.
4.      Bagian dari suatu sikap
Yaitu pemahaman dari suatu sikap yang harus diambil pemikir kritis akan selalu menguji apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau lebih buruk dibanding yang lain.
5.      Kemandirian berpikir
Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya tidak pasif menerima pemikiran dan keyakinan orang lain menganalisis semua isu, memutuskan secara benar dan dapat dipercaya.

6.      Berpikir adil dan terbuka
Yaitu mencoba untuk berubah dari pemikiran yang salah dan kurang menguntungkan menjadi benar dan lebih baik.
7.      Pengambilan keputusan berdasarkan keyakinan
Berpikir kritis digunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi dan kesimpulan, mencipta suatu pemikiran baru dan alternatif solusi tindakan yang akan diambil.

D.    Proses Berfikir Kritis
1.      Mengenali masalah (defining and clarifying problem), meliputi mengidentifikasi isu-isu atau permasalahan pokok, membandingkan kesamaan dan perbedaan-perbedaan, memilih informasi yang relevan, merumuskan masalah.
2.      Menilai informasi yang relevan yang meliputi menyeleksi fakta maupun opini, mengecek konsistensi, mengidentifikasi asumsi, mengenali kemungkinan emosi maupun salah penafsiran kalimat, mengenali kemungkina perbedaan orientasi nilai dan ideologi.
3.      Pemecahan masalah atau penarikan kesimpulan yang meliputi mengenali data-data yang diperlukan dan meramalkan konsekuensi yang mungkin terjadi dari keputusan/pemecahan masalah/kesimpulan yang diambil.

E.     Berfikir Kritis dalam Keperawatan
Berfikir meliputi proses yang tidak statis, berubah setiap saat. Berfikir kritis dalam keperawatan adalah komponen dasar dalam pertanggunggugatan profesional dan kualitas asuhan keperawatan. Berpikir kritis merupakan jaminan yang terbaik bagi perawat mencapai sukses dalam berbagai aktifitas dan merupakan suatu penerapan profesionalisme serta pengetahuan tekhnis atau keterampilan tekhnis dalam memberikan asuhan keperawatan.
Proses berpikir kritis meliputi memahami, mengevaluasi, mempertanyakan maupun menjawab, membangun pertanyaan yang merupakan pemicu proses berkelanjutan untuk mencari jawaban dngan kemungkinan ada jawaban atau tidak terdapat jawaban.
Perawat setiap hari mengambil keputusan. Perawat menggunakan keterampilan berpikir kritis dalam berbagai cara :
1.      Perawat menggunakan pengetahuan dari berbagai subjek dari lingkungannya
2.      Perawat menangani perubahan yang berasal dari stressor lingkungan
3.      Perawat penting membuat keputusan

Beberapa tahun yang lalu ditemukan bahwa berpikir kritis dalam keperawatan diperlukan untuk mengeksplorasi. Berpikir kritis dalam keperawatan adalah komponen dasar dalam pertanggunggugatan professional dan kualitas asuhan keperawatan. Pemikir kritis dalam keperawatan menunjukkan kebiasaan perasaan : percaya diri, kontekstual perspektif, kreatifitas, fleksibilitas, ingin tahu, intuisi, keterbukaan, tekun, refleksi.

F.     Manfaat Berfikir Kritis dalam Keperawatan
Berikut ini merupakan manfaat berpikir kritis dalam keperawatan adalah sebagai berikut :
1.      Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktifitas keperawatan sehari-hari.
2.      Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam keperawatan
3.      Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan.
4.      Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi, penyebab dan tujuan, serta tingkat hubungan.
5.      Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan yang dilakukan.
6.      Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam keperawatan.
7.      Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam keperawatan.
8.      Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data keperawatan.
9.      Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktifitas keperawatan.
10.  Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan kesimpulan yang dilakukan.
11.  Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam keperawatan.
12.  Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip dan aktifitas nilai-nilai keputusan.
13.  Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan keperawatan.

G.    Model Berfikir Kritis
Costa, dkk (1985) mengidentifikasi model berfikir kritis :
1.      Remembering  : menggunakan pengalaman masa lalu untuk mendekati pikiran saat ini
2.      Repeating : Semakin sering menggunakan cara berpikir kritis dalam menghadapu setiap persoalan kehidupan sehingga memudahkan mengambil keputusan
3.      Reasoning : berpikir kritis yaitu pengambilan keputusan atas dasar pertimbangan yang akurat serta penentuan pilihan atas alternative yang ditetapkan
4.      Reorganizing : Mengorganisasi kembali terhadap apa yang sementara menjadi focus perhatian untuk mengidentifikasi secara tepat terhadap fenomena yang menjadi perhatian utama
5.      Relating : menghubungkan dan menemukan relasi diantara fenomena yang dipikirkan
6.      Reflecting : menunda dalam pengambilan keputusan dengan tujuan menganalisa kembali secara hati-hati akan apa yang telah dipertimbangkan

H.    Model Berfikir Kritis dalam Keperawatan
Dalam penerapan pembelajaran berpikir kritis di pendidikan keperawatan, dapat digunakan tiga model, yaitu sebagai berikut :
1.      Feeling Model
Model ini menekankan pada rasa, kesan, dan data atau fakta yang ditemukan. Pemikir kritis mencoba mengedepankan perasaan dalam melakukan pengamatan, kepekaan dalam melakukan aktifitas keperawatan, dan perhatian. Misalnya terhadap aktifitas dalam pemeriksaan tanda vital, perawat merasakan gejala, petunjuk, dan perhatian kepada pernyataan serta pikiran klien.
2.      Vision Model
Model ini digunakan untuk membangkitkan pola pikir, mengorganisasi dan menerjemahkan perasaan untuk merumuskan hipotesis, analisis, dugaan, dan ide tentang permasalahan perawatan kesehatan klien. Berpikir kritis ini digunakan untuk mencari prinsip-prinsip pengertian dan peran sebagai pedoman yang tepat untuk merespon ekspresi.
3.      Examine Model
Model ini digunakan untuk merefleksi ide, pengertian, dan visi. Perawat menguji ide dengan bantuan kriteria yang relevan. Model ini digunakan untuk mencari peran yang tepat untuk analisis, mencari, menguji, melihat, konfirmasi, kolaborasi, menjelaskan, dan menentukan sesuatu yang berkaitan dengan ide.

I.       Bentuk-bentuk Berfikir Kritis
1.      Berbagai asumsi berfikir
a.       Bahwa berpikir, perasaan, dan berbuat adalah semua komponen dasar keperawatan yang diharapakan yang dikerjakan bersama dan sejalan
b.      Bahwa berpikir, berperasaan, berbuat adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dalam seluruh kehidupan praktek keperawatan
c.       Bahwa perawat dan mahasiswa keperawatan adalah dua yang berbeda, tetapi keduanya dating dengan berbagai keterampilan berfikir dalam keperawatan
d.      Bahwa upaya mengembangkan cara berfikir adalah upaya yang disengaja yang dapat dipertimbangkan dan dipelajari
e.       Banyak mahasiswa keperawatan dan perawat menemukan kesulitan untuk menggambarkan keterampilan berfikirnya. Jarang dari mereka bertanya bagaimana berfikir, dan hanya biasanya bertanya apa yang mereka fikirkan
f.       Berpikir  kritis dalam keperawatan hamper sama bila kita berfikir melakukan kegiatan yang sesuai dengan konteks situasi dimana berfikir terjadi
2.      bentuk berfikir ( T H I N K )
a.       Total Recall : mengingat fakta-fakta atau mengingatkan dimana dan mengapa kita menemukan sesuatu yang diperlukan
b.      Habits : kebiasaan memungkinkan sesuatu dikerjakan tanpa mempunyai metode yang baru yang digunakan setiap saat
c.       Inguiry : menguji isu-isu secara mendalam dan pertanyaan yang segera menjadi suatu kenyataan. Inguiry adalah cara berfikir yang utama yang digunakan guna mengambil keputusan.
d.      New Idea and creativity : ide yang baru dan kreatifitas adalah merupakan hal yang penting dalam keperawatan sebab merupakan akar yang perlu dikembangkan dalam memberikan asuhan keperawatan.
e.       Knowing How you think : berpikir dapat disebut sebagai metacognition. Meta artinya diantara atau ditengah, cognition artinya proses mengetahui. Jika perawat berada dalam suatu proses mengetahui, maka perawat akan dapat mengetahui apa yang dipikirkan.

J.      Penerapan Berfikir Kritis dalam Keperawatan
Ada 4 hal pokok penerapan berfikir kritis dalam keperawatan, yaitu :
1.      Penggunaan bahasa dalam keperawatan
Berfikir kritis adalah kemampuan menggunakan bahasa secara reflektif. perawat menggunakan bahasa verbal dan nonverbal dalam mengekspresikan idea, fikiran, info, fakta, perasaan, keyakinan dan sikapnya terhadap klien, sesama perawat, profesi. Secara nonverbal saat melakukan pedokumentasian keperawatan. Dalam hal ini berfikir kritis adalah kemampuan menggunakan bahasa secara reflektif. Lima macam penggunaan bahasa dalam konteks berfikir kritis :
a.       Memberikan informasi yang dapat diklarifikasi (informative use of language)
b.      Mengekspresikan perasaan dan sikap (expressive use of language)
c.       Melaksanakan perencanan keperawatan atau ide-ide dalam tindakan keperawatan (directive use of language)
d.      Mengajukan pertanyaan dalam rangka mencari informasi, mengekspresikan keraguan dan keheranan (interrogative use of language)
e.       Mengekspresikan pengandaian (conditional use of language)
2.      Argumentasi dalam keperawatan
Sehari-hari perawat dihadapkan pada situasi harus berargumentasi untuk menemukan, menjelaskan kebenaran, mengklarifikasi isu, memberikan penjelasan, mempertahankan terhadap suatu tuntutan/tuduhan. Badman and Badman (1988) argumentasi terkait dengan konsep berfikir dalam keperawatan berhubungan dengan situasi perdebatan, upaya untuk mempengaruhi individu ataupun kelompok.
3.      Pengambilan keputusan
Dalam praktek keperawatan sehari-hari, perawat selalu dihadapkan pada situasi dimana harus mengambil keputusan dengan tepat. Hal ini dapat terjadi dalam interaksi teman sejawat profesi lain dan terutama dalam penyelesaian masalah manajemen di ruangan.
4.      Penerapan dalam proses keperawatan
a.       Pengkajian : mengumpulkan data, melakukan observasi dalam pengumpulan data berfikir kritis, mengelola dan mengkatagorikan data menggunakan ilmu-ilmu lain.
b.      Perumusan diagnosa keperawatan : tahap pengambilan keputusan yang paling kritis, menentukan masalah dan dengan argumen yaitu secara rasional.
c.       Perencanaan keperawatan : menggunakan pengetahuan untuk mengembangkan hasil yang diharapkan, keterampilan guna mensintesa ilmu yang dimiliki untuk memilih tindakan.
d.      Pelaksanaan keperawatan : pelaksanaan tindakan keperawatan adalah keterampilan dalam menguji hipotesa, tindakasn nyata yang menentukan tingkat keberhasilan.
e.       Evaluasi keperawatan : mengkaji efektifitas tindakan, perawat harus dapat mengambil keputusan tentang pemenuhan kebutuhan dasar klien.
K.    Faktor yang Mempengaruhi Berfikir Kritis
1.      Kondisi Fisik
2.      Keyakinan/motivasi
3.      Kecemasan
Adalah keadaan emosional yang ditandai dengan kegelisahan dan ketakutan terhadap kemungkinan bahaya/kemalangan/nasib buruk.Jika terjadi ketegangan hipotalamus dirangsang dan mengirim impuls untuk menggiatkan mekanisme simpatis dan adrenal yang mempersiapkan tubuh untuk bertindak.Kelelahan terjadi apabila penyebab ketegangan keras sehingga pertahanan tubuh menurun.
Tingkat kecemasan terdiri dari :
a.       Cemas Ringan : yang ditandai dengan meningkatnya kesadaran, terangsang untuk melakukan tindakan, termotivasi secara positif, sedikit mengalami peningkatan tanda vital.
b.      Cemas Sedang : yang ditandai dengan kondisi lebih tegang, menurunnya konsentrasi dan persepsi, sadar tetapi fokusnya sempit, sedikit mengalami peningkatan tanda vital, gejala fisik berkembang seperti sakit kepala, sering berkemih, mual, papitasi (jantung berdebar) dan letih.
c.       Cemas Berat : ditandai dengan persepsi menjadi terganggu, perasaan tentang terancam ketakutan meningkat, komunikasi menjadi terganggu, mengalami peningkatan tanda vital lebih dramatis, terjadi gejala diare, nyeri dada dan muntah.
d.      Panic : ditandai dengan perasaan terancam, gangguan realitas, dapat membahayakan diri sendiri/orang lain, kombinasi dari gejala fisik bisa lebih buruk jika tidak segera diatasi.
Reaksi terhadap kecemasan dapat bersifat :
a.       Konstruktif
§  Memotivasi individu untuk belajar
§  Mengadakan perubahan terutama perubahan pada perasaan yang tidak nyaman
§  Berfokus pada kelangsungan hidup
b.      Destruktif
§  Menimbulkan tingkah laku yang mal adaptive
§  Disfungsi yang menyangkut kecemasan berat/panic
c.       Perkembangan Intelektual
§  Perkembangan intelektual adalah suatu perkembangan kontinu dari bagan/struktur inteligensi sebagai hasil interaksi antara kematangan dan pengaruh luar berbentuk pengalaman dan integrasi dari setiap bahan baru dan lama. Seseorang yang semakin cerdas akan semakin cakap dalam membuat tujuan, berinisiatif, tidak hanya menunggu perintah saja, tetap pada tujuan, tidak mudah dibelokan oleh orang lain atau suasana lain, dan semakin kritis.


 BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berfikir kritis dalam keperawatan adalah komersial untuk keperawatan profesional karena cara berfikir ini terdiri dari atas pendekatan holistik untuk pemecahan masalah.
Berpikir kritis juga biasa disebut directed thinking, sebab berpikir langsung kepada fokus yang akan dituju. Pendapat senada dikemukakan Anggelo (1995: 6), berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi.
Pemikiran kritis menyangkut pula pemikiran logis yang diteruskan dengan pengambilan keputusan. Dari pendapat-pendapat di atas dapat dikatakan bahwa berpikir kritis itu melipuri dua langkah besar yakni melakukan proses berpikir nalar (reasoning) yang diikuti dengan pengambilan keputusan/ pemecahan masalah (deciding/problem solving). Dengan demikian dapat pula diartikan bahwa tanpa kemampuan yang memadai dalam hal berpikir nalar (deduktif, induktif dan reflektif), seseorang tidak dapat melakukan proses berpikir kritis secara benar.


DAFTAR PUSTAKA

Aldova, E, Hauser, O. And Postupa, R.1953.
Rubenfeld & Scheffer. 1999. Critical Thinking in Nursing. Philadelphia : Lippincot.
http://www.google.konsepberfikirkritis.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar