Abstrak
Pain
in post caesaria is an acute pain. The the pain is caused by the distruction of
the tissue and also related by psycososial component. Deep breath relaxation is
one of non pharmacologic pain management. That is effective to reduce the pain,
because it can reliefe control system therefore more less stimulus of pain to
the cerebral. Beside that, it is an independent easy intervention of nurse, no
cost, and no side effect for the client.
The purpose of this research is to know the
difference of pain after deep breath relaxation. Population is taking by
accidental sampling with 13 clients in first day after sectio caesaria in
abstetry room Regional Hospital of Padang Panjang city. This research is done
in 10th of March until 31st of March 2008.
The out put of this research showed there is the
difference of pain post section caesaria, with t value 25,872 and P value
0,0005. Therefore the conclusion is there is the difference of pain before and
after deep breath relaxation.
So we suggested to use deep breath relaxation
technique at the hospital to reduce the pain of client.
Abstrak
Nyeri pada
klien Post Sectio Caesaria merupakan nyeri akut. Dimana nyeri ini tidak hanya berhubungan dengan
rusaknya jaringan, tetapi juga berhubungan dengan komponen psikososial. Relaksasi
nafas dalam merupakan salah satu manajemen non farmakologi yang cukup efektif
dalam menurunkan nyeri karena dapat menurunkan sistim kontrol sehingga
rangsangan nyeri lebih sedikit sampai ke otak. Disamping itu manajemen ini
merupakan tindakan mandiri perawat mudah dilakukan, tidak membutuhkan biaya dan
tidak ada efek samping terhadap klien. Tujuan penelitian untuk melihat
perbedaan rasa nyeri pada klien Post Sectio Caesaria sebelum relaksasi nafas
dalam dan sesudah relaksasi nafas dalam.
Desain penelitian ini
eksperimen sederhana dengan one group pre dan post intervensi. Populasi diambil
secara acidental sampling dengan jumlah sampel 13 orang pada klien Post Sectio Caesaria hari
pertama di Ruang Kebidanan RSUD Kota Padang Panjang. Penelitian ini dilakukan
pada tanggal 10 sampai tanggal 31 Maret 2008.
Hasil penelitian adanya
perbedaan rasa nyeri pada klien Post Sectio Caesaria dengan nilai t 33,397 dan
nilai P value 0,0005. Sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan nyeri
sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi nafas dalam.
Adapun saran peneliti,
sebaiknya perawat terlebih dahulu mengajarkan relaksasi nafas dalam pada klien
sebelum dilakukan tindakan operasi, agar klien mampu mengatasi nyeri setelah
operasi.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Nyeri
merupakan alasan yang paling umum seseorang mencari bantuan perawatan
kesehatan. Nyeri terjadi bersama proses penyakit, pemeriksaan diagnostik dan
proses pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan banyak orang.
Perawat tidak bisa melihat dan merasakan nyeri yang dialami oleh klien, karena
nyeri bersifat subyektif (antara satu individu dengan individu lainnya berbeda
dalam menyikapi nyeri). Perawat memberi asuhan keperawatan kepada klien di
berbagai siatuasi dan keadaan, yang memberikan intervensi untuk meningkatkan
kenyamanan. Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan
dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan, salah satunya
klien Post Sectio Caesaria.
Pernyataan
tersebut didukung oleh ”Kolcaba” yang mengatakan bahwa kenyamanan adalah suatu
keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia.
Secara umum
penanganan nyeri pasca operasi ada dua, yaitu manajemen farmakologi
(obat–obatan) dan manajemen non farmakologi. Pada manajemen non farmakologi
perawat berperan besar dalam penanggulangan nyeri karena merupakan tindakan
mandiri perawat. Manajemen non farmakologi dapat menurunkan nyeri dengan resiko
yang rendah bagi pasien dan tidak membutuhkan biaya. Walaupun ini bukan
pengganti obat tetapi dapat menurunkan nyeri dalam beberapa menit atau detik,
menggabungkan kedua pendekatan ini merupakan cara paling efektif untuk
mengurangi nyeri. (Brunner, 2000).
Manajemen non
farmakologi terdiri dari tekhnik relaksasi, disfraksi, panduan imajinasi,
masase kulit, pada relaksasi nafas dalam
merupakan salah satu cara efektif untuk menurunkan nyeri karena dapat
menurunkan sistem kontrol sehingga rangsangan nyeri lebih sedikit dikirim ke
otak. relaksasi nafas dalam dipadukan
dengan panduan imajinasi yang membutuhkan kosentrasi pasien dan menghasilkan
sensori selain nyeri. (Brunner, 2000).
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa relaksasi efektif dalam menurunkan nyeri
pasca operasi (Potter & Ferry, 2002) ini mungkin karena relatif kecilnya
peran otot–otot skletal dalam nyeri pasca operatif atau kebutuhan pasien untuk
melakukan relaksasi tersebut agar
efektif. (Brunner, 2000).
Penatalaksanaan nyeri bukan hanya sekedar berupaya
untuk menghilangkan nyeri, tetapi juga menekankan pada upaya untuk meningkatkan
kwalitas hidup klien dan kemampuan bekerja secara produktif, untuk membuat
klien dapat menikmati relaksasi dan membantu klien berfungsi secara normal di
dalam keluarga dan masyarakat. Penatalaksanaan nyeri yang efektif tidak hanya
mengurangi ketidak nyamanan fisik tetapi juga meningkatkan mobilisasi lebih
awal membantu klien bekerja lebih dini, mempermudah masa hospitalisasi dan
mengurangi biaya perawatan.
Dari hasil
wawancara, dengan klien yang mengalami post Sectio Caesaria yang ad di RSUD
Padang Panjang, tiga orang mengatakan tidak pernah mendengar teknik relaksasi
nafas dalam dan satu orang pernah mendengar tapi tidak mengerti. Dan hasil
wawancara dengan perawat, perawat mengatakan
relaksasi nafas dalam belum dilakukan, karena mereka selalu memakai obat
analgetik untuk menghilangkan nyeri klien, dan dari hasil observasi penulis
ternyata relaksasi nafas dalam memang
belum dilakukan perawat kepada klien untuk mengatasi nyeri klien Post Sectio
Caesaria.
Dari latar
belakang diatas penulis tertarik untuk
meneliti tentang perbedaan rasa nyeri sebelum dan sesudah relaksasi
nafas dalam pada klien post Sectio Caesaria di RSUD Kota Padang Panjang.
1.2 Tujuan
Penelitian
1.2.1 Tujuan Umum
Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perbedaan rasa nyeri sebelum dan sesudah relaksasi
pada klien post Sectio Caesaria di RSUD Kota Padang Panjang.
1.2.2
Tujuan Khusus
1. Untuk
mengetahui rata–rata rasa nyeri pada
klien post Sectio Caesaria sebelum dilakukan relaksasi nafas dalam.
2. Untuk mengetahui
rata–rata rasa nyeri pada klien post Sectio Caesaria setelah dilakukan relaksasi nafas dalam.
3. Untuk mengetahui
ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan dari rasa nyeri sebelum dan sesudah
relaksasi nafas dalam.
2. TAHAP PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan yang
digunakan adalah Pretes- postest Control–Group Design. (Arikunto, 2005).
Didalam desain ini observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum
eksperimen dan sesudah eksperimen, tanpa menggunakan kelompok kontrol. Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua
klien Sectio Caesaria, hari pertama yang dirawat di Ruang Kebidanan RSUD Kota
Padang Panjang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini secara accidental
sampling, dengan satu objek 2 kali pelaksanaan, yaitu pre dan post test. Sampel
yang didapat 13 orang
klien yang mengalami nyeri post sectio caesaria diruang kebidanan RSUD kota
Padang Panjang, dengan criteria klien yang dilakukan Sectio Caesaria, bersedia menjadi responden, dapat berkomunikasi
dengan baik dan klien hari pertama dirawat di ruang kebidanan.
Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran observasi
yang meliputi tingkah laku klien terhadap nyeri yang dirasakan, dengan
menggunakan checklist, wawancara mengenai Intensitas nyeri dan pengukuran
fisiologis yang meliputi pengukuran tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi
pernafasan dan keadaan kulit. Selanjutnya
dilakukan intervensi relaksasi nafas
dalam pada kelompok eksperimen
3. HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Tabel 1
Rata-rata Rasa Nyeri
Sebelum Dan Sesudah Relaksasi Nafas
Dalam Pada Klien Post Sectio Caesaria Di RSUD Padang Panjang
No.
|
Variabel
|
Mean
|
Standar Deviasi
|
SE
|
Jumlah
|
1.
|
Sebelum Relaksasi
|
25,38
|
1,850
|
0,513
|
13
|
2.
|
Sesudah
Relaksasi
|
12,08
|
1,891
|
0,525
|
13
|
Dari tabel 1 dapat dilihat rata-rata pengukuran rasa
nyeri sebelum relaksasi nafas dalam adalah 25,38 dengan standar deviasi 1,850.
Pada pengukuran setelah relaksasi diperoleh rata-rata rasa nyeri adalah 12,08
dengan standar deviasi 1,891 dari jumlah responden 13 orang.
Tabel 2
Distribusi Perbedaan
Rasa Nyeri Sebelum Dan Sesudah Relaksasi Nafas Dalam Pada Klien Post Sectio
Caesaria Di RSUD Padang Panjang
Variabel
|
Perbedaan Rasa Nyeri
|
P Value
|
t
|
df
|
N
|
||
Mean
|
SD
|
SE
|
|||||
Rasa Nyeri Sebelum
Relaksasi dibandingkan Sesudah Relaksasi
|
13,31
|
1,437
|
0,398
|
0,000
|
33,397
|
12
|
13
|
Dari tabel 2 terlihat nilai mean perbedaan
rasa nyeri sebelum dan sesudah relaksasi nafas dalam adalah 13,31 dengan
standar deviasi 1,437. Perbedaan ini diuji dengan Uji T berpasangan
menghasilkan nilai P = 0,0005 dengan df = 12 pada α (alpha) 0,05 dan nilai t =
33,397. Jadi Berdasarkan hasil uji t, t hitung = 33,397 (t tabel = 1,78). Karena t hitung > t tabel maka Ho ditolak. berdasarkan Nilai
P, P = 0,000. Karena nilai P < 0,05 maka Ho ditolak.
Berarti terjadi penurunan rasa nyeri yang signifikan
setelah dilakukan relaksasi nafas dalam. Berarti terdapat perbedaan yang
bermakna penurunan nyeri setelah diberikan relaksasi nafas dalam
dibandingkan sebelum diberikan relaksasi
nafas dalam.
Menurut International Association for Study
of Pain
(IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan
yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. (Perry & Potter, 2002)
Dengan adanya
stimulus yang mengenai tubuh (mekanik, termal, kimia) akan menyebabkan
pelepasan substansi kimia seperti histamin, bradikinin, kalium. Substansi
tersebut menyebabkan nosiseptor bereaksi, apabila nosiseptor mencapai ambang
nyeri, maka delta
dan serabut C. Impuls syaraf akan di bawa
sepanjang serabut syaraf sampai ke kornu dorsalis melepaskan neurotrasmiter
(substansi P). Substansi P ini menyebabkan transmisi sinapsis dari saraf
perifer ke saraf traktus spinotalamus. Hal ini memungkinkan impuls syaraf
ditransmisikan lebih jauh ke dalam system saraf pusat. Setelah impuls syaraf
sampai di otak, otak mengolah impuls syaraf kemudian akan timbul respon reflek
protktif.
Persepsi merupakan
titik kesadaran seseorang terhadap nyeri, pada saat individu menjadi sadar akan
nyeri, maka akan terjadi reaksi yang komplek.
Persepsi
menyadarkan individu dan mengartikan nyeri itu sehingga kemudian individu dapat
bereaksi. Dapat digambarkan secara ringkas proses terjadinya nyeri. Dimana stimulus nyeri ditransmisikan ke medula spinalis, naik ke talamus,
selanjutnya serabut mentransmisikan nyeri ke seluruh bagian otak, termasuk area
limbik. Area ini yang akan berperan dalam memproses reaksi emosi terhadap
nyeri. Setelah transmisi syaraf berakhir di pusat otak, maka individu akan
mempersepsikan nyeri.
Dimana tubuh akan bereaksi terhadap nyeri merupakan respon fisiologis dan
perilaku yang terjadi setelah mempersepsikan nyeri.
Nyeri dengan
intensitas ringan hingga sedang dan nyeri yang superfisal menimbulkan reaksi ”flight atau fight”, yang merupakan sindrom adaptasi
umum. Dimana stimulasi pada cabang simpatis pada saraf otonom menghasilkan
respon fisiologis, apabila nyeri berlangsung terus menerus, maka sistem
parasimpatis akan bereaksi, maka impuls nyeri
ditransmisikan ke medula spinalis menuju ke batang otal dan talamus. Sistem
saraf otonom menjadi terstimulasi, saraf simpatis dan parasimpatis bereaksi,
maka akan timbul respon fisiologis dan akan muncul perilaku. (Purwandari, 2008).
Hasil penelitian diatas
sesuai dengan teori yang ditemukan oleh Malzack dan Wall 1965 dalam teori Gate
Kontrol, bahwa engan memanipulasi rangsangan pada serat besar dan serat kecil
akan menciptakan mekanisme menutup pintu yang dapat mempengaruhi
aktifitas sel T yang membawa
impuls nyeri lebih sedikit diterima otak, sehingga sifat dan kualitas nyeri
yang dirasakan berkurang dan nyeri dirasakan lebih singkat. Bila tubuh relaks
dan nyaman maka klien dapat mengalihkan perhatiannya dari rasa nyeri untuk
beberapa saat maka nyeri berkurang.
Teori diatas juga dikuatkan Caffary 1979, yang
menyatakn bahwa nyeri merupakan pengalaman pribadi yang dikatakan secara lisan
dan merupakan apa saja yang dirasakan seseorang sehingga individu tersebut
mengungkapkan dia merasa sakit (Perry & Potter, 2002).
Menurut Brunner & Suddarth 2002 bahwa teknik
relaksasi dengan menarik nafas dalam klien dengan lambat pasien akan merasakan
energi penyembuhan mengalir ke area yang tidak nyaman dan saat menghembuskan
nafas lambat klien akan merasakan tegangan otot dan ketidaknyamanan dikeluarkan
sehingga tubuh menjadi relaks dan nyaman.
Menurut Brunner & Suddarth 2002 Penurunan rasa
nyeri ini mempengaruhi simpato adrenal, sehingga hipotalamus tidak mengkatifkan
mekanisme saraf simpatis dan medulla adrenal untuk menghasilkan hormon
epineprin dan non epineprin. Maka terjadi penurunan tekanan darah, frekuensi
nafas, nadi dan keringat.
Selain itu efek pengaliran endorphin dan enkepalin
dalam pembuluh darah menyebabkan vasodilatasi perifer, sehingga terjadi arus
balik vena, curah jantung menurun. Pelebaran ini juga menyebabkan menurunnya
resistansi pembuluh darah yang mempengaruhi kardio vaskular. (Brunner &
Suddarth, 2002).
Penelitian ini juga sejalan dengan Maizulfa (2006)
yang menyatakan bahwa terjadi pengaruh yang signifikan teknik relaksasi terhadap penurunan nyeri
pasca apendiktomi di ruangan bedah RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil
analisis dan pembahasan maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Rata-rata rasa nyeri klien Post Sectio Caesaria sebelum
relaksasi nafas dalam adalah 25,38.
2. Rata-rata rasa nyeri klien Post
Sectio Caesaria setelah relaksasi nafas dalam adalah 12,08.
3. Ada perbedaan yang signifikan rasa
nyeri sebelum dan sesudah relaksasi nafas dalam pada klien Post Sectio Caesaria
di Ruang Kebidanan RSUD Padang Panjang dengan P = 0,000.
5. SARAN
Dari hasil penelitian
ini penulis mempunyai beberapa saran yaitu sebagai berikut :
1. Kepada petugas keperawatan di Ruang
Kebidanan RSUD Padang Panjang dalam menangani klien Post Sectio Caesaria dalam
mengatasi/menurunkan rasa nyeri agar secara continue melakukan teknik relaksasi
nafas dalam.
2. Kepada manajemen RSUD Padang
Panjang agar dapat membuat Protap penanganan rasa nyeri pada Klien Post Sectio
Caesaria dengan teknik relaksasi nafas dalam.
3. Kepada para peneliti penulis
berharap hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai data awal untuk kegiatan
penelitian lanjutan tentang penanganan rasa nyeri pada klien Post Sectio
Caesaria.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. 2005, Manajemen Penelitian. Cetakan ke
tujuh. PT Reneka Cipta. Jakarta
Brunner & Suddarth. 2002, Textbook of Medical
Surgical Nursing. 9th Edition. New York : Lippincott
Depses RI. 2004, Kebijakan Nasional Promosi
Kesehatan, Jakarta
Hidayat. 2002. Dokumentasi Proses Keperawatan,
Jakarta: EGC
Haryanto. 2006,
Efek Teknik Relaksasi Progresif,Jakarta: EGC
Maizulfa. 2006, Pengaruh Relaksasi Sebelum dan Sesudah
Relaksasi pada Pasien Post Apendiktomi, Bukittinggi (Tidak dipublikasikan)
Nursalam. 2000, Pendekatan Praktis Metode Riset
Keperawatan. Surabaya
Potter & Perry : 2002 Fundamental Keperawatan.
Jakarta : EGC
Purwandari. 2008, Nyeri Dan Kenyamanan. Http/www.Eleaming
une.ac.id. KDM I – PSIK UNEJ - Nyeri. Http/www.Eleaming une.ac.id. KDM I – PSIK UNEJ
Raharjo Miko,2007. Apa Itu Operasi Caesar,Word Press.com
. Jakarta
Rekan Medis. 2007, RSUD Kota Padang Panjang
Republika, 2007, Apa Itu Operasi
Caesar,wwwRepublika.co.id/Jakarta.
Robert Priharjo, 1992. Keperawatan Nyeri Pemenuhan
Aktifitas Istirahat Pasien. Seri Keperawatan .Jakarta : EGC
Sugiyono, 1997. Statiska Untuk Penelitian Kesehatan.
Jakarta. Alfabeta
Susanto, 2006, Basic Data Analysis For Health Research
Training, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Tamsuri. 2004. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC
Wahyuni, 2005. Pengaruh Terapi Aktivitas Bermain :
Meniup Tiupan Lidah Terhadap Perubahan Pola Nafas Anak Toddler Dengan
Bronkhopneunomia Di Rumah Sakit Islam Cepaka Putih, Jakarta (Tidak
dipublikasikan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar